Melody kembali ke sekolahnya lagi. Tidak ada yang spesial. Pergi, belajar, dan pulang. Itu yang Melody lakukan setelah keluar dari rumah sakit. Sam, ayah Melody tidak membiarkan Melody untuk melakukan sesuatu yang menguras tenaga. Untuk itu, urusan persiapan Pensi untuk bulan depan Ferly yang meng-handle nya. Tetapi, Melody tetap mengawasi dan memimpin rapat OSIS. Melody sadar, itu adalah tugasnya. Terkadang Melody sangat tidak enak saat melihat teman-temannya bekerja, sedangkan dia tidak. Tetapi, berkat ucapan Ferly tempo lalu mampu membuat merasa bersalah Melody sedikit berkurang."Udahlah, Mel. Kalau masih sakit mendingan kamu istirahat aja. Gak usah gak enak gitu sama kita-kita. Lagian kita kan juga kerja sama-sama. Jadi kamu gak usah gak enak gitu ya."
Tetapi ada yang lepas dari kehidupan Melody sekarang, Alden. Seminggu kejadian dimana Aldo dan Brand menyeret paksa Alden ke ruang BK, Alden tidak pernah terlihat lagi di sekolah. Bahkan Aldo dan Brand pun tidak tau keberadaan cowok itu.
"Mel, kamu kok masih di sekolah?"
Melody mengangkat kepalanya. Dia menatap Ferly yang ada di depannya dengan tubuh setengah basah. Melody baru sadar, hujan sedang merindukan tanahnya sekarang.
"Ekh..Fer? Kamu kok belum pulang?"
Ferly terkekeh. "Kok kamu malah balik tanya, sih?"
Melody menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku lagi tungguin Delon."
Ferly membulatkan bibirnya. Dia duduk di kursi sebelah Melody dengan mengusap kedua tangan.
"Hujan, ya?"
"Iya."
"Kamu tau gak kenapa hari ini hujan?"
Melody menatap Ferly sambil menggeleng. "Emang kenapa?"
"Karena katak yang manggil. Heehehe.." Ferly menggaruk lehernya. Dia salting saat Melody cuma diam menanggapi ocehan garingnya.
Beberapa menit terjadi keheningan di halte tersebut. Melody yang masih setia menatap butiran hujan dan Ferly yang sedang berbipikr untuk memulai pembicaraan.
"Akhir-akhir ini... aku lihat kamu sering bengong, Mel." Melody menunduk. Sampai Melody merasakan sebuah kehangatan di tangannya. "Kamu ada masalah, ya?"
"Apa ini ada hubungannya dengan Alden?"
Melody menggeleng. "Melody, kalau kamu ada masalah, mungkin aku bisa bantu. Jangan segan atau merasa gak enak gitu sama aku, Mel. Kamu boleh cerita masalah kamu sama aku kapanpun."
"Melody, kamu pasti taukan, kalau aku sudah lama suka sama kamu? Mel, aku gak akan pernah maksain perasaan kamu sama aku. Tapi aku mohon, Mel. Jangan pernah minta sama aku untuk kuburin perasaan ini. Aku bakalan tungguin kamu sampai kamu benar-benar siap untuk terima aku di hidup kamu, Mel."
Melody menatap Ferly. Melody tidak munafik kalau dia suka perhatian Ferly kepadanya. Apalagi, akhir-akhir ini Ferly sangat memperhatikan kondisi fisik dan psikis Melody. Ada rasa haru dan sekaligus kecewa di hati Melody. Kenapa hatinya bisa merasa buta jika bersama Ferly? Padahal Melody tau kalau Ferly menyukainya.
Tin tin tinnn
Melody memutuskan kontak matanya dari Ferly dan langsung menatap Delon yang baru saja keluar dari mobil dengan payungnya.
"Sorry, Mel gue telat jemput lo. Tadi gue harus pulang dulu ke rumah jemput mobil."
"Iya gak apa-apa, bang."
Delon tersenyum dan mengacak rambut Melody. Saat Delon melihat respon Melody yang hanya diam, Delon tersenyum masam.
"Pulang sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
💦AFTER RAIN💦 (TAMAT)
Teen Fiction(Belum direvisi) Maaf kalau cerita ini kurang dari kata sempurna🙏 "Yakinlah, akan ada kebahagian setelah kesedihan. Seperti halnya pelangi setelah datangnya hujan" Melody Shafira, murid perempuan yang berasal dari SMA 1 Bandung dan sekaligus ketua...