Keiko merasakan kepala Arthur yang begitu berat. Nampaknya lelaki ini tak lagi bisa diajak bicara, hanya sekejap ia bisa melirik kearah Keiko kemudian Arthur kembali pingsan. Ini bisa jadi masalah..
"Bagaimana keadaannya ?"
Saika berjalan mendekat. Keiko tak dapat membalas apa-apa selain sebuah gelengan pelan.
"Bisakah kau menolongku untuk membawanya keluar ?" Keiko memelas.
Tanpa menjawab, Saika langsung beringsut membopong Arthur ke punggungnya. Sementara Keiko membantu untuk menempatkannya dengan benar.
Suasana arena sudah tidak lagi kondusif. Tempat ini telah menjadi ladang perang bagi penjaga dan pemberontak. Yang Keiko tahu, Rei menjadi pelopor dari para penyerang disana. Tugasnya untuk mendistraksi massa berhasil, kini tinggal bagian Keiko dan Saika untuk membawa teman-temannya kabur.
"HEI !!! JANGAN SENTUH DIA !!"
Teriakan Seiki mengejutkan mereka. Ia berlari sangat kencang menuju kearah keduanya. Nyaris saja lelaki itu memukul Saika dengan tongkat kayu jika Keiko tak segera menghentikan aksinya.
"Seiki !!! Tenang !! Ini aku Keiko. Dia Saika, dia ada di pihak kita."
Keiko membuka penuh tudung kepala agar Seiki dapat mengenalinya. Ia berdiri diantara Seiki yang siap memukul dengan Saika yang siap menggendong Arthur. Lelaki itu sontak berhenti dan menatap. Hampir tak percaya dia dengan apa yang matanya lihat sekarang.
"Keiko !? Astaga, kenapa kau mengenakan jubah penjaga seperti itu ??" Seiki menatapnya dari atas kebawah.
"Ceritanya panjang. Kita harus pergi dari sini terlebih dahulu ! Shine menunggu !"
"Shine ? Dimana dia sekarang ??"
"Di penjara wanita. Dia tadi tak sadarkan diri. Kita harus bergegas pergi sebelum pengalihan ini semakin mengundang penjaga."
Seiki mendelik, ia langsung menatap kearah para penjaga yang kesusahan bertahan dari serangan beruntun para pemberontak.
"Ini semua ulahmu !?"
"Kubilang nanti saja. Kita harus pergi sekarang !!"
Keiko langsung memotong pembicaraan mereka ditengah-tengah. Ia berjalan didepan, diikuti oleh Saika dan Seiki yang masih kebingungan. Mereka bertiga mengendap-endap ditengah kerusuhan yang dibuat oleh Rei dengan para pemberontak.
Penjara semakin kalut dengan desing peluru dan pelor yang berserakan ditanah. Darah dimana-mana. Bergelimpangan mayat penjaga terkapar lemah di kaki Keiko. Ia melangkahinya dengan gugup, sedikit berjingkat ketika Keiko sudah sampai di luar jeruji arena, bau anyir darah menyeruak di udara.
"KYAAAA !!!!!"
Teriakan tak tertahankan keluar dari mulut Keiko. Hal itu sontak membuat Seiki dan Saika segera berlari menyusul.
Keiko sendiri masih mematung kaget. Matanya mendelik kearah seorang penjaga dengan luka tembak cukup serius. Lelaki itu lemah, tangannya yang berdarah-darah menahan sebelah kaki Keiko untuk berjalan.
"T-tolong a-aku .. J-jangan b-biarkan Aku m-mati ..." Lelaki itu berucap pelan. Terbata-bata oleh darah yang mengucur dari mulutnya.
Seiki dan Saika sama-sama terkejut ketika melihat Keiko menghempaskan kakinya keras. Tampaknya gadis itu mencoba untuk menyingkirkan tangan penjaga yang menahan kakinya.
"Lepaskan aku !!"
"Nona...--Aghh !!!"
Sekuat tenaga, Keiko menendang kepala orang itu sampai terpelanting. Pegangannya melonggar hingga kakinya kembali bebas bergerak. Ia menoleh kepada Saika dan Seiki yang tampak pucat pasi, seolah tak menyangka Keiko akan sampai hati melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GURO : The Girl, Prince and Sleeping Stone
Adventure[[ Seri #1 dari cerita Guro ]] -- genre : Adventure Fantasy -- -- warn : alur cerita berjalan lambat -- Alkisah hiduplah seorang gadis di negeri antah berantah. Si gadis mungil yang lemah bertahan ditengah beringas kuasa sang Raja Muda Kematian dari...