Safe Flight (1)

4.6K 732 81
                                    

Mingyu kembali akan meninggalkannya, kali ini sang suami tampan akan bertolak ke Jepang untuk menghadiri festival kuliner Asia yang diadakan oleh negeri sakura itu. Sebagai seorang istri yang baik, maka Wonwoo merapikan segala kebutuhan Mingyu selama satu minggu di Jepang. Kali ini Mr. Perfect itu sedikit mengizinkan Wonwoo untuk membantunya mengepak barang. Meskipun pada beberapa kejadian, Mingyu harus rela menahan rasa kesalnya karena Wonwoo meletakkan barang tidak sesuai dengan aturan Mingyu. Bukan, Wonwoo sama sekali tidak berniat untuk meletakkan barang seenaknya. Hanya saja di kepalanya kini berkecamuk segala spekulasi buruk tentang penerbangan Mingyu. Dengan berat hati, Wonwoo mengakui bahwa setiap ada hal apapun yang sesuai dengan intuisi Mingyu, pasti terjadi tidak lama setelahnya. Pasalnya beberapa hari yang lalu, Mingyu yang memang memiliki kebiasaan selalu mengajak bicara dari hati ke hati tiap usai mereka bercinta, mengutarakan kekhawatiran yang ia rasakan pada Wonwoo.

~~~

"Sayang, lusa aku akan ke Jepang. Akan ada festival kuliner Asia yang harus kuhadiri." Mingyu bersandar di headboard ranjang sambil memainkan rambut Wonwoo yang sedang membaringkan kepala di dadanya.

"Oh ya? Berapa lama?" Terdengar nada kekecewaan yang keluar dari mulut Wonwoo, namun tangannya tetap bermain dan membuat pola-pola acak pada dada suaminya.

"Hanya satu minggu. Tapi aku kehabisan tiket untuk maskapai yang biasa aku tumpangi. Jadi aku akan naik maskapai yang lain. Entah mengapa aku sedikit khawatir."

Wonwoo menengadahkan kepalanya untuk menatap mata Mingyu, sang belahan jiwa juga sengaja menenggelamkan tatapan ke arah manik rubah tajam milik istrinya dengan menundukkan kepala.

"Jangan bicara sembarangan, sayang. Tidak akan ada apapun. Kau akan baik-baik saja." Wonwoo mengeratkan pelukannya dan semakin dalam menelusupkan wajahnya ke dada Mingyu.

"Aku harap begitu. Kita tidur sekarang? Kau pasti lelah 'kan? Terima kasih telah menemani hidupku, Wonwoo." Mingyu mengecup kening Wonwoo dan segera menjemput alam mimpinya. Berbeda dengan Wonwoo yang masih terjaga sambil memperhatikan lekat-lekat wajah yang merupakan karya Tuhan paling sempurna. Wonwoo menciuminya sepanjang malam, membelai garis rahang yang terlukis tegas, mengecup ujung hidung yang selalu menghirup wangi rambutnya, menciumi jari jemari tangan yang terampil membuatkannya segala jenis makanan, menelusupkan wajah ke dalam lengan kekar yang selalu hangat memeluknya. Ia teramat mencintai Mingyu-nya, tidak pernah terbayangkan jika harus hidup tanpa ada Mingyu di sisinya. Pada dini hari yang hening, Wonwoo menangkupkan kedua tangannya, memejamkan mata, memohon dengan kerendahan hati yang teramat sangat pada Tuhan, selamatkanlah Mingyu di manapun kakinya berpijak.

~~~

Lamunan Wonwoo buyar ketika Mingyu mengusak lembut rambut hitam pekat miliknya. Ia menoleh dan Mingyu hanya tersenyum manis melihat tingkah Wonwoo yang memasukkan vas bunga ke dalam koper Mingyu.

"Sayang, dekorasi di sana pasti sudah menyediakan vas bunga. Aku tidak perlu membawanya lagi." Mingyu mengecup puncak kepala Wonwoo sambil berlalu untuk mengambil beberapa perlengkapan lagi yang harus ia masukkan ke dalam kopernya.

Menyadari hal itu Wonwoo buru-buru mengumpulkan nyawa dan pikirannya yang sempat berkelana kemana-mana. Ia meringis bodoh ketika sadar bahwa vas bunga yang menghiasi kamar mereka kini telah pindah ke dalam koper suaminya.

"Ada yang kau pikirkan, sayang?" Mingyu sedikit tersentak ketika Wonwoo tiba-tiba memeluknya erat dari belakang.

"Gyu, kabari aku sesampainya di sana. Segera setelah kau mendarat."

Bittersweet [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang