Chapter 21 : Ben's Feeling

165 8 0
                                    

Queen dan Ben sudah menyelesaikan makan siang mereka, keduanya mengobrol santai menghabiskan waktu istirahat.

Ben memandang wajah Queen yang sedang bercerita tentang pengalamannya saat di Seattle. Ben merasakan dirinya tertarik oleh sebuah magnet tidak terlihat yang ada pada diri Queen. Sejak dia melihat Queen masuk ke ruangan Ayahnya, hati Ben sudah berdegub tidak karuan.

Sampai dia meminta bantuan Ashley untuk mencari tahu tentang Queen. Dia tahu bahwa dia seorang pengecut yang tidak berani melakukannya sendiri, sehingga harus meminta bantuan orang lain. Yang akhirnya membuat dia kedahuluan oleh James Knight untuk mendapatkan Queen.

Tapi, mungkin semua ini belum terlambat. Sudah satu minggu ini dia tidak melihat tanda - tanda keberadaan James di dekat Queen. Asumsinya Queen dan James sudah tidak bersama, dan inilah masanya untuk merebut Queen ke pelukannya.

"Hei, hello..... Ben?" Queen melambaikan tangannya tepat di wajah Ben.

Ben tersadar dari lamunannya, dia melihat Queen yang menatapnya dengan wajah bingung. Wajah Queen yang seperti itupun terlihat cantik dimatanya. Ben perlahan menyentuh tangan kiri Queen kemudian menggenggamnya, Queen terkejut.

Perlahan Ben membawa tangan Queen mendekat ke bibirnya. Ben mencium punggung tangan Queen. Queen masih dengan keadaan mematung.

"Queen, aku benar - benar mencintaimu berikan aku kesempatan untuk menjadi kekasihmu"

Queen menatap Ben sendu, Ben adalah seorang lelaki yang menarik, tampan, calon pemilik rumah sakit, baik dan yang pasti mencintainya. Tapi dia tidak merasakan perasaan cinta pada Ben, seluruh hati jiwa dan raganya adalah milik James, dirinya sudah terlanjur memberikan seluruh cintanya pada James.

Queen menurunkan tangannya dan Ben. Kemudian menepuk pelan punggung tangan, Ben. "Ben, aku tidak bisa membalas cintamu"

"Aku akan berusaha mendapatkan cintamu Queen. Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, aku akan menanam bibit cinta dihatimu dan merawatnya setiap hari hingga tumbuh"

'Tapi ruang hatiku sudah dipenuhi nama James. Tidak ada lagi ruang untuk yang lain' batin Queen menjawab.

Queen memejamkan matanya mengambil napasnya panjang, perlahan Queen menarik tangannya perlahan dari genggaman Ben.
"Ben, pasti akan ada perempuan lain yang mencintaimu sama seperti kamu mencintainya. Dan perempuan itu bukan aku"

Ben merasakan kekosongan setelah genggaman tangannya pada Queen terlepas. Wajahnya menatap Queen sedih. Queen mengalihkan pandangannya tidak ingin melihat tatapan Ben.

"Tapi hati ini sudah terisi oleh kamu Queen, tidak ada ruang yang tersisa lagi"

Queen menatap Ben sambil tersenyum tipis "Begitu juga hatiku, Ben"

Ben syok mendengar tuturan Queen. Jantungnya terasa seperti ditusuk oleh jarum berkali - kali, tidak cukup sampai di sana jantungnya seakan tertoreh sembilu yang terasa sangat pedih.

Queen menatap Ben sendu, mengerti bagaimana perasaan Ben saat ini. Tapi lebih baik seperti ini daripada berlarut - larut terlalu lama memberi James harapan yang tidak akan menjadi kenyataan.

"Ben?"

Ben perlahan mengangkat wajahnya menatap Queen.

"Ayo kita pulang" Queen tersenyum sendu perasaannya dan Ben sama saat ini. James tidak menghubunginya sejak saat itu. Tapi dia tidak bisa menyalahkan James, karena James tidak mengetahui kejadian sebenarnya dan rahasia sebenarnya. Queen membiarkan James di dalam ketidaktahuannya.

Queen memutuskan memberi ruang kosong untuk James dengan dirinya. Dan yang paling penting setelah Harmony tidak lagi berpikiran gila.

Ben akhirnya bangun dari tempat duduk, tatapannya tampak kosong. Queen menyusul langkah kaki Ben. Keduanya berjalan menuju mobil untuk kembali bekerja.


Dengarkan Suaraku (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang