Misi Kesepuluh : Meloloskan diri

75 5 11
                                    

Setelah menjelaskan rencananya, Tsu dan Shine segera memisahkan diri dari Arthur dan Keiko. Mereka berdua berjalan masuk ke sebuah lorong yang cukup panjang. 

Disepanjang lorong itu, berdiri tegap sebuah patung atau mungkin semacam hiasan serupa penjaga istana denga zirah dan helm besi asli. Tsu sempat menoleh, kagum dengan keindahannya. 

Tak terfikirkan olehnya seberapa kaya Istana bisa membuat hiasan seindah ini dari besi. 

"Target kita ada disana." Shine menghentikan langkah, ia menunjuk ke ujung lorong. 

Sebuah seragam mencolok yang hanya dikenakan oleh para kepala penjaga istana. Beruntung, lelaki itu tengah sendirian, berjalan mondar-mandir memblokade sebuah pintu di ujung lorong.

"Baik !" 

"Cari tempat bersembunyi dan keluar ketika ada aba-aba dariku." 

"Aku mengerti !" Segera Tsu beranjak pergi memisahkan diri. 

Dengan sebuah tarikan nafas, gadis itu memulai rencananya. Ia berjalan dengan terseok-seok, sengaja menampakkan dirinya yang lemah agar penjaga itu mendekatinya. Ia memegangi sebelah tangannya yang terluka. Darah kering masih membekas pada jubah cokelat yang ia kenakan memancing perhatian dari penjaga itu untuk semakin menurunkan kesiagaan.

"Hei~ sedang apa gadis manis sepertimu disini nona ?" Lelaki itu tersenyum nakal sembari sedikit mencolek dagu Shine lembut.

Gadis itu tersenyum kecil. Perlahan ia memposisikan dirinya agar punggung penjaga itu bisa membelakangi tempat Tsu muncul. Ia sedikit bergeser, hingga terpojok oleh dinding. Sepertinya penjaga ini tidak sadar, ia tetap santai-santai saja dengan membelakangi lorong gelap dibelakangnya.

Sangat ceroboh.

".. A-aku adalah salah satu aktor dari pementasan seni istana.. Aku terjatuh dan melukai lengan kiriku. Dan sekarang kurasa aku tersesat."
Ujar Shine dengan wajah melas.

Penjaga itu tersenyum miring. Ia semakin girang mendekatkan diri kepada Shine.

"Aa~ begitukah ? Aku bisa membantumu untuk kembali ke ballroom istana."

Dia kini berdiri didepan Shine. Memblokade gadis itu dengan lengannya yang besar. Hidungnya beringsut mendekat, menciumi helai-helai rambut gadis itu yang setengah terurai.

Andai sebelah tangannya tidak cidera, Shine tidak akan menunggu lama untuk langsung meninju rahangnya sampai patah.

"Astaga ... Benarkah ? Beruntungnya .."

Shine menatap mata lelaki itu, menyembunyikan kecemasannya akan Tsu. Jika dia terlalu kaku, aktingnya akan terbongkar. Ia ikuti permainan lelaki brengsek didepannya.

"Kau tahu, aku mendapatkan shift untuk berjaga di tempat membosankan ini. Aku ingin kau memberikan aku hiburan sedikit, boleh ya~"

Tubuhnya semakin lama semakin tidak berjarak dari Shine. Gadis itu merasakan sebuah tangan besar mulai melingkar di pinggangnya. Ia mencoba untuk mendorong lelaki itu pelan, namun semakin didorong semakin dia suka. Kepala Penjaga itu menatap Shine dengan mata sayu.

"A-aku tidak mempunyai apa-apa tuan."

"Tentu kau punya~"

Bulu kuduk Shine merinding seketika merasakan kecupan hangat mendarat pada lehernya. Kepala penjaga ini berusaha untuk menelusupkan tangan kedalam jubahnya. Gadis itu berusaha meronta, namun sebelah tangannya telah ditahan oleh lelaki itu.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang