Misi ke 29 : Blue Moon Stone

43 5 8
                                    

Hi !

Maaf banget sebenernya mau update kemaren tapi entah kenapa eror mulu.

Terus setelah diusut, ternyata gara-gara aku masukin mulmed GIF :))
Hmm .. padahal di chapter sebelum ini udh pernah masukin mulmed GIF juga, tp gaada masalah.

Knp yg ini masalah ya ? Ada yang tau mungkin bisa coret-coret di bawah ya !

Enjoy !

+ ( Chapternya agak panjang, istirahat kalo cape bacanya ya ;) )

===========================

Usulan Saika untuk mengikuti Blue Moon Stone akhirnya disepakati oleh mereka semua. Mereka kini berjalan beriringan mengikuti jejak tumbuhan itu, semakin sedikit terdapat Blue Moon Stone yang hidup maka semakin dekat mereka dengan cahaya. Begitulah kira-kira kesimpulan dari Saika.

Ide itu adalah ide terbaik yang mereka punya. Ketimbang tak ada petunjuk sama sekali harus kemana, mengikuti intuisi alam tak ada salahnya.

Cahaya biru remang-remang kini menjadi panorama yang menghias sepanjang mata Keiko memandang. Walau ini merupakan kali kedua gadis itu melihat Blue Moon, tapi Keiko tetap tak henti-hentinya terkagum akan keindahan dari tumbuhan yang satu ini.

Andaikan ia punya kamera, tak akan pusing ia memikirkan cara untuk mengabadikannya. Namun berhubung ia tak berbekal apa-apa, Ia berencana untuk membawa satu dari batu ini dan menunjukkannya pada Tuan Bach juga Chio ketika dia pulang.

Jemarinya menggosok sebongkah kristal yang kini berada di genggamannya. Senyumnya merekah seraya memikirkan ekspresi dua orang itu ketika melihat apa yang ia temukan.

"Tuan Bach dan Chio pasti akan senang !" Gumamnya pelan masih berseri-seri.

"Memangnya Siapa mereka ?"

Keiko menoleh kearah seorang lelaki yang kini berada di sebelahnya, tangan lelaki itu dengan enteng terangkat kemudian merangkul pundak Keiko untuk membatasi jarak diantara mereka berdua. Keiko merasa tak keberatan, ia tersenyum sekilas sebelum mulai menjelaskan.

"Mereka adalah keluargaku." Ucapnya menjawab pertanyaan dari Rei.

"Oohh~ Senangnya punya keluarga."

"Sebenarnya mereka adalah keluarga angkatku."

Rei mengendikkan bahu. "Tetap saja masih lebih baik dibanding tak punya sama sekali 'kan ?"

Keiko mengangguk setuju. Ia tak dapat membayangkan bagaimana hidupnya sekarang tanpa kehadiran Tuan Bach.

"Tuan Bach mengadopsi dan membawaku ke rumahnya yang ada di pinggir kota. Chio adalah putrinya. Mereka yang merawatku dari kecil hingga sekarang, sehari-hari aku bekerja di kedai milik Tuan Bach."

Rei tampak tertarik. "Jadi selama ini kau bekerja di Kedai ?"

"Yup ! Tuan Bach memiliki semacam tempat makan juga tak jauh dari rumah. Memperkerjakan banyak orang di tempat itu, memberiku makanan dan bonus di hari libur. Dia memang sangat baik !"

Rei tersenyum kecil, melihat Keiko bercerita dengan penuh semangat seperti ini cukup menghibur. "Sepertinya Tuan Bach ini terdengar sangat menyenangkan ya ? Kau beruntung sekali memiliki orang tua seperti itu."

"Iya ! Dia dan Chio memang sangat menyenangkan. Mereka berdua yang membuatku bersemangat untuk hidup---"

Tiba-tiba dadanya sedikit sesak ketika Keiko mengatakan kalimat yang terakhir, seketika ia ingat jika kini dia berada dalam masalah karena tak mengindahkan peringatan dari mereka.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang