Queen terkejut melihat aksi mendadak Ben. Kemudian berdiri bermaksud meleraikan mereka berdua. Tapi Anthony mengangkat tangannya menghentikan langkah Queen untuk mendekati mereka.
"Apa hubungannya dengan anda? Ini jelas urusan pribadi saya dan Queen"
Queen melongo, ternyata kakaknya bermaksud membuat perhitungan dengan Ben, hanya karena kejadian beberapa waktu lalu.
Queen menepuk dahinya, dirinya tidak lagi memikirkan hal itu, kenapa malah Ant yang tidak terima.
Disaat Queen tenggelam di pikirannya,
Bugh
Terdengar pukulan yang cukup keras, Queen terkejut detik selanjutnya dia melihat Ben jatuh tersungkur. Queen berlari menahan Ant yang kembali ingin melanjutkan aksinya.
"Sudah, Ant. Kamu sudah meninjunyakan, anggap saja semuanya sudah impas". Queen terlalu mengerti kakaknya, jika seseorang membuat salah, dia tidak akan melepaskan orang itu begitu saja. Ant mungkin masih ingat dengan masa kecil Queen yang penuh dengan pembuli, belum termasuk kejadian fatal lainnya. Dialah yang melindungi Queen dari orang - orang itu, dan sikap itu terbawa sampai sekarang.
Ant, mencoba melepaskan cengkeraman erat Queen, dan memberikan beberapa tonjokan lagi ke orang yang masih tersungkur dilantai itu.
"Please Ant, stop it. It's enough" Queen memohon kepada Anthony. Perlahan - lahan napas Ant terdengar lebih teratur yang berarti amarahnya mereda, Queen membimbing Ant untuk duduk di sofa.
Setelah itu Queen mendekati Ben yang sudah duduk dilantai, membantunya berdiri dan membawanya duduk disofa yang jauh dari Anthony.
Queen melihat bibir bawah Ben yang sedikit robek akibat pukulan Ant. Dia berdiri mengambil kotak P3K, dan duduk kembali, tangannya sibuk menyiapkan peralatan pengobatan untuk Ben.
Perlahan - lahan Queen menyapukan obat ke bibir Ben.
Ben berdesis perih,
"Maaf, aku akan lebih perlahan"Ben, menggelengkan kepalanya seakan mengatakan dirinya tidak apa - apa.
Sedangkan Ant berdecih, sebenarnya dia belum puas memukuli Ben, tapi karena Queen sudah memohon mau tidak mau dia harus melepaskannya.
Queen kembali mengobati bibir Ben, sambil menghembus lembut bagian lukanya, dan terakhir menempelkan sejenis hansaplast kecil di bibir Ben.
Ben memperhatikan Queen yang dengan telatan mengobati luka kecilnya, lubuk hati Ben bahagia bukan kepalang, dia sanggup mendapatkan beberapa pukulan lagi demi melihat Queen mengobatinya.
And that's crazy.
"Sudah selesai, setelah ini kamu harus mengompresnya dengan es batu ya, jika tidak besok pasti akan terlihat bengkak".
Ben menganggukkan kepalanya patuh.
Queen tersenyum, kemudian berdiri dan berjalan mendekati Anthony, tapi tangannya dicekal oleh Ben. Queen menoleh melihat wajah Ben yang terlihat mengkhawatirkannya.
"Tidak apa - apa" Queen menepuk pelan punggung tangan Ben sambil tersenyum tipis.
"Jadi, kamu tidak mau mengatakan sesuatu, Ant?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan Suaraku (End)
RomansQueen Accola seorang perempuan yang memiliki mata indah berwarna ungu. Bekerja sebagai seorang Psikolog di Seattle. Kehidupannya mulai berubah saat Queen di pindah tugaskan ke California. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa mendatang. Begit...