Jika kamu menjadikan aku pilihan kedua, maka pergilah saja. Sebab kau tak perlu mencari pilihan lain sedang Ratu mu masih tidur dalam benak mu.
***
"Naik."
"Hah?"
Dengan hembusan napas kasar, cowok itu mengulurkan tangannya, "lo pegang tangan gue terus naik. Gue bantu." ujarnya.
Dengan gugup dan sedikit ragu, ia mulai naik ke atas motor. Walaupun sedikit kesusahan karena menggunakan rok, akhirnya ia bisa mengatasinya sendiri.
"Sudah?"
"Iyah kak."
Fardhan mulai menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Sesekali ia menengok ke arah spion yang menampilkan gadis disana. Cowok itu tersenyum kecil mendapati Nara yang gugup setengah mati karenanya. Tanpa menunggu aba-aba, ia mengulur sebelah tangannya kebelakang. Fardhan menarik tangan gadis itu untuk memeluknya.
"Takut lo jatuh."
Nara yang begitu reflek dengan perlakuan Fardhan hanya bisa menahan napasnya dalam-dalam. Ini adalah pertama kalinya ia dibonceng cowok lain selain ayahnya sendiri. Namun tak bisa berdusta lagi, cewek itu diam-diam mengulum senyum di balik punggung tegap itu.
"Kak Fardhan nggak apa-apa nganterin aku pulang dulu?" celetuk Nara.
Cowok itu terkekeh mendengar pertanyaan randomnya, "Hahaha, wajar kan cowok nganterin pacarnya." jawabnya enteng. Fardhan bukan cowok yang sedingin es batu, bukan juga patung berjalan, jadi wajar saja ia juga sering menanggapi orang lain. Dia hanya tak ingin berbicara pada hal atau seorang yang memang tak ingin diajaknya berbicara.
Laju motor itu semakin memelan, kemudian ia berhenti di sebuah kedai dekat perumahan.
"Yuk turun." suruhnya pada Nara. Dengan cepat gadis itu menuruti perintah cowoknya.
"Kak Fardhan tau tempat ini?"
Dengan yakin cowok itu mengangguk. Ia menarik tangan pacar barunya, "Mang, biasa yah dua." Cowok itu menyuruh Nara untuk duduk sembari menunggu es putarnya datang.
"Cewek barunya atuh, mas?" tanya penjual es itu dengan memberikan mangkus es kepada dua remaja itu.
"Iyah, baru aja jadian." Dengan senyum manisnya ia menoleh ke arah pacarnya itu. Sedang cewek itu sudah merona karenanya.
"Lo tau nggak Nar? Ini itu nggak kalah enaknya sama es krim yang ada di mall." jelas Fardhan. Nara hanya mengangguk sembari memasukkan es ke dalam mulutnya.
"Kakak sering langganan disini?"
"Iyah, Lenka yang sering ngajak gue kesini biasanya. Sepupu gue itu emang rewel." Nara hanya tertawa ringan mendengar curhatan singkat Fardhan.
Kemudian mereka kembali menikmati es putar itu hingga habis.
"Enak?"
"Banget apalagi di traktir." cengir Nara. Setelah Fardhan membayar pada Mang Jojo mereka kembali untuk pulang. Masih dengan keadaan canggung, belum banyak obrolan-obrolan yang mereka bicarakan, namun cukup membuat dada gadis cantik itu terus berdebar.
"Udah sampek, Nar."
"Eh,- kakak tahu rumah ku?"
Cowok itu hanya mengedikkan bahunya, "Kan pacar sendiri." elaknya kemudian.
Nara sedikit tak percaya. Mana mungkin Fardhan menstalker dirinya? Ia sempat mengernyit tak percaya, namun lagi-lagi mungkin Fardhan benar jika sebelumnya ia sudah mencari tahu alamat rumahnya. Tidak ingin memikirkan yang berat, ia turun dari motor sport hitam itu lalu tersenyum ke arah cowoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...