Part 31

2.3K 80 5
                                    

Lenka memasuki kamar sepupunya. Ia tak peduli jika sang empu akan memarahi karena dirinya tak sopan. Cewek itu sudah berniat untuk mencabik-cabik muka Fardhan karena rasa kesalnya. Bagaimana tidak, ia sudah mendengar semua cerita tentang beberapa hari yang lalu.

"Fardhan!"

"Far, lo dimana?"

Lenka menghentakkan kakinya sebal. Ia sudah mencari ke seluruh penjuru rumah ini. Namun yang di cari tak terlihat batang hidungnya.

"FARDHANNNN!!!! GUE RUSAK PS LO KALAU NGGAK JAWAB LO DIMANA." teriaknya.

Ceklek.

"Apa sih, Len? Bisa nggak sih nggak usah ribut mulu jadi orang." Fardhan keluar dari kamar mandi. Cowok tampan itu sedang mengusap rambutnya yang masih basah.

Fardhan berjalan ke kasurnya, ia menatap Lenka dengan heran. "Ngapain lo kesini?"

"APA?! NGAPAIN?! OMG FARDHAN!!"

"Apa sih lo? Suara lo nyakitin kuping gue." ketusnya. "Udah masuk nggak ngetuk pintu dulu. Nggak sopan banget."

Lenka nyengir tak bersalah. "Habisnya lo sih budek gue panggilin dari tadi nggak nyahut-nyahut."

Fardhan mendelik tak percaya. Ia sama sekali tak habis pikir dengan sikap sang sepupu yang tak mau mengalah. "Pantes aja Axel nggak mau sama lo. Lo udah mirip ikan lohan gini."

"APA?!" Ia berjalan mendekati Fardhan lalu memukul lengan cowok itu. Lenka tak peduli meskipun Fardhan sudah berteriak meminta ampun. Salah sendiri omongannya tidak disaring, pikirnya.

"Len, sakit tau."

Lenka berhenti memukul Fardhan. Ia berdiri sembari berkacak pinggang dengan wajah kusamnya. "Gue mau ngomong." ucapnya.

"Itu lo udah ngomong."

"Bukan itu maksud gue, ogeb."

"Ngomong apa sih cepetan. Gue sibuk." desak Fardhan. Ia sudah bisa mengira kemana arah pembicaraan Lenka. Karena tidak mungkin cewek itu tahu tanpa mengeluarkan kemarahan pada dirinya.

"Tentang Nara dan Levi?"

Lenka mengangguk. Ia naik ke atas kasur sembari menyilangkan kakinya. Menatap sang sepupu dengan intens.

"Lo tau apa yang gue mau omongin. Far, berapa kali sih gue harus bilang sama lo buat berhenti nyiksa diri lo sendiri? Come on, brother. You can happy without her."

Fardhan mendesah gusar. Matanya memejam sembari meredakan gejolak yang menari-nari dalam dadanya. "Len, lo tahu sendiri gue sayang sama Levi. Tapi sekarang gue juga udah mulai nggak bisa jauh dari Nara."

Lenka menganga mendengar penuturan Fardhan. Ia tak habis pikir bagaimana mungkin cowok itu akan mencintai dua orang dalam satu waktu? Oh ayolah, Lenka ingin menenggelamkan Fardhan saja.

"Far..."

"Len, menurut lo gue harus gimana? Gue harus pilih siapa? Setelah bertahun-tahun gue nunggu Levi dan sekarang di udah di Indo, apa iya gue bakalan nyia-nyiakan kesempatan ini?"

"FAR! YOU CANN'T GET ANYMORE IF YOU CANN'T CHOOSE." ucap Lenka dengan nada yang meninggi satu oktaf.

"Gue sayang dua-duanya."

"Gue kesini karena gue udah tau cerita tentang lo yang kapan hari membatalkan janji makan siang sama Nara. Dan lo ngelakuin itu semua karena lo berniat bantu Levi yang mobilnya mogok di jalan. Dan bodohnya lo malah ngamcam Levi dengan Nara yang menjadi sasarannya. Damn you, Fardhan."

Lenka mulai terpancing emosi. Ia memang sudah tak tahan lagi dengan sikap sepupunya itu. Bukan maksudnya untuk menyalahkan Fardhan, namun Lenka tak mau jika cowok itu mengambil keputusan yang salah.

The Choice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang