(Play the music on multimedia)
Menangis.
Hanya itu yang bisa Joohyun lakukan saat ini.
Dia terkurung di kamarnya sendiri setelah sampai di rumah yang sudah lama dia tidak tinggali. Ya, Joohyun sudah sampai di kediaman tuan Bae alias ayahnya. Tuan Bae mengurung Joohyun di kamar perempuan itu dengan dijaga oleh dua orang bodyguard di bagian luar.
Ya, Joohyun tak bisa lari kemanapun.
Kalaupun dia berusaha untuk kabur melalui balkon kamarnya yang berada di lantai satu dari rumah tersebut, rasanya Joohyun tidak memiliki nyali untuk itu.
Dia sedang hamil. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi kepada kandungannya?
Tidak.
Joohyun tidak mau mengambil risiko. Dia tidak mau mengorbankan kandungannya. Tetapi dia juga tidak bisa jauh dari Joonmyeon. Dia tidak bisa membiarkan suaminya itu sendirian dengan kondisi memilukan.
Mengingat beberapa waktu yang lalu ayahnya -Tuan Bae menyuruh para bodyguardnya untuk memukili Joonmyeon yang mengakibatkan laki-laki itu tidak sadarkan sendiri.
Sekarang Joohyun mengharapkan sebuah keajaiban.
Ya, keajaiban agar dia bisa mendapatkan cara untuk kabur dari rumah ini. Atau setidaknya cara agar dia bisa menolong Joonmyeon yang sedang terluka jauh darinya.
"Na eotteokae? Aku tidak membawa ponselku..." gumam Joohyun dalam tangisannya. "Ba.. Bagaimana caranya ak- aku mengobatinya?"
Pandangan Joohyun beredar ke segala arah. Sampai pada akhirnya pandangannya itu berhenti tepat di nakas dekat ranjang tidurnya.
Disana ada telefon rumah. Ah, benar. Joohyun ingat sekarang. Dia memang punya telefon kabel pribadi di dalam kamarnya. Tetapi sudah lama sekali tidak dia gunakan.
Dengan segera Joohyun berjalan menuju telefon genggam itu dan mengangkatnya. Ada nada hubung yang tersambung, menandakan bahwa telefon itu bisa digunakan.
"Ah, syukurlah... Sekarang aku harus mencari kontak Taeyeon eonni..." kata Joohyun yang kini membuka laci nakasnya, berusaha menemukan barang yang dia cari.
Seingatnya, dia pernah menyimpan nomor telefon kakak dari Joonmyeon tersebut. Dia ingat betul bahwa Taeyeon pernah memberikan kartu namanya dulu. Hanya saja Joohyun lupa menaruhnya dimana.
"Oh ayolah... Ayolah..." gumam Joohyun sembari mengeluarkan isi dari laci nakasnya yang sebagian besar berisikan kertas-kertas catatannya.
Joohyun meletakkan tumpukan kertas yang beragam bentuknya itu diatas lantai. Bersama dengan dirinya yang mendudukan diri diatas lantai yang sama.
Perempuan hamil itu menelaah satu persatu dari kertas itu, sampai pada akhirnya dia berhasil menemukan kartu nama Taeyeon.
"Ah, akhirnya ketemu juga..." katanya senang.
Dia tidak tahu harus seperti apa menggambarkan perasaannya saat ini. Yang dia harus lakukan adalah segera menghubungi Taeyeon dan memberitahu semua yang terjadi. Karena tidak ada lagi yang bisa dia percayai dan bisa dia hubungi saat ini selain kakak dari suaminya itu.
Akhirnya Joohyun mengangkat teleponnya dan meletakkannya di dekat telinga, sebelah tangannya menekan tombol angka di telepon tersebut satu persatu sesuai dengan urutan nomor telepon dari Taeyeon.
Tak lama setelah selesai, Joohyun menunggu teleponnya terhubung. Di dalam hatinya Joohyun tidak putus berdoa, ya... Dia berharap agar Taeyeon mengangkat teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [surene] ♡
Fiksi Penggemar> COMPLETED < Banyak orang mengatakan, kisah cinta dalam perjodohan itu terlalu klise. Ya, itu benar. Seorang gadis bernama Bae Joohyun membuktikannya sendiri. Dia terjebak dalam kisah perjodohan dengan laki-laki bernama Kim Joonmyeon. Tetapi seirin...