Misi Keenambelas : Penentang Neraka

55 4 9
                                    

"Jadi sampai sekarang kau juga belum tahu bagaimana kabar temanmu itu ?" Kurone berbaris rapih dibelakang Keiko masih penasaran dengan cerita sebelumnya. Mereka sama-sama menggenggam sebuah mangkuk kosong, mengantre untuk mendapatkan jatah bubur pagi ini.

"Setelah kami berpisah, aku benar-benar kehilangan dia. Aku tidak tahu apakah dia dapat bertahan atau tidak, dia itu ceroboh dan sedikit penakut." Keiko menggenggam mangkuknya lebih erat, walaupun sekarang dia juga masih berada dalam masalah namun pikirannya tak bisa lepas untuk terus menanyakan keberadaan Tsu.

"Dia yang mengantarmu sampai bisa masuk ke ruang penyimpanan harta istana, bukan ?"

Keiko mengangguk pelan.

"Kalau begitu, aku yakin dia akan baik-baik saja !" Kurone berkata yakin namun Keiko sendiri malah meragukan hal itu.

Dia sangat mengenal Tsu,  setidaknya 5 tahun belakangan ini. Tsu bukanlah lelaki cekatan seperti Ar,  bukan juga tipe pemikir yang hati-hati seperti Shine. Tsu adalah lelaki periang  yang sering membuat Keiko sendiri masuk kedalam masalah. Bertanggung jawab dengan caranya sendiri, dan tidak jarang membuat dirinya juga  kena masalah karena itu.

"Jika dia bisa mengantarmu menyusup ke istana yang penuh penjaga, maka dia pasti bisa mengeluarkan dirinya sendiri lewat saluran bawah tanah. Percayalah !"

Kurone kembali menyemangati, seulas senyum terlukis membuat hati Keiko kembali tenang dan hangat. Keiko balas tersenyum, kemudian mengangguk pelan.

Antrean berjalan. Mereka kini selangkah lebih dekat untuk mendapatkan jatah bubur dari penjaga penjara.

Jangan bayangkan penjaga makanan disini tampak seperti ibu kafetaria di rumah makan kota besar, karena mereka sangat jauh berbeda. Dengan jubah dan masker gelap penutup, mereka ini seperti anti-ibu kafetaria. Bersikap Tidak ramah, tidak bersih dan tidak terlalu memperdulikan apakah porsi tahanan satu dengan yang lain itu sama banyaknya. Hanya menyendok sesuka hati dan menjatuhkannya di atas mangkok yang mereka bawa. Jika sendokan itu tanpa sengaja tumpah, maka tidak ada jatah sendok pengganti untuk mereka.

Seperti pemandangan yang Keiko lihat sekarang ini. Tepat dua baris didepannya seorang lelaki tua tanpa sengaja menjatuhkan mangkuk karena penjaga itu menuangkan bubur sembarangan, hingga mengenai pergelangan kulit lelaki tua itu. Perih dan panas, lelaki itu otomatis berjingkat kemudian menjatuhkan mangkok dan pecah berhamburan di tanah. Keiko melihat hal itu reflek ingin menolong, namun langkahnya terhenti ketika Kurone langsung menggenggam tangannya erat.

"Jangan ... Bisa panjang urusannya jika kau membantunya."

"Tapi---Dia ..." Keiko menatap lelaki tua itu khawatir.

Seorang diri dia harus memunguti pecahan beling dan sisa bubur yang berserak. Seperti Keiko, para tahanan lain juga hanya berani melirik lelaki itu membungkuk-bungkuk sendirian. Tanpa berani menolong. Mereka semua bungkam dalam tekanan yang diberikan oleh penjaga penjara. Sangat pasrah bagaikan tikus dalam perangkap, tidak dapat melalukan apa-apa untuk menolong sesamanya.

Ketika bapak tua itu tengah merapihkan perbuatannya, para penjaga justru membentak-bentak sambil beberapa kali menendang punggung lelaki itu kasar. Memarahinya, memakinya, mencela dia karena ceroboh. Yang dimaki hanya bisa terus menunduk pasrah. Menerima semua perlakuan itu tanpa menyela.

"Kami akan meminta surat perintah pada Raja untuk segera mengakhiri hidupmu yang tidak berguna. Menyusahkan saja !"

Mendengar ucapan kepala penjaga sontak membuat lelaki tua itu mendongak. Seolah sebuah tamparan tak kasat  mata baru mengenai wajahnya,  dadanya bergemuruh takut. Ia segera membungkuk sembari berjalan, memeluk kaki kepala penjaga yang berdiri tepat dihadapannya erat. Ia memohon dengan sangat rendah berlinang air mata.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang