3

39 6 0
                                    

Park Sungjin ~~~~      

Beberapa hari ini, mood ku rusak parah.  Entah kenapa gadis yang tidak bisa kulupakan hampir 5 tahun ini terus menghantui ku.  Selama ini kita tidak pernah bertatap wajah,  dan beberapa hari ini bahkan aku kerap bertemu dengan nya.  Sudah kuduga dari sudut matanya,  dia juga belum bisa melupakan ku. Jujur,  hati ku sakit saat melihatnya berdiri dihadapan ku dengan ekspresi wajah yang sulit di artikan. Dan aku juga begitu merindukan nya,  merindukan hal-hal yang berkaitan dengan nya.

Dalam kesunyian ku,  aku tetap merindukan mu. Tidak perlu kamu tau,  cukup rasakan saja.

Kini,  aku telah menjalin hubungan baru oleh seorang wanita bernama Jenny.  Aku mencoba membuka hatiku untuk nya.  Sebenernya aku tidak bisa melupakan sosok gadis itu,  tapi ini perintah keluargaku.  Mungkin sebentar lagi aku akan menikah dengannya.  Itulah kenapa hariku terasa begitu hancur saat kali pertama pertemuan ku dengan dia.

Cloudyra .

Bayang-bayang masalalu bersama nya masih terus berputar.  Bagaimana saat-saat Cloudyra mengkhianati ku, bagaimana ia seolah bersikap bahwa semua adalah salah faham. Demi tuhan,  karena emosi, aku sampai membanting dan menghancurkan gitar cokelat pemberian Cloudy di hari ulangtahun ku.  Aku ingat masa itu,  masa yang begitu manis, walau sekarang tidak pernah ku dapat kan lagi dari wanita yang bernama Jenny ini. 
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam ini ku langkah kan kaki ku ke cafe langganan ku. Ya,  cafe milik Jae. Sepupu Cloudy.  Aku dan Jae masih sama seperti dulu,  berteman baik. Cafenya sunyi hanya ada beberapa orang yang minum dan hanya seorang gadis yang tengah berdiri di meja kasir.
Gadis itu lagi.

Cloudyra

Dia berpura-pura tidak menatap ku,  tapi ekor mataku terlanjur melihatnya bahwa dia memperhatikan ku.  Ku duduk kan bokong ku pada kursi di pojok ruangan. Mata ku menerawang jauh ke arah luar.

"Ehm!. Ada yang bisa saya bantu?.  Anda ingin pesan apa?. " suara lembut khas milik gadisku ah bukan,  dia bukan gadis ku lagi.

"Berikan aku soju. " tanpa melihat kearah nya,langsung ku berikan lembaran uang padanya dan gadis itu berangsur pergi.

Apa sikap ku keterlaluan?  Bukan kah semua masa lalu?  Harus kah aku bersikap kekanakan?  Tapi hatiku masih sakit setiap kali bernafas dan mengingat nya.

Tak selang berapa lama,  dia datang dengan beberapa botol soju di nampan nya.  Dia meletakkan soju itu dimeja ku serta uang kembalian lalu pergi lagi. Mata ku hanya bisa melihat punggung nya yang perlahan menjauh.  Tidak seperti dulu yang selalu setia disamping ku,  bahkan sekedar main game.
.
.
.
.
.
.
.
Malam semakin larut,  perlahan pengunjung mulai berpulangan.  Tapi aku masih duduk disini.  Gadis itu juga terlihat risih,  beberapa kali ia menempel kan ponsel pada telinganya.  Entah berbicara pada siapa,  yang jelas aku tidak melihat karyawan yang lain disini,  terutama Jae.

Derap kaki dapat ku dengar dengan jelas mendekati ku.
Samar-samar kulihat gadis itu mendekati ku. 

Mengapa dia mendekati ku?  Apa dia fikir aku mabuk?
Aku ini peminum yang baik,  bahkan jika hanya minum 11 botol soju aku masih belum mabuk. 

"Bisa kah anda pulang sekarang?.  Kami akan segera tutup ini sudah larut. " suara nya masih sama,  dia tetap gadis yang lembut. Aku tidak menjawab omongannya,  dan malah meneguk segelas soju lagi.

COLORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang