Jika takdir membawa mu datang pada ku, maka takdir pula yang membawa mu pergi dari ku.
***
Banyak yang mengatakan bahwa penyesalan akan selalu datang di akhir. Terlebih saat tahu orang yang disakiti ternyata orang yang begitu peduli terhadapnya. Mengabaikannya hingga saat kehilangan tiba dan menyadarkannya. Membawa semua rasa menguap hingga tersisa sesal yang menyesakkan dada.
Fardhan pun sama. Ia merasakan hari-harinya kembali suram. Bahkan lebih dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Sudah hilang semua harapan dan senyum bahagia yang tak pernah disadarinya. Pergi bersama gadis yang terus menjauh karena dilukai.
"Nar..." Fardhan mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Nar, please aku perlu bicara sama kamu."
Nara berusaha melepaskan tangannya. Sudah seminggu ia menjauh dari laki-laki di hadapannya. Mana mungkin dirinya sanggup melihat Fardhan menderita seperti ini. Namun kembali juga bukan pilihan yang tepat karena itu akan menyakiti hatinya lagi.
"Nar, aku nggak mau kalau kita putus gitu aja."
Nara menggeleng tak percaya. Ia menghembuskan napas panjang. "Kak, aku butuh waktu untuk nyembuhin luka ini. Tolong kakak ngertiin aku."
Fardhan menggeleng tegas. Cowok itu sudah semakin menggila karena gadis ini.
"Tapi kak aku mohon kakak jangan rusak kebahagiannya kak Levi. Kalau emang kakak sayang sama dia, kakak harus seneng ngelihat dia bahagia. Karena nggak semua cinta bisa dimiliki."
"Sama seperti aku yang nggak mungkin bisa miliki kakak seutuhnya."
Kelu. Rasanya ada batu yang menghantam dada Fardhan. Matanya berubah sendu. Tak mampu menahan gejolak yang ingin merengkuh gadis di hadapannya. Menjelaskan bahwa kini ia sadar siapa yang di pilihnya.
"Nar... Tapi kita nggak harus putus gini kan. Aku—"
Nara tersenyum manis. Membuat nyilu di hati cowok itu semakin teriris. "Kakak nggak ingat apa yang aku omongin malam itu?"
"Nar aku mohon..."
Flashback On...
Nara membawa Fardhan ke teras rumahnya. Sebelumnya ia sudah berlari ke dapur untuk mengambil peralatan P3K. Hingga mereka kini tengah terduduk di teras sembari menunggu cewek itu memeras handuk kecil.
"Nar... Biar aku jelasin. Aku nggak ada niatan buat nyakitin perasaan kamu gini."
Nara tak menghiraukannya. Walaupun hatinya kembali mencelos saat mendengar kata demi kata yang ucapan pacarnya.
"Nar aku emang masih sayang sama Levi. Tapi itu sebelum akhirnya aku sadar siapa pilihan ku sebenarnya."
Nara mencoba melepaskan tangannya yang di genggam oleh Fardhan. "Kak, biarin aku obatin luka kakak dulu." ucapnya.
"Tapi tolong kamu jangan gini, Nar. Aku nggak bisa liat kamu nangis gini."
Fardhan berusaha menjelaskan. Ia tak peduli Nara menanggapinya atau tidak. Setidaknya ia tahu Nara mendengar semua ucapannya."Nar, sekarang aku tahu kamu pasti marah bahkan benci banget sama aku. Aku gapapa. Aku rela kamu mau balas dendam sama aku yang jahat gini—"
Nara tersenyum. Ia menatap Fardhan sebelum tangannya menempelkan plaster di kening cowok itu.
"Lain kali kakak harus bisa ngobatin luka kayak gini. Nanti gantengnya hilang." ujarnya.
Jleb.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Completed]
Teen FictionSelalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki...