14

29 6 56
                                    

Yoon Dowoon.........





Seisi ruangan putih ini hening tanpa suara. Kulihat gadis yang terbaring di hadapan ku dengan bercak merah yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya.  Wajah diam nya seakan membuat perasaan ingin segera membangkitkan kan.  Aku belum lama mengenalnya,  hanya saja rasa peduli ini begitu amat dalam,  hingga aku rela bertahan pada satu cintaku dan membiarkannya lepas dan kembali pada cinta yang sesungguhnya.

Cloudyra.

Aku bahkan rela membohongi perasaan ku dan Alea. Alea, gadis yang beberapa tahun ini mengisi hatiku.  Walau jarak memisahkan,  tapi aku bahagia memilikinya.  Hingga sampai suatu hari,  aku betemu gadis yang amat menyenangkan. Dan aku berniat melepas Alea. Tapi setelah aku tau bahwa dirinya masih mengharap kembali cintanya,  aku mengubur semua niat itu bersama perasaan terdalamku.  Aku bahkan rela meninggalkan Alea di restaurant tempat kami berkencan demi menyelamat kan Cloudy malam itu.  Beruntung Wonpil segera menghubungiku dan Brian segera menghampiriku.  Dan aku melupakan Alea,  aku melupakan jika Alea masih di kamar mandi. Aku meninggalkannya tanpa memberi nya pesan.  Tapi gadis itu memaaf kan ku dengan segera.  Sungguh,  cinta memang buta. Jika itu terjadi pada wanita lain.  Aku tidak percaya jika hubungan ku masih akan berlanjut. Tapi dengan sabar Alea menyikapi semua nya.  Hingga semuanya jadi baik-baik saja.

Aku tidak tau sejak kapan rasa itu muncul,  tapi aku mulai menyukai Cloudyra saat kami sering bertemu dan bersama.  Aku begitu naif saat dia membahas soal jarak tentang hubungan ku dan Alea.  Aku hanya ingin,  dia mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya dia dapat kan.  Gadis sepertinya layak untuk bahagia.  Jadi aku memutuskan untuk mencoba membuat Alea lebih bahagia dari sekarang.  Walau sulit,  aku terus membayang kan wajah Cloudyra, hingga kadang,  aku ingin marah.  Kenapa dia terus berputar di otakku?.  Bahkan saat kecelakaan,  aku tidak peduli dengan tulang kering ku yang terhempas pintu truck.  Yang terpenting keselamatan Cloudy.  Dan Sungjin adalah pria yang cocok untuknya. Jika dibandingkan dengan Sungjin,  mungkin rasa sayang ku tidak ada artinya.

"I love you Cloudyra. " 

Ku kecup dahi yang sedikit berkeringat itu. Gila, iya aku sudah gila.  Tapi aku tidak dapat memendam ini terlalu lama.  Biarkan saja dia tidak mendengar nya,  yang penting aku sudah menyuarakannya.  Terserah semua akan terjawab atau tidak. Aku berani mengatakannya karena saat ini hanya ada aku dan dia diruangan ini. Sehabis aku mengantar Alea pulang,  aku langsung menunju ke rumah sakit.  Sungjin sedang mengurus administrasi sedang kan Jae,  Juan, Brian, Rei, Wonpil dan Yuzi sedang menunggu di luar. Itulah kuberanikan diri ini menatap wajahnya dari jarak sedekat ini.

"I love u so much Cloud. Maaf jika aku tidak segentle pria lain yang mampu mengungkapkannya disaat kamu sadar. "  ku ucapkan kata itu berulang kali agar rasa yang terpendam ini berkurang banyak. 

Memendam perasaan itu seperti halnya tertusuk sesuatu. Sakit jika dilepas,  namun jika ditahan,  dia tidak akan kunjung sembuh.

Itulah mengapa aku memilih melepaskannya.  Walau sakit,  setidaknya akan sembuh seiring berjalannya waktu.  Walau aku tidak tau kapan waktu itu akan datang. Tapi selama masih ada Alea, mungkin perasaan itu akan terkikis secara perlahan.

Alea,  maaf kan kekasih mu yang tidak kompeten ini, dan Cloud,  maaf kan perasaan yang tak mampu ku cegah dan kutahan ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Samar-samar dari luar kudengar suara riuh.  Segera aku keluar dan kulihat ternyata disana ada Sungjin bersama teman yang lain dengan wajah yang amat tegang.

COLORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang