Sudah sejak sejam lalu Nara duduk di pojok cafe Pelangi. Ia selalu melirik ke bergantian ke arah arloji putih yang di pakainya. Lalu melihat ke arah pintu berharap seorang segera datang menemuinya.
Nara sudah mengirimi pesan untuk Fardhan. Ia bahkan beberapa kali menelfon cowoknya itu. Namun sayang, tak ada balasan dari sang cowok. Nara semakin gelisah. Apa Fardhan melupakan janjinya?
Keynara : Kak Fardhan dimana?
Gadis itu kembali mengirim pesan pada Fardhan. Berharap cowoknya memberi kabar apakah ia harus menunggunya atau pulang saja. Ahh, menunggu memang membosankan.
Nara kembali memainkan ponselnya. Berharap rasa kantuk yang melandanya pergi. Terlebih saat udara panas di hari libur seperti ini. Nara lebih baik bersemedi di kamarnya saja seharian.
"Loh Nara? Lo sendirian nih?"
Nara mendongak. Ia mendapati sosok Fares di hadapannya. "Lo sendirian juga?"
"Yaelah malah nanya balik." ujar Fares. Kemudian cowok itu mengedarkan pandangan, "Lo lagi nungguin orang ya?" lanjut nya.
Nara mengangguk.
"Gue boleh duduk? Ya sekalian nemenin lo daripada sendirian."
"Ohh boleh. Gih duduk sekalian aja lo traktir gue makan." kekeh Nara bercanda.
"Bisa aja lo. Eh btw nih ya, lo nunggu siapa? Pacar lo?" tanya Fares. Ya, sebenarnya cowok itu tahu siapa lagi yang di tunggu temannya itu jika bukan sang pacar.
"He'em. Lo sendiri?"
"Iyah. Gue mau makan biasalah."
Nara hanya manggut-manggut mengerti. Tak lama kemudian ponselnya bergetar. Ia membuka notifikasi yang ternyata dari seorang yang sejak tadi di tunggu nya.
Kak Fardhan : Sorry Nar aku nggak bisa dateng. Ada urusan mendadak. See you, babe 😘
Nara mendesah kecewa. Setelah sejam lebih ia menunggu cowoknya dan ternyata Fardhan tak bisa menemuinya. Ingin rasanya ia marah, namun apa daya ia tak bisa marah pada sosok yang disayanginya.
"Fardhan nggak bisa dateng ya?"
Nara mendongak. Ia mengangguk lalu tersenyum kaku pada Fares. Moodnya tidak baik saat ini.
Mengerti akan perubahan raut wajah temannya, Fares ikut mendesah pelan. "Yaudah gue temenin makan sekalian aja nanti gue anter pulang."
Nara menggeleng pelan. "Nggak usah gue pulang aja." tolaknya halus.
"Ehh nggak apa-apa kok santai aja kita kan temen. Biar gue anter."
Lagi-lagi Nara menggeleng. Ia menampakkan senyum palsunya untuk meyakinkan kepada Fares bahwa Nara tidak apa-apa. Alhasil, cowok itu mengalah dan membiarkan Nara pulang sendiri.
"Gue duluan yah."
Fares mengangguk. "Oke, hati-hati di jalan takut ada abang-abang yang nyulik." gurau Fares. Nara hanya tertawa renyah menanggapinya. Kemudian ia berlalu keluar cafe tersebut.
***
Dilain tempat Fardhan sedang mencoba memperbaiki mobil seorang gadis. Wajahnya menjadi sedikit kusam karena panas matahari seolah membakar kulitnya. Ia sudah mengatakan bahwa lebih baik menelfon langganan bengkelnya saja. Namun, tolakan dari gadis itu membuat Fardhan mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...