Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita esok hari. Yang jelas, aku hanya tahu bahwa esok aku masih menunggu mu seperti biasanya untuk jatuh cinta kepada ku.
***
Sejak sepulang dari danau, Nara tak kunjung melunturkan senyumannya. Ia terus tersenyum sendiri walau mamanya sudah bertanya ada apa dengannya. Ia hanya tersenyum manis, lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Bhuk!
Di hempaskan tubuhnya pada kasur king size itu. Ia merentangkan tangan lalu menggerakkan ke atas bawah seperti sedang berenang.
Kak Fardhan makin bikin gue jatuh cinta aja, batinnya tersenyum geli.
Kemudian Nara membalikkan tubuhnya untuk merogoh ponselnya yang berada dalam tas. Ia mengeluarkannya dan membuka aplikasi galeri dalam ponsel tersebut. Lagi-lagi, senyumnya semakin mengembang tak kala ia melihat potret dirinya dengan sosok cowok yang berstatus sebagai pacarnya.
"Kak Fardhan kok ganteng banget yah?" pujinya menatap ke arah foto Fardhan yang hanya tersenyum tipis.
Aksa Rafardhan, sosok yang entah sejak kapan membuat Keynara nyaman di dekatnya. Awalnya ia menerima cowok tersebut penuh dengan keraguan, namun dengan seiring waktu yang berlalu bahkan cukup singkat ia telah terperangkap pada laki-laki tampan tersebut.
Menurut Nara, Fardhan manis walaupun kadang ia bersikap sangat dingin. Gadis itu tidak mempermasalahkan sebab ia berfikir bahwa ini adalah suatu proses pengenalan diri masing-masing. Nara cukup sadar bahwa mereka berpacaran tanpa ada pendekatan lebih dahulu.
"Semoga aja dia nggak ninggalin gue." ujarnya. Ia menggosok dengan lembut gelang hitam yang terpasang di tangannya.
***
Saat ini Nara sedang bersiap-siap untuk makan malam bersama keluarganya. Tadi namanya mengatakan bahwa mereka akan makan malam bersama Darren, kekasih kakaknya. Hal ini diadakan untuk pesta kembalinya Levi ke Indonesia, katanya.
"Nara, ayo turun sayang." panggil Sasty dari depan pintu kamar putrinya.
"Iyah ma," balas Nara sembari tersenyum. Ia merapikan sedikit bagian rambutnya, lalu beranjak keluar.
Sesampainya di ruang makan, ia sudah melihat keluarganya beserta Darren sudah berkumpul di ruang kelurga. Gadis itu tersenyum tipis.
"Malam semuanya." sapa Nara.
"Malam juga sayang, sini duduk sebelah mama." ajak sang mama pada Nara. Ia pun menuruti lalu menggeret kursinya, kemudian duduk.
"Cieee kak Darren sama kak Levi yang bakalan nempel terus." ledek Nara.
Darren tertawa renyah, ia sudah mengenal baik keluarga kekasihnya. Ia juga sudah menganggap Nara sebagai adiknya sendiri, "Makanya kamu cari pacar dong Nar." sindirnya.
"Nara sudah punya pacar lo," kali ini bukan gadis itu yang menjawab, melainkan sang Mama. Sedang gadis itu cemberut disertai semburat merah yang menjalar di pipinya.
"Apa sih ma," rengeknya.
"Hahaha lo beneran dek punya pacar? Siapa sih kenalin dong sama gue." Dengan antusias Levi menjawab hingga membuat dirinya mendapat cubitan oleh pacarnya.
"Aww..." ringis Levi, "aku kan cuma kepo sayang." lanjutnya memelas pada Darren. Ia tahu pacarnya bukan seorang yang protektif kepadanya, namun ia juga takut jika cowok itu merajuk.
"Rasain lo kak, makanya jangan suka ngeledek gue." ujar Nara tersenyum puas membuat Levi semakin kesal.
Tyo dan Sasty hanya tersenyum mengamati tingkah putri-putrinya sudah sudah beranjak dewasa. Mereka berharap bahwa keluarga ini akan selamanya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...