13

823 120 68
                                    


"Ve" Veranda menoleh, panggilan itu sukses membuat Veranda mengalihkan perhatian nya dari sketsa gambar. Melihat siapa di sana, Veranda kembali mempusatkan pandangan pada sketsa.

Shania masuk dan menutup kembali pintu ruangan Veranda. Mereka berdua sedang berada di butik veranda, lebih tepatnya berada di dalam ruangan khusus sang pemilik.

"Tumben? Ada apa?" Tanya Veranda tanpa melirik pada Shania yang sudah duduk diatas sofa.

"Gapapa, gue kangen aja sama sahabat gue yang menyebalkan satu ini"

"Heleh! Alibi"

Shania mengambil majalah disana.

"Lo yakin nerima perjodohan itu? Gimana kalo bukan Kinal? Gimana itu orang lain? Duh Ve, sebaiknya lo temuin Kinal sekarang. Lo ngaku aja sama dia kalo Vera itu lo, dan Lo mau diajak nikah sama dia" Veranda menghela nafas. Pensil di tangannya sudah terlepas.

"Gue ngga mau nantinya lo nyesal Ve" Vernada menatap balik kearah Shania yang tampak cemas.

"Kalo gue memang berjodoh sama dia, gue yakin Tuhan akan mempertemukan kita, tuhan akan menyatukan kita dengan caranya sendiri. Dan gue yakin, pilihan Tuhan yang terbaik buat gue. Kalo pun gue ngga berjodoh sama dia, berarti dia bukan yang terbaik buat gue"

"Dalam sebuah kebahagiaan harus ada pengorbanan dan perjuangan. Sekarang lo korbanin ego lo, temui dia dan minta dia jadi milik lo. Perjuangin dia Ve"

"Kok lo terobsesi banget nyuruh gue perjuangin Kinal? Lo ngga ada maksud lain kan?" Veranda menyipitkan matanya menatap Shania.

Shania menggeleng. "Ngga ada. Gue cuma ngga mau nasib lo sama kayak FTV yang sering lo bintangi" Veranda menajamkan pandangannya kearah Shania.

"Bukan waktunya bercanda!"

"Iya iya. Tadi gue ngga sengaja ketemu temannya Kinal di mall. Lo ingat saat pestanya Nino?" Veranda mengangguk "Teman-temannya Kinal lo ingat semua?" Veranda mengangguk.

"Yang mana?"

"Yang pernah gue ceritain ke lo beberapa waktu yang lalu. Dia yang udah nolong gue waktu Sakti ketauan selingkuh sama Sisil. Yang Kacamata kurus. Ingat?"

"Oh ya. Bob. Bob?"

"Boby". Terang Shania.

"Kenapa?" Tanya Veranda.

"Dia cerita sama gue.." mata Veranda langsung terpokus dengan bibir Shania.

"Tenang Kinal?" Tanya Veranda cepat.

"Yups"

"Kinal itu..."

______

"Kinal itu ngga pernah pacaran Ve. Sekalinya cinta pasti cinta banget. Dia ngga perduli siapapun yang dia cinta. Buktinya, dia mau pacaran sama lo dalam keadaan nyamar sekalipun"

Perkataan Shania barusan terngiang di kepala Veranda.

Veranda memasuki mobilnya dengan tergesa.

"Ve!! Tunggu! Lo ngga bisa kesana tanpa pengawasan!!" Teriakan dari Shania tidak di gubris oleh Veranda."Ve!!!!!" Teriak Shania kencang ketika mobil Veranda melewatinya begitu saja. Shania menghentakkan kaki lalu berlari menuju mobilnya.

"Boby bilang. Kinal mau di jodohin sama anak teman ayahnya. Tapi dia cintanya sama Vera. Dia cintanya sama lo Ve, sama lo!" Ucap Shania sedikit meninggi di akhir kalimat. "Denger cerita Boby, gue jadi kasihan sama Kinal"

Veranda menatap gusar pada jalanan ibu kota sore ini.

'tinnnnnn' Veranda kadang menekan klaksonnya dengan kesal. Selalu saja ada yang menghalangi jalannya.

S E K A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang