40. Menunggu itu Karma

14.1K 1.2K 373
                                    

Hidupkan Video disaat Membaca..
Volume up 🔊🔊🔊

_______________________________________

Seorang pria bertumbuh tinggi dan besar menghela nafas, mendapati sang putri tertidur lemas dengan segala alat bantu nafas yang menahan hidupnya. Tak dapat lagi pria itu mengutarakan rasa kecewanya melihat semua yang terjadi. Sang putri satu satunya yang sudah ia besarkan diperlakukan seperti ini, alangkah sakit hati sang ayah melihat gadis kecilnya sudah 3 hari tak bangun.

"Marco Tenanglah.. Lalice pasti bisa melewatkan masa sulit ini.. putri kita kuat.." istri dari pria itu yang tak lain adalah ibu kandung Lalisa mendekat dan mengelus engan sang suai yang terlihat kesal bercapur cemas.

"Inilah yang aku takutkan Elena, itulah kenapa sedari awal aku tak pernah mengizinkan putri kita untuk menempuh jalan ini. Itulah kenapa aku bersikeras tak membiarkannya untuk meninggalkan kita demi impiannya. Karena aku tau putriku sangat lemah dan rapuh, sementara dunia tempat dia berkerja sangatlah kejam."

"Dan setelah menjadikan putriku sebagai pundi pundi uang mereka, lalu mereka dengan mudah berkata kalau putri kita tidak akan bisa kembali seperti semula ? Cukup Elena. Mari bawa putri kita pulang. Disini bukan tempat yang cocok untuk putriku. Dia tidak akan berkecimpung lagi dalam dunia hiburan yang picik ini."

Jennie POV

Semenjak dia masuk kedalam ruangan operasi tak ada satu orangpun yang bisa mendekatinya, termasuk aku. Lalisa langsung dijaga ketat didepan ruangannya tanpa ada celah satupun untuk seseorang bisa menjenguknya. Ini bukanlah perintah dari Yang hyunsyuk Sajangniem, namun itu adalah titah dari kedua orang tua gadis itu yang tidak mengizinkan siapapun yang berasal dari dunia hiburan untuk menjenguk putri mereka, sekalipun itu kami para member yang sudah sangat dekat dengannya. Alhasil aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh, dari pagi sampai malam mendingin seperti ini pun aku rela berkeliaran di sekitar rumah sakit, seperti gelandangan yang tak punya rumah. Bahkan aku tak peduli dengan tubuhku yang kedinginan, perut ini sudah diisi apa belum, tanganku yang sudah mati rasa melawan suhu minus. Yang membuatku bertahan seperti ini hanyalah aku tau kekasihku masih bernafas dan tidur dengan baik didalam ruangan sana. Sedikitpun aku tak punya niat untuk meninggalkan rumah sakit ini walaupun hanya sedetik saja. Karena aku tak ingin mataku jauh dari Lisa, walau yang bisa aku dapati hanyalah pintu ruangannya yang tertutup, tanpa pernah diizinkan untuk melihat langsung wajah orang yang aku cintai itu.

DRRRRTT DRRRRRRRT

Telfon genggam disakuku bergetar, menggetarkan kulit disekitarnya sembari memberi tahu kalau ada yang menghubungiku. Aku langsung antusias disaat nama Dr. Song tertulis dipanggilan itu seseorang yang aku percaya untuk memberiku informas mengenai perkembangan Lisa didalam sana, karena aku tak tau bisa menjenguknya secara langsung, maka setidaknta Dr. Song lah yang bisa menjadi mataku untuk melihat Lisa.

"Yobuseyo, Jennie Ssi ?" Suara Dokter Song terdengar penuh terburu buru..

"Nde Dokter Song, apa ada kabar terbaru mengenai Lisa ?" jawabku lebih penasaran lagi.

"hahh aku tak tau harus menyampaikan ini bagaimana padamu, aku memberitahumu dua jenis kabar, ada baik dan buruknya." Ujar Dokter itu dengan suara yang terdengar bergetar.

"Kabar apa itu Dr. Song ? mohon beritahu aku"

"Jennie Ssi, Kabar baiknya Lisa baru saja siuman dari tidur panjangnya. Dan kabar buruknya... Lisa akan dibawa paksa oleh orang tuanya keluar negeri untuk menjalani transplantasi paru. Kau cepatlah kemari ! sebelum terlambat, karena Lisa sudah bersiap siap meninggalkan rumah sakit."

Aku memutuskan telfon tanpa pamit, langsung saja kaki ini berlari dengan sendirinya menuju lobi rumah sakit, bahkan aku sampai tak peduli jika aku menabrak seseorang dihadapanku. Berlarian seperti orang gila hanya untuk menemui Lisa walau hanya sejenak saja. Pintu kamarnya sudah tak berapa meter lagi jaraknya dariku, kaki ini makin membabat tak sabar menghampiri pintu ruang rawat itu. Namun usahaku untuk menjangkau Lisa terhambat, dua orang pria berbadan besar langsung menahan lenganku saat aku mendekat.

HEAL HER (JENLISA) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang