«●»
Awalnya pagi tadi Lisa berniat untuk pulang bersama Minhyuk, mereka berniat makan malam bersama lebih dulu. Namun karena Rose dan ucapannya, Lisa membatalkan janjinya dengan Minhyuk dan menunggu Jiyong di depan apartementnya. Gadis itu berdiri di depan pintu apartement Jiyong yang dulu pernah ia tempati, namun tidak berani membuka pintunya. Ia bukan lagi tuan rumah disana, mana mungkin dia berani bersikap lancang dengan masuk kerumah orang lain tanpa izin. Dan Jiyong mungkin juga sudah mengganti kode pintunya— walaupun Lisa ragu dengan kemungkinan yang satu itu.
1 jam Lisa duduk di lantai dan bersandar pada dinding. Seorang petugas keamanan sudah menghampirinya dan hendak mengusirnya— kalau petugas itu ingin pekerjaannya lenyap— namun ketika mengetahui siapa yang menunggu Jiyong disana, petugas keamanan itu tidak punya pilihan lain selain membiarkannya. Membiarkan Lisa duduk didepan pintu dan menunggu Jiyong datang.
Dan untungnya, si petugas keamanan yang takut pekerjaannya lenyap itu memiliki nomor telpon manager Jiyong dan menghubungi nomor tersebut begitu ia tiba di ruang jaganya— usai menemui Lisa.
1 jam Lisa sudah menunggu dan seorang pria berlari dari tempat parkir menghampirinya. Jiyong terlihat terburu-buru ketika datang, tentu saja ia terburu-buru karena mengira sesuatu yang buruk baru saja terjadi. Ia pikir Lisa tidak akan menunggunya seperti itu kalau tidak ada hal buruk yang terjadi.
"Kau sudah-"
"Kenapa kau berdiri disini dan tidak masuk? Kau juga bisa menghubungiku sendiri. Kenapa sampai petugas keamanan yang menelponku?" potong Jiyong begitu ia berdiri dihadapan Lisa dengan sedikit terengah.
"Ku pikir kau sudah mengganti kode pintunya," jawaban asal Lisa itu kemudian membuat Jiyong mendengus dan mengulurkan tangannya untuk membuka pintu rumahnya.
"Aku tidak bisa menghafal kode baru lagi," jawab Jiyong yang kemudian menatap sebuah cctv di lorong dan membuka pintunya lebar-lebar untuk memberi jalan masuk pada Lisa. "Masuklah, petugas keamaan sedang melihat kita dan kau membuatku malu,"
"Maaf-"
"Kenapa kau tidak menelponku saja?! Kenapa kau menunggu di depan pintu seperti gadis bodoh?!" omel Jiyong usai Lisa masuk kedalam rumahnya dan usai ia menutup pintu rumahnya itu.
Lisa terdiam. Menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan hati-hati. Lisa tengah bersiap untuk sebuah omelan yang lebih keras dari ini.
"Aku tidak ingin kembali ke agensi," ucap Lisa yang langsung mengutarakan tujuannya datang. Ia ingin meluruskan sesuatu yang pagi tadi Rose buat kusut.
"Masuklah, kita tidak bisa bicara dengan benar kalau didepan pintu begini," ucap Jiyong yang kemudian melembut. Pria itu berjalan mendahului Lisa menuju ruang tengah. "Buatkan sesuatu yang dingin untukku, aku ingin ganti baju lebih dulu. Kau membuatku berkeringat, ku pikir ada pencuri yang mencoba masuk kesini," gerutu Jiyong yang kemudian berlalu kedalam kamarnya.
Sementara Lisa? Gadis itu masih memperhatikan isi apartement seorang Kwon Jiyong yang sama sekali tidak berubah— bahkan setelah dua tahun. Tidak ada yang berubah di sana, tidak ada yang berubah di tempat itu. Sebuah lukisan merah muda yang pernah Lisa buat bersama Jiyong masih ada ditempatnya, bahkan foto-foto pernikahan mereka masih ada di tempatnya— di posisi yang berbeda.
"Kenapa dia menutup semua fotonya? Kenapa tidak di buang atau di simpan di gudang saja," gumam pelan Lisa sembari melangkah menuju dapur dan mulai bergerak untuk membuat sebuah minuman yang segar dan dingin.
15 menit kemudian, Jiyong keluar dari kamarnya dengan rambut basah dan sembari melakukan sebuah panggilan. Lisa tidak begitu ambil pusing, gadis itu hanya duduk di meja makan, di tempat biasa ia duduk sembari memperhatikan es kopi yang baru saja selesai dibuatnya.
"Karenamu aku jadi membatalkan sebuah meeting penting," ucap Jiyong yang kemudian meletakan handphonenya diatas meja dan meraih es kopi miliknya, pria itu menenggak es kopinya seakan cairan itu hanyalah air mineral biasa.
"Maaf, aku tidak punya pilihan lain, aku juga membatalkan acara penting untuk datang kesini,"
"Tidak punya pilihan lain? Kau bisa menelpon atau menunggu di dalam. Kenapa kau duduk di luar seperti gadis gila dan membuat petugas keamanan khawatir? Dia pikir kau sakit atau mabuk bahkan dia mengira mentalmu terganggu karena duduk didepan dan tidak berhenti bicara sendiri,"
"Aku memang merasa aneh karena datang kesini walaupun aku tahu kau tidak akan ada disini," jawab Lisa membuat Jiyong yang kemudian duduk di hadapannya menghela nafasnya. "Lagi-lagi kau meng-"
"Kenapa? Kau akan marah karena aku menghela nafasku lagi? Kau tahu siapa yang seharusnya marah sekarang,"
"Rose salah! Aku tidak ingin kembali ke agensi," ucap Lisa tanpa berani menatap Jiyong.
"Aku belum mengatakan apapun tapi kurasa kau memang datang kesini untuk itu," balas Jiyong yang kemudian meminum lagi es kopinya. Sementara Lisa? Menyentuh gelasnya saja tidak berani.
"Aku tidak ingin kembali ke agensi," ulang Lisa namun masih tidak berani menatap Jiyong.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu kalau kau bahkan tidak berani menatapku?" ucap Jiyong yang kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah menuju dapurnya. "Kau ingat apa yang ku katakan saat kita memutuskan untuk bercerai waktu itu?" tanya Jiyong lagi yang kali ini sembari mengambil sebuah berkas di salah satu rak penyimpanan peralatan makannya.
"Perjanjiannya?" tanya Lisa sembari mengangguk, sementara Jiyong tengah membuka dan membaca sebuah berkas yang baru saja ia temukan. "Kau tidak akan menjual tempat ini?"
"Perjanjian pertama, Jiyong tidak akan menjual rumah ini," ucap Jiyong— membaca dengan tegas tulisan yang ada di hadapannya. "Kedua, Lalisa hanya dapat membawa barang-barang yang Jiyong izinkan. Ketiga, Jiyong tidak akan berkencan sebelum Lalisa berkencan lebih dulu dan keempat, Lalisa tidak akan muncul lagi didepan Jiyong dalam artian Lalisa keluar dari agensi dan Jiyong yang membayar semua biaya pinaltinya,"
"Sungguh, aku tidak ingin melanggar perjanjian itu. Aku tidak ingin kembali ke agensi lagi," ucap Lisa dan Jiyong berbalik untuk menatapnya.
"Berikan pematikmu,"
"Ne?"
"Pematik,"
"Aku tidak merokok, untuk apa aku mambawa pematik?"
"Aku tahu kau kembali merokok. Aku mencium aroma tembakau setiap hari dan kau masih mau berbohong padaku? Aku bisa mencium aroma rokokmu, berikan pematikmu," ucap Jiyong yang terlihat marah dan membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi.
Lisa merasa terintimidasi, seperti biasanya. Dan dengan perlahan-lahan, gadis itu merogoh sakunya kemudian memberikan pematiknya pada Jiyong.
"Bukankah aku sudah menulisnya dengan jelas? Perjanjian nomor empat, jangan muncul didepanku. Dan kau sudah melanggar perjanjian kita dengan muncul diatas panggung bersama blackpink terakhir kali, bahkan YGX. Apa kau pikir aku tidak bisa mengetahui itu dari camp wamilku? Kau juga melanggar perjanjian ini karena bekerja di gedung ini, kau melanggar perjanjian kita dan masih berani datang kesini?" ucap Jiyong yang memojokan Lisa dan membuat gadis itu semakin menundukan kepalanya.
Lisa punya banyak kata yang dapat ia keluarkan saat itu, untuk membela dirinya sendiri, namun apapun yang dikatakanya tidak akan membuat ia menang melawan Jiyong.
"Apa yang-" ucap Lisa yang kemudian sedikit terkejut karena Jiyong membakar perjanjian itu dan membiarkan kertas yang terbakar itu masuk kedalam tempat sampah di dekat wastafel.
"Untuk apa perjanjian kalau kau tetap melanggarnya?"
«●»
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trust Without Us
FanfictionBerawal dari lagu Leessang, The Girl Who Can't Say Goodbye, The Boy Who Can't Leave, kini akhirnya mereka berpisah.