Keiko berjalan terburu-buru. Telinganya menangkap suara gaduh, suara para petarung dan pendukung yang memutari jeruji besi batas arena lapangan. Sangat mengganggu, namun juga membuatnya penasaran.
Ia menoleh.
Arena itu tampak seperti lapangan stadion besar yang dikelilingi jeruji penjara dengan 4 lantai tingginya. Jadi pertarungan yang ada di sana bisa dinikmati oleh tahanan yang berada 2-4 lantai menghadap kearahnya.
Didalamnya terdapat beberapa alat berat, senjata tumpul, kursi-meja dan beberapa perkakas lain sebagai pelengkap pertarungan. Dalam pertarungan ini sepertinya mereka akan dipaksa untuk saling menjatuhkan satu sama lain dengan alat yang ada.
Beberapa kali teriakan rasa sakit terdengar bergetar di telinganya. Hanya mendengar dari kejauhan saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.
Keiko menghirup nafas seraya kembali menengkurupkan jubah. Lupakan tentang orang sekarat ditengah arena sana, Keiko punya hal penting lain yang harus dilakukan.
Kaki kecilnya melangkah dengan terburu-buru. Ia tak ingin mengundang perhatian penjaga sehingga Keiko harus menjaga tabiat tenangnya.
Tak jauh dari tempatnya berada, tampak sepasang lelaki tengah bersenda gurau berjalan dari arah berlawanan dengannya. Keiko hampir tersedak ludah. Tubuhnya nyaris kaku tak bergerak.
Mereka mengenakan jubah yang sama dengan Keiko, hanya saja penutup kerudungnya tersingkap menampakkan wajah keduanya yang tertawa-tawa ditengah perbincangan.
Darahnya berdesir naik, Keiko mempererat cengkraman pada jubahnya untuk mengendalikan diri. Jika dia bertingkah mencurigakan, mereka akan menemukannya.
Dia harus tetap biasa saja.
"Hahahaa... Malam ini akan jadi malam yang panjang !" Ucap seorang dari mereka dengan rambut cerah. Suaranya besar terdengar hingga tempat Keiko berdiri.
Lelaki disebelahnya menoleh penasaran. "Benarkah ? Memangnya ada apa ?"
"Malam ini Kepala Penjara akan mengadakan pesta minum-minum yang besar ! Kita bisa bersantai sepuasnya !"
"Wahh benar ?? Akhirnya ada juga pesta di tempat ini selama aku bekerja ! Hahahaaa..."
Keiko menundukkan wajah. Kakinya terus melangkah dengan gestur normal. Semakin dekat dengan mereka, semakin jelas Keiko bisa mendengar topik pembicaraannya.
"Mungkin pesta ini berkat penjualan budak yang untung besar. Strategi yang bagus. Lagipula, menjaga mereka disini juga tidak ada gunanya, mereka hanya menunggu ajal atau membusuk dipenjara."
"Yah kau benar, menjemukan melihat muka-muka berliur mereka yang tampak kelaparan setiap saat." Balas temannya lagi.
Keiko sedikit mencuri dengar. Ia memperlambat langkah ketika sudah hampir bersimpangan dengan mereka, rasa penasaran memaksanya untuk terus mengikuti arah pembicaraan ini.
"Kenapa Raja Cieru tidak langsung mengeksekusi mereka saja ya ?" Penjaga itu kembali berujar.
"Entahlah, Raja Cieru selalu mempunyai rencana dibalik semua tindakannya. Tapi aku juga tidak yakin kenapa mereka masih disimpan di rongsokan ini. Bukankah membiarkan mereka mati akan lebih mudah ?" Ia berdecih kesal. Seolah ingin menumpahkan segala kekesalannya terus terkurung di tempat ini.
"Menyia-nyiakan persediaan makanan. Ditambah, sejak musim dingin berlangsung. Istana mengurangi pasokan makanan di tempat ini. Sialan ! Mereka pikir kita ini apa ? Tikus got yang bisa dibuang di tempat sampah seperti ini ?"
Lelaki berambut cerah mengangguk setuju. "Bersabarlah, kontrak kita di tempat ini akan segera berakhir. Setelah kepala penjaga mengumumkan progress dari ekspedisi itu, mereka akan segera menutup penjara."
KAMU SEDANG MEMBACA
GURO : The Girl, Prince and Sleeping Stone
Macera[[ Seri #1 dari cerita Guro ]] -- genre : Adventure Fantasy -- -- warn : alur cerita berjalan lambat -- Alkisah hiduplah seorang gadis di negeri antah berantah. Si gadis mungil yang lemah bertahan ditengah beringas kuasa sang Raja Muda Kematian dari...