1

49 6 0
                                    

~Park Jaehyung~        

Ku langkah kan kaki panjang ku menyusuri jalan yang, ah entah dimana aku tidak begitu peduli.  Peduli ku hanya pada seorang wanita yang pergi entah kemana tanpa permisi.  Aku tau,  dia tidak sedang baik-baik saja setelah kejadian tadi,  aku tau bagaimana perasaan nya. Ini juga semua karena ku,  karena kesalahan ku membawa nya pada masa kelam.

Di pinggiran danau yang lumayan jauh dari tempat tinggal ku,  kulihat sosok wanita tengah terduduk di bawah pohon rindang sambil sesekali memukul 'lumayan' keras dada nya. Langkah ku semakin yakin mendekati wanita yang tengah terisak itu.  Tangisan nya terasa begitu pilu di telingaku.  Entah ini bentuk rasa bersalah atau penyesalan.
Ku lihat punggung nya bergetar cepat,  tangan nya memeluk lutut nya dan wajah nya di tenggelamkan. Sungguh,  hati ku sangat teriris melihat kondisi nya saat ini.  Kakak lelaki macam apa aku ini?  Bahkan orang tua nya saja sudah seratus persen mempercayakan nya pada ku.

"I'm sorry girl. " ucap ku sambil memeluk nya dari belakang. Dia tidak bergeming sedikit pun.  Tangisan nya juga tak mereda. Ku topangkan wajah ku di pundak nya yang bergetar dan ku erat kan pelukan ku pada tubuh nya.

"Cloudyra " ku balik kan tubuh nya menghadap ku.  Betapa hancur nya aku saat melihat wajah kusut dan mata sembab serta air mata yang mengucur deras. " Maaf" . Kuulang kata-kata ku dan berharap dia memahami nya.
Tanpa aba-aba,  tubuh nya menerjang tubuh kurus ku. Cloudyra tenggelam di pelukan ku,  tangan nya meremas kemeja flannel ku sangat kuat.  Biar lah,  biar dia melampias kan sakit hati nya.

"Aku ingin pulang. " aku tidak begitu jelas mendengar apa yang ia katakan,  tapi indera pendengaran ku menangkap kata itulah yang diucapkan.

"Hey,  kenapa pulang?  Disini lebih baik bukan?" ku tangkup wajah mungil nya dan menghadap kannya pada ku.  " Kau bahkan belum berkeliling di semua tempat.  Ayolah Cloudyra.  Jika kamu pulang,  lalu siapa yang membantu ku?. " ku berikan senyuman sehangat mungkin,  aku ingin menjadi tempat yang nyaman untuk nya saat kedua orang tua nya tak mampu bersanding didekat nya.

Dia menggeleng.

"Cloud,  please.  Jika kamu belum sepenuh nya merelakan dia, lalu sampai kapan kamu akan siap melihat nya bersama orang lain?. " mata nya sayu, air mata nya juga masih menetes.
" Dia bahkan tidak mau mendengar penjelasan ku Jae. " ucap nya lemah.

"Kamu tau,  seseorang yang telah pergi,  tidak akan mungkin kembali walau dia melihat mu terluka, lemah dan hampir mati karena nya. Kamu menangisi hal bodoh untuk nya,  apa kamu tau dia juga memikir hal yang sama atau tidak?  Apa kamu tau dia menangis untuk mu atau tidak?." aku hampir emosi,  tapi ku tahan.  Cloudyra membuang wajah nya. Ku hembus kan nafas berat ku ini.  Berharap emosi juga segera enyah dari diriku.

"Ayo,  kita mulai hidup baru,  lembaran baru tanpa rasa sakit,  kecewa dan terluka. Kamu bisa mengabaikan nya.  Seseorang akan bisa melakukan apapun karena telah terbiasa.  Begitu juga dengan melupakan nya. " senyum ku menghiasi akhir kalimat ku. Cloudyra tampak berfikir dan menggeleng beberapa kali.

"Ayo kita pulang.  Hari sudah sore.  Kamu boleh menangis lagi dirumah bahkan sepuas mu.  Tapi janji,  tidak akan ada lagi air mata untuk besok." aku mengacung kan jari kelingking ku.  Awal nya gadis ini hanya memandang ku,  namun beberapa detik kemudian jari kelingking nya menyambut jari ku. Ku harap,  Cloudyra tidak bernasib sama dengan ku.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 malam.  Tapi aku masih diluar,  cafe di urus oleh Wonpil dan Yuzi. Satu kaleng bir berada di genggaman ku setelah ku tenggak dua kali.  Otak ku penuh dengan memory lama yang tak kunjung hilang. Ingin rasa nya ku bentur kan kepala ku sekuat mungkin, berharap amnesia dan kehilangan semua memory yang tertanam jelas di otak ku.

COLORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang