Bertemu dengan mu membuat ku sadar akan satu hal, aku ingin memiliki mu dengan cinta dan menjadikan mu satu-satunya pengisi hati ku.
***
Dua tahun berlalu...
Laki-laki bertubuh tegap itu menyandarkan badannya di mobil. Sembari melipat tangan dan kacamata yang bertengger, ia terlihat sangat tampan berkali-kali lipat.
Sudah hampir dua tahun ia tidak mengunjungi tempat bersejarah ini. Sekolah yang memberinya berbagai kenangan. Diam-diam bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Ia masih mengingat betapa indahnya masa SMA nya dulu.
Melihat murid yang berhamburan keluar, senyum lelaki itu semakin mengembang. Mengabaikan pekikan histeris siswi yang memandangnya, matanya justru mencari sosok yang sudah lama tak ia temui.
Ahhh, ia sangat rindu padanya.
Setelah hampir sepuluh menit, ia melihat sosok itu. Gadis yang sedang berjalan dengan kedua temannya. Sesekali tertawa, membuat hatinya berdegub kencang padahal hanya melihatnya. Tanpa menunggu aba-aba, ia berjalan setengah berlari.
"Hai..." Senyumnya tak bisa ditahan untuk lebih melebar. Matanya tak beralih memandang gadis yang sedang terpaku ditempatnya. "Kamu apa kabar?"
Gadis berkuncir kuda itu mengedipkan matanya tidak percaya. Hal yang membuat lelaki itu tertawa gemas sembari mengacak rambut gadisnya pelan.
"Kamu kenapa sih, sayang? Kok liat aku kaya liat hantu aja." ujarnya.
Gadis bernama Nara itu terlonjak kaget. Ia sangat gugup. Bahkan rasanya jantungnya mencelos tak berdetak lagi.
"Kak Far—dhan?" ucapnya terbata-bata. Nara masih tidak mempercayai keberadaan lelaki dihadapnnya itu.
"Kok kakak ada disini nggak bilang-bilang aku?"
Bukannya menjawab. Fardhan hanya tersenyum, lalu menoleh ke arah kedua sahabat gadisnya yang juga melongo. "Biar Nara pulang sama gue aja. Gue kangen sama dia."
Mendapat anggukan kaku membuat Fardhan cepat-cepat menarik tangan gadisnya. Ia terkekeh pelan. Kedatangannya memang ingin memberi suprise.
"Yuk sayang." Fardhan menggirling sebelah matanya. Sedangkan Nara merasa de vaju, Fardhan pernah melakukan hal manis ini di lapangan basket dulu.
***
Sepasang kekasih duduk dipinggiran rooftop sembari memandangi senja. Tak ada yang memulai pembicaraan. Mereka hanya diam menikmati keheningan yang terasa hanya saat ini.
Setelah melewati derasnya hujan, mereka yakin hujan akan mereda. Tidak membenci hujan, mereka justru mencintai rintik air yang membasahi bumi. Karena jika tak ada hujan, bumi akan dilanda kegersangan. Dan hujan datang membawa kesejukan walau seringkali tidak inginkan.
Begitupula dengan masalah, tak seorang pun mau menghadapinya. Menganggap bahwa masalah adalah ancaman terbesar. Tanpa mereka sadari, Tuhan sedang menguji kekuatan hati hambanya. Dan jika mereka lulus, kebahagiaan akan datang lebih dari apa yang diingibkannya.
"Kak?" panggilnya.
Fardhan menoleh. Ia tersenyum sangat manis hingga Nara ingin meleleh dengan hanya melihatnya. "Nar, aku minta maaf karena pernah nyakitin kamu. Aku dengan bodohnya malah menyia-nyiakan perempuan yang tulus sama aku. Dan setelah kehilangan kamu aku baru sadar, kalau nggak adanya kamu hidup ku semakin kosong dan hampa."
Nara membeku, lidahnya kelu bersamaan dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.
"Aku sadar sewaktu jauh dari kamu, aku ngerasa ada sesuatu yang hilang dari sini." Fardhan menunjuk dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...