Hari semakin berlalu. Meninggalkan tiap detik yang terlewat menjadi sebuah kenangan. Gadis itu berjalan sendiri di koridor sekolah yang cukup ramai. Hari ini ia menuju kantin sendiri. Kedua sahabatnya sudah lebih dulu karena tadi ia di mintai bantuan oleh gurunya untuk mengantarkan buku ke ruang guru.
Langkah gontainya membawa dirinya menatap lurus ke depannya. Pikirannya sedang melayang walau tubuhnya bergerak. Ia bahkan tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh.
Bruk.
Nara terlonjak kaget. Ia merutuki dirinya yang tak sengaja menubruk seseorang yang berlawanan arah dengannya. Cewek itu mendongak untuk melihat siapa yang di tabraknya.
"Kalau jalan hati-hati, jangan ngelamun."
"Ehh—" Nara sedikit mendelik saat ia menyadari bahwa dirinya menabrak cowok yang entah siapa namanya.
"Maaf maaf, gue nggak sengaja." ujarnya.
Cowok itu menggeleng pelan. Kemudian ia tersenyum manis ke arahnya, "nggak apa-apa kok. Santai aja." balasnya.
Nara mengangguk senang. Untung saja yang ditabraknya bukan seorang yang penuh dendam hingga ingin membalas perbuatan tak sengajanya itu. Memikirkannya saja NarX IP sudah bergedik ngeri.
"Nama lo siapa?"
"Hah?"
Cowok itu tiba-tiba terkekeh. Hal yang membuat Nara kembali bingung dengan orang yang sedang di hadapannya ini. Ia hanya nyengir tak bersalah kepada cowok itu.
"Nama lo—?"
Belum sempat Nara mendengar pertanyaan itu selesai. Ia langsung menjawabnya. "Nama gue Nara. Kelas X IPA-2"
Cowok itu kembali mengangguk. Namun, sedetik kemudian seorang telah menarik gadis manis itu dari hadapannya. Meninggalkan dirinya yang sudah membuka mulut untuk kembali mengeluarkan suara sembari menyebutkan namanya.
"Kak, kenapa tarik aku gini sih?" Nara meronta agar di lepaskan. Namun sayang, sang pacar tidak akan membiarkan gadis itu dekat dengan laki-laki selain dirinya. Ia tak akan terima.
"Kak Fardhan lepasin dulu."
Fardhan menoleh, tatapan dinginnya membuat Nara seperti di hunus pedang tajam.
"Ikut aku!" ucapnya tak terbantahkan.
***
Kedua remaja itu berhenti di ujung koridor yang cukup sepi. Fardhan melepaskan cekalannya hingga membuat Nara kembali meringis. Pergelangan tangannya memerah akibat cekalan sang kekasih yang terlalu kuat.
"Kak—"
"Kenapa tadi sama dia?" tanya Fardhan dengan nada datarnya.
Sedangkan cewek itu menghela napas panjangnya. Mengapa Fardhan akhir-akhir ini bersikap aneh kepada dirinya. Ia terkadang sangat manis dan mengatakan janji-janji yang memupuk harapan. Ia juga sering mengabaikannya. Bahkan cowok itu terkadang bersikap tak peduli terhadap semua hal yang dilakukan Nara.
Dan sekarang mengapa dirinya seprotektif ini? Ah, Fardhan memang aneh.
"Jawab Nara." desak Fardhan.
Nara mendongakkan kepalanya. Ia menyorot sang pacar dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Bahkan Nara tak tahu apa yang membuat pacarnya ini bersikap plin-plan.
"Kak tadi aku cuma nggak sengaja Nabrak dia. Terus—"
"Terus apa? Terus kamu kenalan sama dia?" Fardhan kembali menyudutkan Nara. Sedangkan cewek itu hanya menggeleng tak mengerti dengan maksud ucapan Fardhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...