«●»
Perkenalan dan semua penjelasan mengenai pekerjaannya selesai di penghujung hari, jam menunjuk pukul 4 sore dan jam kerjanya pun berakhir. Seorang bernama Lee Minhyuk tadi sudah pergi begitu jarum jam menunjuk pukul 4 tepat. Tidak ada banyak orang dikantor namun ada sebuah ruangan di lantai 2 gedung itu yang menarik perhatiannya. Ruangan itu seperti laboratorium ditengah kantor dan Lisa tertarik untuk mampir kesana, sekedar mengintip dan melihat apa yang orang-orang lakukan disana.
Seorang dokter hewan bekerja disana, dokter ini bernama Lee Changsub dan Lisa pikir dia pria yang baik setelah mereka berkenalan.
"Aku mengalisis darah beberapa hewan ternak, hanya untuk memastikan kalau mereka sehat, mencegah wabah dan kerugian kalau ternak-ternak itu sampai mati," jawab pria itu ketika Lisa bertanya apa yang di kerjakannya. "Aku sudah dengar kalau akan ada yang menggantikan Peniel, tapi aku baru tahu kalau penggantinya seorang idol. Kenapa kau memilih bekerja di perusahaan seperti ini? Ini memang perusahaan besar, cabangnya ada di berbagai negara tapi tetap saja sedikit aneh kalau seorang idol memutuskan untuk bekerja disini,"
"Memang dimana seorang mantan idol harusnya bekerja? Haha... aku memakai semua uangku untuk liburan dan sekarang harus bekerja, tidak bisa terlalu pilih-pilih kalau sedang terdesak,"
"Woah... kemana saja liburanmu? Apa menyenangkan?"
"Hm... ya, dua tahun terakhir sangat menyenangkan, aku pergi ke Eropa, Asia, dan banyak negara lainnya sampai tidak terasa kalau uangku sudah habis," jawab Lisa. Kini gadis itu sudah mendapat teman baru dan mereka berjalan bersama menuju lobby di lantai satu. Changsub tidak mendapat fasilitas mobil seperti Lisa, pria itu bekerja dengan bus atau taxi sesekali.
Lisa ingin menawarkan sebuah tumpangan pada Changsub karena Changsub tinggal tidak jauh dari rumahnya. Namun secara kebetulan, matanya menangkap sosok pria yang sudah lama tidak di lihatnya. Pria yang dulu pernah ia bunuh, pria yang dulu pernah ia cekik dengan sebuah cincin dan janji pernikahan.
Lisa baru saja keluar dari pintu utama lobby gedung mewah itu, ketika matanya bertemu dengan mata Jiyong di ujung bawah tangga pendek didepan gedung. Jiyong baru keluar dari mobil temannya ketika ia menemukan Lisa berdiri di ujung atas tangga pendek didepannya.
Tanpa sadar keduanya tersenyum, sekedar menyapa. Namun kemudian Lisa berpamitan pada Changsub dan melangkah menghampiri Jiyong.
"Annyeong," sapa Lisa pada pria yang tengah tersenyum dan menatapnya tanpa berkedip itu. Gadis itu berjalan kemudian berdiri tepat didepan Jiyong.
"Annyeong, apa kau baru saja datang ke-"
"Ah tidak... maksudku, aku memang berniat menyapamu tapi aku disini karena sekarang aku bekerja di lantai 2," potong Lisa sembari menunjukan kartu identitas pegawainya. "Kau terlihat lebih berisi- ah aku tidak seharusnya mengatakan itu sekarang, bagaimana kabarmu?"
"Cukup- sangat baik," jawab Jiyong sembari tersenyum. Saat itu, baik Jiyong maupun Lisa, keduanya harus bersusah payah menyembunyikan degup jantung masing-masing. Degup jantung keduanya sangat cepat sampai rasanya kecanggungan diantara mereka benar-benar mencekik. "Bagaimana kabarmu?"
"Sangat baik," jawab Lisa sembari tersenyum. Mereka tidak tahu apa yang baik dalam hidupnya selama ini, namun tidak ingin terlihat menyedihkan dimata satu sama lain.
"Ng... karena kau sudah disini, mau mampir?"
"Ah maaf," jawab Lisa, jantungnya serasa baru saja meledak saat itu. "Aku sudah punya janji dengan Rose hari ini, mungkin besok atau lusa aku bisa mampir dan melihat keadaan Ai dan Leo,"
"Hm... ya, baiklah,"
"Tapi bagaimana keadaan mereka? Mereka baik-baik saja bukan?"
"Ya, mereka baik-baik saja, mereka tetap sehat seperti sebelumnya,"
"Syukurlah... Kalau begitu aku duluan... annyeong," sapa Lisa yang kemudian meraih sakunya dan menemukan sebuah kunci mobil disana. Gadis itu berjalan ke tempat parkir di samping gedung, meninggalkan Jiyong yang masih temenung di tempatnya berdiri.
Dimata Jiyong, Lalisa tidak terlihat berbeda. Gadis itu memang terlihat lebih kurus, namun tetap cantik seperti sebelumnya. Gadis itu terlihat bahagia, dengan apa yang dimilikinya sekarang. Gadis itu terlihat baik-baik saja bahkan tampanya.
"Seharusnya dulu aku tidak menikahinya," gumam Jiyong setelah punggung Lisa menghilang dari pandangannya. Pria itu melangkah masuk ke dalam gedung apartement itu setelahnya.
Sementara dimata Lisa, Jiyong terlihat jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Pria itu menjadi semakin tampan dengan rambut coklatnya, berat badannya terlihat jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Jiyong terlihat lebih kuat dibanding sebelumnya. Lebih kuat dan lebih keren. Lebih keren dan lebih mempesona.
"Kalau tahu dia akan jadi lebih baik seperti ini, seharusnya kami berpisah lebih awal," gumam Lisa yang kemudian masuk kedalam mobil barunya. Bukan mobil mewah, hanya mobil standar yang hampir di miliki seluruh orang disana. Mobil pasaran yang tidak begitu mahal namun tetap pantas dipakai bekerja. Mobil itu pun terlihat baru saja dibersihkan, sepertinya ayah Ten memang salah satu pemegang saham di perusahaan itu.
Malam itu bergulir menjadi pagi. Lisa kembali pergi bekerja, dan Jiyong dengan agenda-agendanya. Lisa berkali-kali berniat menghubungi Jiyong hari itu, namun ia terus mengurungkan niatnya. Lisa tidak punya alasan untuk menemui pria itu dan memakai kucing mereka sebagai alasan pun rasanya tidak pantas.
"Nyonya Manoban?" tegur seorang pria yang langsung membuat lamunan Lisa hancur berkeping-keping. Pria itu mengetuk sisi meja Lisa dengan wajah menunggu yang terlihat jenuh.
"Ah ya?" tanya Lisa yang sedikit bingung karena untuk kali pertama kepala produksi di perusahaan itu menyebut namanya belakangnya.
"Aku ingin merekrut seorang karyawan lagi,"
"Siapa?"
"Bukan begitu, maksudku bisakah kau mencarikanku seorang karyawan lagi? Aku butuh pengawas produksi yang bisa bekerja di peternakan-"
"Apa aku harus mencari diantara teman-temanku? Kurasa aku tidak punya teman yang bisa bekerja di kandang?" potong Lisa membuat Minhyuk memutar bola matanya.
Kenapa tidak pernah ada orang di tim personalia yang benar-benar bisa bekerja, pikir Minhyuk yang kemudian menunjuk setumpuk berkas di belakang Lisa. Amplop-amplop coklat ditumpuk dibelakang sana seperti sebuah pajangan yang berdebu.
"Apa itu?"
"Surat lamaran,"
"Apa aku harus menyebarkan surat lamaran itu?"
"Aku tahu kau belum pernah bekerja di kantor seperti ini, tapi aku tidak percaya kalau kau akan sebodoh ini," ucap Minhyuk membuat Lisa menundukan kepalanya. Ia sedikit terluka karena ucapan Minhyuk itu. "Itu surat lamaran yang pernah di kirimkan kesini, carikan beberapa yang terlihat kompeten dan antarkan ke mejaku. Aku butuh seorang pria yang bisa menjadi pengawas produksi dan bekerja di peternakan sapi kita,"
"Berapa banyak yang harus ku cari?"
"Beberapa-"
"Aku belum pernah bekerja disini, bisakah sebutkan angka pastinya saja? Bagaimana kalau aku salah lagi?"
"3, carikan 3 yang terlihat kompeten sebagai-"
"Pengawas produksi di peternakan sapi, peternakan sapi mana yang butuh pengawas baru? Yang di Hallasan atau Taebaek?"
"Setidaknya kau sudah tahu dimana peternakan sapi kita," gumam Minhyuk membuat Lisa melirik selembar kertas yang tertempel di layar monitor komputernya. Di atas kertas kuning itu tertulis nama-nama peternakan yang perusahaan mereka miliki. "Di Taebaek,"
"Ne... apa ada syarat lainnya lagi?"
"Bacalah buku panduannya," suruh Minhyuk yang kemudian melangkah menjauhi meja Lisa. Meninggalkan Lisa yang justru kembali memikirkan mantan suaminya ketika tidak ada seorang pun yang mengajaknya bicara.
«●»
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trust Without Us
FanfictionBerawal dari lagu Leessang, The Girl Who Can't Say Goodbye, The Boy Who Can't Leave, kini akhirnya mereka berpisah.