Misi ke 25 : Menuju Lorong Terlarang (1)

35 5 0
                                    

Sekuat tenaga Keiko menyeret kakinya untuk terus berlari. Walau perasaan bersalah terus menggerogoti lantaran teringat akan pengorbanan Kurone agar mereka bisa pergi. Gadis itu benar-benar gila. Keiko tak habis pikir, kenapa dia rela mengorbankan diri tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu ?

Ceroboh ! Keiko merutuki Kurone dalam batin. Entah apa yang akan dilakukan oleh para penjaga pada kondisi berantakan seperti ini.

Keiko berlari dengan lesu, tatapannya turun tak lagi bersemangat hingga suara seseorang kembali mengalihkan.

"Berhenti memikirkannya Keiko, kau harus fokus dengan apa yang ada di depan, bukan di belakang."

Keiko menoleh dari sudut matanya yang basah. Ia lihat Shine masih setia berlari di sebelahnya. Walau sedikit tersirat rasa sedih dan penyesalan, Shine tampak jauh lebih tenang dan dapat mengendalikan diri.

"Ha-harusnya dia ikut dengan kita saja. Untuk apa Kurone menjadi umpan seperti tadi ?"
Keiko berucap sembari mengusap air mata. Suaranya terdengar parau.

"Jika dia tidak menjadi umpan, tidak akan ada yang bisa pergi. Para penjaga akan melihat kita semua di dalam tahanan dan mengunci sel rapat-rapat. Kita akan terjebak dan usaha pengalihan ini sia-sia.." Sahut Shine.

Keiko terdiam. Tangannya mengepal erat, ia menyesal kenapa tidak bisa bertindak lebih cepat. Jika dia bisa membujuk Kurone dengan lebih meyakinkan, mereka tak akan terjebak seperti tadi.

"Ini semua salahku.." Gumam Keiko penuh penyesalan.

Shine melirik kecil, tak tampak rasa iba melihat Keiko tertekan seperti itu. Sedari awal, Shine memang tak menjalin hubungan baik dengan Kurone. Dia pikir, kehilangan gadis itu tak akan mempengaruhinya.  Namun, pikirannya diputar balik setelah ia ingat menit-menit dimana Kurone menemaninya di penjara.

Shine ikut merasa .... Sedih.

"Salah siapapun itu sudah tak ada artinya. Semua sudah terjadi." Gadis itu menjawab rendah.

"Apa kita akan kembali dan menyelamatkannya ?"

Shine terhenyak. Ia berlari dalam kesunyian memikirkan sesuatu. Melihat kondisi disini, tak tampak satu persen-pun kesempatan mereka bisa kembali dan menyelamatkan Kurone.

Tak ada yang bisa ia katakan selain sedikit percikan harapan bagi Keiko.
"... Kita lihat saja nanti." Shine berucap pelan, hampir seperti gumaman.

Keiko kembali murung, ia tahu Shine tak akan benar-benar mengusahakan hal itu. Dia juga sadar, dalam situasi seperti ini tak banyak yang bisa mereka lakukan.

Sesuatu yang pasti adalah ini akan menjadi perpisahan berat baginya dan Kurone. Semua kesempatannya berbincang tentang peristiwa 6 tahun lalu hangus begitu saja. Padahal, jika Kurone bercerita maka satu langkah Keiko dapat tahu lebih tentang sang kakak. Semakin jelas bongkahan puzzle tersusun di kepalanya.

Keiko menggigit bibirnya sendiri, terisak sembari berlari.

====>>>====

Wilayah pertempuran meluas, tak lagi terbatas oleh arena pertarungan yang ada di pusat penjara, namun sampai ke sisi-sisi sel tahanan. Tak hanya para pemberontak yang beraksi, namun banyak juga tahanan lain yang memanfaatkan situasi untuk meloloskan diri.

Menara pengawas yang berdiri disetiap sudut sel tak bergeming. Beberapa diantaranya telah kosong dan ada juga yang disabotase oleh para pemberontak.

Penjaga kewalahan namun bukan berarti mereka kalah. Jumlah tahanan yang begitu banyak bukan sebuah halangan bagi para penjaga bersenjata lengkap. Apalagi setelah kini, bala bantuan dari istana kerajaan datang. Semakin lama mereka semakin menguasai keadaan.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang