Chapter 38

71 18 0
                                    

Pagi ini, Alden memang sengaja sudah berada di rumah Melody. Sesuai janjinya kemarin, dia akan mengajak Melody untuk lari pagi.

"Maaf nunggu lama."

Alden menegakkan tubuhnya yang dari tadi lagi menyender di sofa milik Melody.

"Nyokap lo dimana?"

Melody mengerutkan dahinya, "Hm...lagi keluar."

"Nyokap lo udah tau kalau lo lagi sama gue?"

Melody mengangguk. "Emang kenapa sih?"

Alden mengangkat bahunya, "Mau pamitan sama nyokap lo, kan gue mau ngajak lo keluar."

Boleh Melody baper?

"Ohh...kalau itu gak usah, sih. Gue udah bilang kalau gue keluar bareng lo."

Alden bergumam, lalu mengedikkan dagunya supaya Melody berjalan di sampingnya.

"Gue masih kesal sama lo."

Melody melirik Alden yang sudah berlari kecil di sampingnya. Sesaat, Melody meneguk ludahnya melihat keringat Alden yang mulai bercucuran.

"Kenapa?"

Alden berhenti sebentar, lalu melanjutkan lariannya.

"Lo masih bilang kenapa? Gue kesal karena lo tiba-tiba jauhin gue selama seminggu ini." Sarkasme Alden.

"Maaf."

Alden menghembuskan napas saat Melody menundukkan kepalanya.

"Lain kali, kalau gue salah lo tegur aja." Melody menatap Alden. Melihat tatapan aneh Melody, membuat Alden mendengus kecil. "Jujur, gue benci lo jauhin gue."

Tubuh Melody menegang. Apa dia gak salah dengar? Kenapa Alden bersikap seolah-olah mereka sedang menjalin hubungan? Bukankah, dia dan Alden baru kenal selama satu bulan ini?

"Kenapa?"

Alden terdiam. Melihat Alden diam, Melody kembali berpikir kalau omongan Alden tadi cuma spontalitas saja. Dan itu sukses membuat Melody kembali dijatuhkan. Emang susah ya kalau cinta bertepuk sebelah tangan, kitanya cinta, tapi dia tidak.

"Ya udah, gue anggap aja omongan lo barusan itu cuma spontalitas saja."

Melody tersenyum, tapi tidak dengan Alden. Cowok itu malah mencekal lengan Melody.

"Apa harus butuh alasan?" sekian lama Alden terdiam, dia cuma bisa mengucapkan itu?!

"Alasan?" Melody tertawa sumbang. Sudah lama dia menahan diri, tetapi kakak seniornya ini seolah-olah tidak mengerti dengan kode Melody. "Sorry, kayanya lari pagi ini harus dibatalkan." Melody melepaskan tangan Alden.

"Lebih baik lo pulang atau ajak teman lo kalau mau lari pagi."

Alden terdiam saat Melody membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Alden dengan pikiran yang berkecamuk.

***

Melody mengurung diri di dalam kamarnya. Dia tidak suka berada di zona seperti ini. Bersikap seolah-olah dia baik-baik saja selama ini, itu bukan diri Melody.

Melody tetaplah perempuan yang mudah baper saat diberi perhatian dari seseorang yang disukainya. Walaupun Melody baru bisa dekat dengan Alden sebulan ini, tidak mungkin menutupi kalau sukanya Melody sudah bermetafosa menjadi cinta.

Selama sebulan ini, dia sudah banyak tau tentang kehidupan Alden. Alden yang suka minum madu hangat sebelum tidur, Alden dibalik topengnya yang menyeramkan ternyata sangat menyayangi adik perempuannya, dan Alden yang sangat tidak suka dengan hujan. Yang terakhir, benar-benar membuat Melody sadar, bahwa visi mereka sangat berbeda. Melody sangat menyukai hujan, karena hujan, Melody bisa melihat Pelangi. Sedangkan Alden membenci hujan, karena hujan menyebabkan Ibu dan saudara kembarnya Alden meninggal. Melody tau itu semua dari Brand. Tidak banyak yang tau, kalau Alden mempunyai saudara kembar yang bernama Afranelio Angkasa Miller.

Melody menghapus air matanya, tidak sepatutnya dia menangisi orang yang sama sekali tidak pantas ia tangisi. Alden hanya menganggap dia entah itu teman, dan seharusnya, Melody juga merespon sebaliknya.

***

"Kenapa lo?"

Gemi menatap temannya aneh. Dia tidak pernah melihat Alden sepagi ini sudah berada di rumahnya.

"Setan apa yang merasukimu, hingga kau berpikir tuk~~"

Tak

"BANGSAT!"

Gemi mengusap kepalanya yang baru saja ditimpuk oleh remote tv, siapa lagi pelakunya kalau tidak Alden.

"Berisik!"

Gemi mendengus, lalu dia baru sadar ada yang berbeda dengan sahabatnya itu.
"Lo mau lari pagi?"

"Hm...tapi batal." kata Alden seperti gumaman. Melihat ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Gemi ikut berbaring di kasurnya yang sedari tadi sudah dihuni oleh makhluk tak diundang.

"Cerita, cerita, cerita!"

Alden berdecak. "Malas!" Alden membalikkan tubuhnya.

"Ayo dong, Al. Masa lo gak mau cerita sama gue. Apa ini masalah bokap lo yang selalu menuntut lo untuk melanjutkan posisinya?"

Alden menggeleng kecil. "Cewek."

Mata Gemi membesar. "Benaran? Seorang Aldenelio Angkasa Miller seperti ini gara-gara cewek?" Gemi menggeleng takjub. "Siapa nih ceweknya?"

"Kepo!"

"Ck. Gimana lo bisa maju-maju terus sama tuh cewek, sedangkan lo gak mau berbagi cerita sama gue. " Gemi berdecak kesal. Tetapi saat itu juga, dia menepuk bahu Alden. "Terkadang cerita sama teman bisa mengurangi beban pikiran lo, Al. Cerita sama gue, gue janji gak akan bocorin soal ini sama siapapun, termasuk Feli."

Alden bingung, selama ini dia tidak pernah cerita tentang masalahnya dengan siapapun. Masalah pekerjaannya saja dia bisa mengatasinya dengan mudah, tetapi soal ini, dia masih belum menemukan solusinya.

"Baiklah. Gue bakal cerita cuma satu kali."

Gemi tersenyum miring, jarang-jarang seorang Alden mau terbuka kepada orang lain.

Alden mulai bercerita, dimana dia sering menemukan surat kaleng di lokernya beberapa tahun belakang ini, sampai surat itu tidak lagi ada di lokernya dan itu benar-benar membuatnya nekad mencari orang yang sering membuat surat itu. Sampai akhirnya dia bertemu dengan pemilik surat itu, kenalan dan terakhir, dia mengungkapkan kalau dia tidak suka tiba-tiba dijauhi oleh cewek itu karena gosip yang dibuat oleh teman-temannya tentang dia menghamili Feli. Alden juga mengatakan kebingungannya kepada Gemi melihat sikap cewek mengatakan kalau omongannya hanya bualan semata.

Mendengar ucapan Alden, Gemi sudah paham kenapa sahabatnya itu uring-uringan selama seminggu ini.

"Terus apa lagi?"

Alden menatap Gemi ragu." Hmm...gue juga gak suka kalau dia jalan sama cowok lain."

Gemi menepuk keningnya sendiri. Kayanya, Alden memilih orang yang tepat untuk diajak ngobrol. Masa masalah kaya gini saja dia tidak tau.

"Gue tau lo sedang mengalami apa sekarang."

Mata  Alden berbinar terang. Akhirnya dia tau permasalahan yang ada dipikirannya selama ini. Sepertinya, dia harus mulai terbuka dengan orang lain setelah ini.

"Apaan? Kasih tau gue cepat!"

***

Don't forget to vommet guys😉

💦AFTER RAIN💦 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang