Part 33

2.8K 131 12
                                    

Berjalan selama berjam-jam tidak membuat gadis berbaju cream itu lelah. Ia masih semangat mengintari mall kesana-kemari. Tidak peduli jika kedua sahabatnya sudah merengek meminta berhenti sejenak. Ia akan terus memaksanya mencari barang-barang yang di butuhkannya.

Pasalnya ini adalah pesta pertama yang akan ia hadirin sebagai tamu spesial. Bahkan dirinya tidak peduli seberapa banyak uang tabungannya yang keluar demi memberi gaun baru juga kado. Ia juga memaksa ke dua sahabatnya dengan iming-iming akan mentraktirnya sebagai imbalan.

"Lo nggak capek apa jalan mulu kayak cacing kepanasan?" protes Zoya. "Udah ya, Nar lo pasti cantik pakai apapun jadi ayo kita makan sekarang."

Nara hanya membalasnya dengan cengengesan. Tangannya di depan dada membentuk tanda permohonan kepada sahabatnya itu untuk lebih bersabar.

"Sumpah ya, Nar gue lapar banget sampe berasa mau pingsan."

Vanda memutar bola mata jengah. "Lo kurang beli apaan deh lama banget kayak mau ngabisin isi mall aja." sahutnya.

"Ya ampun bentar deh. Ini gue tinggal beli pita aja. Suer dehh ntar makan sepuas kalian." ujar Nara membujuk keduanya.

Akhirnya mereka kembali berlajan ke tempat aksesoris berada. Memilih pita mana yang cocok untuk di sandingkan dengan gaun hitam miliknya.

"Udah?"

"Yukkk kita makan..." serunya. Terdengar desahan lega dari Zoya dan Vanda. Mereka berjalan kembali menuju cafe yang berada di dalam mall. Sesuai janjinya, Nara mengijinkan ke duanya untuk memilih makanan apa saja. Tanpa membuang waktu, ketiga gadis itu memesan dalam porsi yang banyak. Mengelilingi mall membuatnya kelaparan.

Di tengah-tengah waktu makannya, Nara sempat berfikir tentang seorang yang kembali memberinya pesan tadi pagi. Sebenarnya ia juga ingin mengabaikan pesan itu. Namun, dirinya sadar bahwa selama ini ada yang belum ia ketahui dari sang kekasih.

"Oh ya Zoy, lo tau nggak siapa mantan kak Fardhan?" tanya nya hingga membuat Zoya tersedak.

"Uhukk.. Uhukk.." Zoya meraih gelasnya. Ia menyeruput minumannya, lalu berdeham. "Gila lo kalau mau tanya itu mikir-mikir situasi dulu deh. Keselek kan gue jadinya."

"Hehe.. Sorry deh, nggak sengaja."

Vanda menghentikan gerakannya. Ia melirik ke arah Nara sekilas sembari bertanya. "Kenapa lo tanya itu?"

Berakhirlah mereka dengan mendengar curhatan Nara hingga selesai. Memikirkan kemungkinan apa yang menjadikan seorang berinisiatif mengiriminya pesan-pesan itu. Seolah ingin memberitahu sesuatu padanya.

"Emang kak Fardhan nggak pernah cerita siapa mantannya?"

Nara menggeleng. Padahal ia sudah beberapa kali menanyakan hal itu pada sang pacar. Namun, dengan segala pengalihan yang membuatnya tak tahu hingga kini.

"Ga pernah lo tanyain?" Nara melihat ke arah Vanda. Lalu kepalanya mengangguk. "Pernah, tapi dia nggak pernah mau ngasih tau gue." jelasnya.

Kedua temannya ini justru saling tatap. Seolah berbicara lewat tatap sebelum akhirnya Zoya yang membuka suara. "Gue nggak tahu soal itu meskipun gue suka gosip. Tapi seperti yang gue bilang di awal lo kenal dia dulu, gosip yang beredar bahwa kak Fardhan masih belum bisa move on dari mantan pacarnya."

"Gue udah tanya ke kak Naren, tapi dia nggak ngasih jawaban apapun. Tapi, pernah gue denger percakapan mereka sewaktu nginep di rumah gue, kalau mantan pacar kak Fardhan ada di Inggris waktu itu."

"Inggris?"

Zoya mengangguk.

"Dia pernah tinggal disana beberapa tahun. Katanya karena bokapnya punya urusan bisnis. Selebihnya gue nggak tahu."

The Choice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang