Lisa Pov.
Aku berjalan menuruni tangga dengan air mata yang bercucuran, Aku tinggalkan Jennie sendirian dikamarku setelah ia mengakui semuanya. Aku memang belum memberi tahu siapa aku sebenarnya padanya, Bukannya tak mau tapi aku tak sanggup.
Bukankah itu adalah jawaban yang paling jujur darinya ? Dia berkata dengan jelas dan lantang kalau dia tidak mengharapkanku lagi, Dia sudah memilih Mario, dan mencintainya.
Itu sama sekali bukanlah bualan belaka yang hanya diperuntukkan agar membuat Mario si pemarah tenang, walau sebenarnya disaat berkata seperti itu pun bukan Mario tapi aku.
Aku bisa melihat emosi yang jujur dimatanya saat aku mulai mengingatkannya tentang diriku. Dia tak senang jika aku yang dikiranya Mario tiba tiba membahas Lisa.
Apalagi yang harus ku buktikan denganmu Jane ?
Semuanya sudah sangat jelas bukan ?
Aku sudah tak ada lagi dihatimu ..
Tak ada ruang untukku disana walau hanya sedikit saja
Bahkan orang buta yang tak melihatpun bisa mengerti kalau amarah yang Jennie tunjukkan itu merupakan cintanya untuk Mario yang sedang berbicara.
Aku terlalu cepat berasumsi ? jelas tidak... Aku sudah hidup dengannya untuk waktu yang lama, Jadi aku tau bagaimana Jennie kalau sedang jujur atau tidak.
Hati ini sangat lah sakit, bahkan untuk berjalan saja rasanya aku tak sanggup saking ngilunya dada bagai dihunus tombak.
Tak adalagi mata yang biasanya menatapku dengan cinta.
Tak ada lagi bibir hangat yang selalu mengecup hanya untuk membuatku bangun,
Tak ada lagi tangan hangat yang selalu menyentuh pipiku disaat aku takut bermimpi.
Semua yang biasanya aku dapatkan darinya sudah diambil alih oleh orang lain.
Bodoh bukan ? sudah disakiti berkali kali, namun cinta ini masih hidup untuknya, bahkan makin mengakar.
Tidak sekali dua kali Jennie begini, sering malah dia terlibat api dengan orang lain.
Namun aku yang buta ini masih saja menerimanya.
Kenapa ?
Karena cintaku untuknya terlalu besar, amarahku selalu kalah dengan rasa sayang yang aku punya dibalik usahaku ingin membenci.
Aku masih mengingat janji yang kami buat pada malam itu, pada tanggal 23 pukul 23 dimenit yang ke 23.
Kami sudah berjanji untuk saling setia dan saling memiliki. Aku juga sudah bilang padanya, jika Nini meninggalkanku maka aku akan mati.
Tapi apa ini Nini lihatlah ?
Kau masih saja menyakitiku, apa kau benar benar ingin sekali membuktikan kalau kau bisa membunuhku ?
Selamat kurang dari sehari kau bisa membuktikannya.
Untuk apalah aku berada didunia ini. untuk apalagi aku bernafas, tujuan nafas ini sudah pergi. Toh walau diapun tau kalau aku sudah kembali itu tak akan seketika merubah perasaanya yang dalam untuk kakakku.
Semuanya sudah berakhir...
Tak ada jalan lain lagi, aku sudah mengambil keputusan yang bulat..
Aku sudah memilih jalan yang tepat dengan memutuskan untuk menyerah, aku akan merelakan hidupku diambil alih oleh Mario seutuhnya.
Biarlah aku lenyap, asal Jennie bisa bahagia. Inilah cara terakhir yang aku pilih.
Aku tau keputusan ini membuatku meninggalkan orang orang yang ku sayangi untuk selamanya, Tapi tak apa, aku ikhlas untuk pergi dari pada aku harus hidup dengan kehilangan Jennie. Hidup yang seperti itu sama saja mati bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL HER (JENLISA) [TAMAT]
FanfictionHighest Rank of Jenlisa, Kalau nggak ketagihan kalian boleh tabokin author wkwkw Jangan sentuh aku ! Sentuhan mu sakit menyentuh kulit ku, tapi Aku candu !! -Lalisa Manoban- Mana mungkin ? Tangan ku ini diciptakan tuhan untuk menyentuhmu.. -Kim Jen...