Chapter 1

515 62 5
                                    

   Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan,sejatinya akan membuat  hati kita terasa sakit.
Dan saat harapan yang kita inginkan tercapai,dan itu juga membuat hati kita terasa ngilu.

***

Di sebuah gedung yang sudah tidak layak lagi dipakai, terlihat seorang pemuda jangkung yang masih menatap matahari yang akan mulai tenggelam.
 

Sama hal nya bulan yang merindukan bintang, hujan yang merindukan tanah, pemuda jangkung itu juga merindukan seseorang yang sudah lama pergi darinya.

Sunyi. Itulah yang dirasakan oleh pemuda jangkung itu. Pemuda itu bersender di dinding dengan kedua tangan di sakunya. Aldenelio Angkasa M. Nama pemuda jangkung itu.

Baginya,tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dunia fana. Dimana manusia tidak ada yang adil kepada orang lain. Apalagi kepadanya. Dan pastinya semua yang hidup di dunia akan hancur.

Alden mengambil pematik yang ada di saku,lalu menyalakannya ke benda beracun yang sudah di apit oleh bibirnya. Tak selang beberapa detik, asap mengepul keluar dari mulut Alden.

Alden mengambil handphone yang sudah bergetar sedari tadi. Dia menghela napas lelah saat melihat nama yang tertera di layar hp nya. Tanpa berniat mengangkat telepon tersebut, Alden me-nonaktifkan hp nya lalu sibuk dengan langit yang sudah berwarna orange.

***

Sore ini, Melody berjalan ke arah minimarket yang tak jauh dari rumahnya. Sesampainya di sana, ia mengambil coklat kesukaannya dan tak lupa ice cream rasa vanila.

"Sendiri?" Melody menoleh ke arah pemuda yang ada di samping nya. Sedikit terkejut siapa yang berada di sampingnya. Ia langsung pergi saat tau siapa pemuda itu.

"Gak! Berdua." Pemuda itu terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Melody tak pernah berubah, pikirnya.

"Lo udah banyak berubah ya," kata pemuda itu menatap Melody dari atas sampai bawah. "tapi yang berubah adalah penampilan lo."

"Itu bukan urusan lo," kata Melody sinis.

"Bukan urusan gue?" Pemuda itu menunjuk dirinya. "Yakin?" Pemuda itu tersenyum menggoda ke arah Melody.

Melody memutar bola matanya bosan."Sana jauh-jauh!" usir nya.

"Kalau gue jauh, ntar lo kangen sama gue gimana? Lagian, obat kangen sama gue itu belum ada , Fir." Melody tersenyum miring.

"Hellooo,lo gak usah PD deh jadi orang. Gue? Kangen sama lo? Sampai upin ipin SMP pun gue gak sudi kangen sama lo!" Pemuda itu tersenyum mengejek dan Melody benci dengan senyuman itu.

"Ok. Kita buktikan!" Pemuda itu berjalan ke arah kasir dan meninggalkan Melody yang masih menatap punggung pemuda itu. Dia memegang dadanya yang terasa sesak. Pemuda itu tidak pernah berubah, masih persis seperti 5 tahun yang lalu dia kenal. Dan bencinya lagi Melody masih seperti dulu.

Setelah kepergian pemuda itu, Melody baru melangkahkan kakinya ke arah kasir.

"Totalnya berapa mbak?" suara perempuan itu berubah menjadi lembut, tidak  seperti dia berbicara dengan pemuda tadi.

"Ah iya! Tadi barang belanjaan mbak sudah dibayar sama cowok ganteng barusan, katanya mbak tunangannya." Mata Melody membola. Dia terkejut.

"Emhmh mbak gak salahkan?" tanya Melody. Takut kalau mbak kasir itu salah informasi.

"Ngak, mbak." Mbak kasir itu menggaruk pipinya."Oh iya, ini surat dari cowok ganteng tadi." Mbak kasir itu memberikan secarik kertas yang terlipat.

💦AFTER RAIN💦 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang