11

29 5 6
                                    

Brian Kang............

Setelah kejadian semalam,  diamana Wonpil meminta ku bantuannya untuk menyelamatkan Cloudyra dan beruntung Dowoon tepat berada di tempat itu dengan truk membuat ku sedikit lega walau fikiran ku kacau memikirkan nasib Cloudy.  Luka ku tidak parah,  karena aku sengaja menabrak mobil June. Awalnya aku sedikit ragu, aku takut sesuatu akan terjadi padanya. Tapi jika tidak,  aku bahkan tidak tau Cloudy akan bernasib seperti apa. Beruntung aku tidak begitu kuat menabrakkan truck ini di di mobil June. Tapi yang membuat luka ini lebih sakit,  saat kulihat Cloudy dibawa pergi oleh orang yang sudah membuatnya menangis. 

But,  what is love??

Kind of a big bulshitt??

Or just about of heart?

Ku gelengkan kepala ku berulang kali.  Apa yang ku fikirkan?  Bahkan jika Cloudy bahagia lalu apa yang harus di berat kan?  Bukan kah memang ini tujuan ku sejak awal?  Membiarkan nya memilih yang membuatnya bahagia.  Bahkan sepagi ini pun aku belum menjajakkan kaki ku pulang dan belum memejamkan mata ini barang sedetik. Aku memilih pergi saat aku tau ada orang yang lebih mengkhawatirkannya daripada aku.

Langkahku terus menyusuri jalan setapak yang sedikit basah karena embun,  tapi kemudian terhenti saat kakiku menginjak benda tebal berwarna dengan sampul berwarna coklat.

Sebuah agenda?

Kulihat kanan kiri dan sekeliling ku, namun tidak ada orang.  Jadi kubiarkan hasrat ingin membuka buku ini begitu saja.

Reina Shell

Pemiliknya sudah pasti wanita.  Dari namanya saja sudah jelas. Langkah ku makin pasti ketika kulihat seorang wanita tengah mencari sesuatu. Tapi apakah wanita ini yang bernama Reina?. Otakku terlalu lelah hingga muncul satu hingga puluhan pertanyaan yang membuat nya ingin meledak sekarang juga.

"Ah!  Maaf, itu milikku. "

Aku tersentak saat wanita itu melambaikan tangan nya ke arah wajah ku.  Entah apa yang kufikir kan sampai tidak menyadari kehadirannya.
Aku sedikit kelagapan menjawab pertanyaan darinya hingga langsung ku sodorkan agenda cokelat itu.

"ii-ini milikmu?. Aku menemukannya disana. " kutunjuk sembarang arah. Entah dimana yang kumaksud disana,  tapi dia hanya mengangguk pelan.  Brian,  ayolah jangan lemah begini.  Kenapa harus menjadi canggung seperti ini?  Ini bukan diriku.  Ini bukan Brian.

"Terimakasih. Jika buku ini benar hilang,  aku akan kehilangan pekerjaanku. " ucapnya lemas.  Namun detik itu juga,  aku merasakan ada hal yang sangat beda. Kenapa jantung ku berdetak sangat kencang? .

"Jika aku boleh tau,  kamu bekerja dimana?. " aku mencoba membuat kondisi kembali normal.

"Aku mengajar di sekolah Internasional.  Asal ku dari Indonesia. " sebenarnya aku sudah tau dari profile yang ditulis di buku itu.  Namun aku hanya mencoba memperbanyak percakapan di antara kami.

"Brian. " aku mengulurkan tangan ku sambil tersenyum.  Dia juga tersenyum.  Astagaa,  senyuman nya tak kalah manis dari sesendok madu atau satu ton gula.  Brian,  what happen with you're heart??

Cukup lama kami berbincang hingga aku harus melepas kepergiannya.  Kerena jam pelajaran akan dimulai.  Jadi dia pamit padaku. Entah apa yang merasuki tubuhku hingga aku begitu lancang meminta nomor ponselnya.  Aku berambisi meminta nomor ponsel nya saat aku lihat di profilenya tadi tertulis,

COLORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang