Selepas pertemuan singkatnya dengan Joonmyeon di rumah sakit, Joohyun tidak banyak bicara selain mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa kepada Seulgi. Tentu saja sikap diam Joohyun itu membuat Seulgi mengerti bahwa yang saat ini Joohyun butuhkan hanyalah Joonmyeon disisinya.
Apalagi kandungan Joohyun sudah sangat besar dan mendekati tanggal kelahiran.
"Sampai di rumah nanti kau ingin makan apa eonni? Aku akan membuatkan makanan apapun yang ingin kau makan." tawar Seulgi yang mencoba menaikkan mood Joohyun.
Namun sepertinya usaha Seulgi gagal. Joohyun hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menatap ke arah luar jendela mobil yang menyajikan pemandangan kota Seoul.
"Aku hanya ingin istirahat saja setelah ini... Jika nanti ayahku bertanya bagaimana hasil tesnya, kau bisa memberikannya amplop cokelat yang dokter Song serahkan tadi." jawab Joohyun.
Perjalanan merekapun kembali berlanjut ke kediaman tuan Bae. Seperti yang pepatah bilang, sejauh apapun burung terbang diatas langit, pada akhirnya burung tersebut kembali ke sarangnya juga. Sama seperti Joohyun saat ini. Sayangnya Joohyun lebih tepat dikategorikan sebagai burung di dalam sangkar.
Joohyun membelai lembut perutnya yang menonjol sangat besar itu. Setiap belaian yang dia berikan, sangat penuh dengan kasih sayang. Yang secara tidak langsung membuat si jabang bayi yang ia kandung merasakan kasih sayang sang ibu, walaupun bayi itu belum terlahir ke dunia.
Perlahan, derai airmatanya terjatuh dan mengalir tanpa sengaja di sungai pipinya. Tentu saja sebagai orang yang berada dalam satu mobil bersama Joohyun, Seulgi dapat merasakan kesedihan yang perempuan itu rasakan.
Sayangnya dia tidak memiliki daya upaya untuk membuat Joohyun menjadi lebih baik. Hanya Joonmyeon saja yang bisa membuat Joohyun tenang.
"Cepatlah melihat dunia ini Joonju-ya... Cepatlah terlahir dan tumbuh menjadi anak yang sehat..." gumam Joohyun. "Hapuslah kesedihan dari eommamu ini... eomma mencintaimu..."
Hatinya sakit.
Sangat sakit.
Bisakah rasa sakit itu dilambangkan dengan ribuan pedang yang menusuk jantungnya?
Atau dengan kiasan 'sudah terjatuh lalu tertimpa tangga pula'?
Tidak.
Ini lebih dari sakit dari semua itu.
.
___________________
Malam hari sudah menyambut Joonmyeon di rumahnya yang sepi.
Ya... semenjak kepergian Joohyun, rumah itu terasa tidak hidup sama sekali.
Hanya ada Joonmyeon yang terbaring memandangi langit-langit ruang gymnya. Ruangan yang sama sekali tak pernah disentuh oleh Joohyun. Ruangan yang hanya Joonmyeon gunakan untuk melepas penat dengan berolahraga.
Pandangannya terarah pada boneka kelinci putih yang ia letakkan di dekat tembok yang berlapiskan cermin. Joonmyeon mendekati boneka itu lalu menyenderkan tubuhnya pada tembok cermin. Dia tersenyum lirih melihat boneka itu, memorinya kembali pada saat ia dan Joohyun membeli boneka itu dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [surene] ♡
Fanfiction> COMPLETED < Banyak orang mengatakan, kisah cinta dalam perjodohan itu terlalu klise. Ya, itu benar. Seorang gadis bernama Bae Joohyun membuktikannya sendiri. Dia terjebak dalam kisah perjodohan dengan laki-laki bernama Kim Joonmyeon. Tetapi seirin...