Misi keenam : Kamuflase

87 7 9
                                    

Keiko menyiapkan segala keperluannya untuk melaksanakan rencana penyusupan malam ini. Dia kini tengah berada didalam kamar, memasukkan beberapa barang kedalam tas seperti senter, tali, pisau, dan perban.

Ia kembali membuka peta lusuh ditangannya. Telunjuknya menggaris jalan imajiner yang akan ia lewati nanti. Sejauh analisanya sampai sekarang, kesempatan terbesar lokasi ia menyusup hanyalah lewat saluran air bawah tanah kerajaan.

Mengingat tidak banyak penjaga yang dikerahkan disana karena mereka sibuk dengan pesta di istana.

Namun hal lain yang mengganggu pikiran Keiko adalah tentang kondisi tempat itu.

Saluran itu benar-benar gelap dan tidak terjamah oleh manusia. Entah hewan apa yang tinggal didalam saluran itu. Jika di bawah sana nanti dia harus bergulat dengan buaya, maka sudah dipastikan Keiko tidak akan kemana-mana.

Tiba-tiba terlintas di pilirannya mengenai janji pada Tuan Bach untuk menjauhi bahaya.

Apa yang akan terjadi jika kecerobohannya, Tuan Bach dan Chio juga mendapatkan imbas ?

Keiko mengacak rambutnya frustasi. Dia sudah sampai sejauh ini tapi ada saja keraguan didalam hatinya yang mengganjal.

"Keiko !! Ingat tentang Mioku ! Ingat tentang impian kalian ! COSA tidak akan berubah jika nasib kalian masih tergantung pada Raja jahat itu."

Ia meyakinkan diri sembari menepuk-nepuk dada yang mulai terasa sesak. Ia tidak boleh lemah, sudah cukup Keiko lemah itu dia simpan pada masalalunya.

Keiko telah selesai berbenah. Ia langsung mengalungkan tasnya ke punggung, kemudian mulai berjalan keluar ruangan. Ketika ia sampai pintu, matanya tak henti mengawasi keadaan sekitar. Ia menemukan Tuan Bach dan Chio tengah asik menonton TV di ruang tengah.

Sekarang kesempatan Keiko untuk kabur. Dengan berjingkat, ia berjalan cepat menuju pintu belakang dapur yang langsung mengarah ke pekarangan.

Satu per satu jemarinya melepaskan grendel pintu yang digunakan sebagai pengunci. Terdengar suara dekikan engsel pintu yang cukup keras ketika Keiko mencoba mendorongnya. Ia sedikit mengerinyit, kemudian perlahan menoleh kebelakang. Sepertinya tidak ada yang mendengar.

Tanpa buang waktu, Keiko langsung berlari menjauh. Berharap cemas semoga menghilangnya dia tidak segera disadari oleh Chio dan Tuan Bach.

Kaki kecilnya berlari menembus angin malam yang terasa beku menusuk. Maklum, sekarang sudah mendekati musim dingin. Cuaca disekitar sana juga perlahan mulai berganti.

Sangat disayangkan ia lupa membawa jaket tebal. Tubuhnya hanya berbalut baju dengan hoodie gelap dan celana panjang selutut. Ia menengkurupkan kerudung kepalanya. Menghindari orang-orang yang akan mengenali sosoknya di tengah kota.

Dia sampai di alun-alun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia sampai di alun-alun. Disini ramai orang-orang berjalan kaki. Banyak dari Mereka yang menikmati secangkir minuman hangat sembari berbincang, tampak mengacuhkan Keiko yang berjalan santai melaluinya.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang