Dekat dengan mu membuat ku berdebar terlalu keras. Jadi, beritahu aku jika kamu juga telah jatuh hati seperti ku.
***
Sejak percakapannya dengan sepupunya tadi, Fardhan seakan tak bisa menampik rasa yang masih menjalar disana. Entah apa yang dipikirkan cowok itu, ia seakan tak peduli pada apapun kecuali perasaannya sendiri. Bahkan ia berfikir mungkin ini adalah jalan keluar yang akan ia lewati di kemudian hari.
"Far" seorang menepuk bahunya. Ia pun menoleh, ternyata dua sahabatnya sudah menyeringai dibelakangnya.
"Apaan?"
"Lo nggak ada kenalan dedeq gemesh gitu? Kan lo ketua OSIS disini." ujar Naren.
"Ada."
"Mana mana?"
"Tuh adek lo si Zoya pacarin sendiri." sahut Fardhan enteng.
Satu detik. Dua detik.
Naren dan Randi terbengong mencerna ucapan sahabatnya itu. Hingga akhirnya Naren lah yang lebih dulu menggelengkan kepalanya untuk mencari kesadaran, "Gila Lo! Mau bikin gue digampar emak sendiri." balasnya dengan muka masam.
Randi sudah menyemprotkan tawanya. Ia bahkan sudah terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya. Terlebih saat melihat wajah Naren yang bergedik ngeri.
"Udah belajar ngelucu lo bro?" tanya nya di sela-sela tawa.
"Iyah biar kalian seneng." balas Fardhan cuek. Ia pun kembali melanjutkan jalannya yang sempat tertunda. Apalagi saat ini sedang sibuk-sibuknya karena hari terakhir MOS berlangsung.
"Woyyy mau kemana lo?" teriak Randi.
Tak perlu menjawab apapun, Fardhan justru mempercepat langkahnya. Ia bahkan tak habis pikir dengan sahabatnya yang tak tahu kondisi itu. Bahkan masih terdengar namanya disebut-sebut dari arah belakangnya.
***
Saat melewati taman, Fardhan tak sengaja melihat dengan adik kelas itu. Ia bersenda gurau dengan kedua sahabatnya. Tatapan matanya seolah tak mau berpaling hingga membuat langkah kakinya juga melambat. Mereka berjalan berlawanan arah dengan cowok itu.
Mirip, batinnya.
"Woy bro," tanpa Fardhan menoleh pun ia tahu suara siapa yang sedang memanggilnya. Ia bahkan tak percaya bahwa kedua sahabatnya akan mengejarnya.
"Ren, ren ada cewek cantik tuh." tunjuk Randi.
Dengan cepat Naren juga menoleh ke arah yang ditunjuk Randi, "Anjayy adek gue punya temen cakep amat." ujarnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bro kok lo nggak bilang sih kalau Zoya punya temen cakep kayak bidadari nyasar gitu." celetuk Naren menepuk lengan Fardhan.
"Mana gue tau. Lagipula dia nggak mungkin mau sama cowok gesrek kayak lo." jawab Fardhan enteng. Jika dalam keadaan normal Naren pasti akan membalasnya. Namun kali ini tidak, ia justru melambaikan tangan ke arah tiga cewek yang semakin dekat jarak dengannya.
"Zoy."
Bukan hanya Zoya yang menoleh, namun kedua sahabatnya juga, Nara dan Vanda. Bahkan mereka sempat terkejut dengan kehadiran kakak kelas most wanted di depannya.
"Ngapain lo bang kesini?" Zoya sudah mendelik pada Naren. Mereka memang selalu bertengkar. Zoya tak segan-segan membalas tingkah jahil kakaknya yang sudah mendarah daging itu.
"Kenalin abang dong Zoy sama temen mu yang cantik itu." sahutnya menaik turunkan alisnya mendahap Nara. Namun gadis yang dibicarakannya hanya diam memandang mereka dengan penuh kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...