21

2.3K 274 13
                                    

~

Dua hari berlalu dan Lisa belum juga berangkat ke kantornya. Gadis itu tinggal di rumah Jiyong dan merasa aman berada di sana selama dua hari terakhir ini. Bahkan walaupun Jiyong tidak berada di sana, Lisa merasa baik-baik saja. Dua hari terakhir ini juga, Jiyong pergi ke agensinya kemudian bertemu dengan si reporter yang tidak sengaja melibatkan Lisa.

Si reporter Yoon Doojoon datang ke agensi Jiyong dengan beberapa luka di wajah dan gips di kakinya. Agen negara yang sudah menyamar sebagai reporter selama beberapa tahun terakhir itu memberi tahu Jiyong situasi yang menimpa Lisa.

"Aku tidak sengaja melibatkannya, rumah gadismu ada di dekat markas teroris itu. Mereka menculik seorang direktur perusahaan senjata dan menyekapnya disana," jelas si reporter di lobby utama gedung YG pada pukul 10 pagi. "Dan aku sudah berusaha melindunginya, aku sudah melindungi gadismu itu," lanjutnya sembari menunjukan kakinya yang beberapa hari lalu patah karena si teroris.

"Lalu bagaimana kelanjutan kasusnya? Apa semuanya selesai dengan masuknya si teroris ke penjara?"

"Belum selesai," jawab si reporter. "Seorang yang berkuasa ikut bertanggung jawab dalam kasus ini dan kami belum bisa menyentuhnya,"

"Jadi... Kejadian seperti kemarin masih bisa terulang lagi?" tanya Jiyong yang reporter itu jawab dengan sebuah anggukan kepala. "Apa kau membutuhkan kesaksiannya?"

"Kau bisa menggantikannya kalau menurutmu gadismu tidak sanggup melakukannya," jawab Doojoon. "Kau tidak perlu datang ke kantor polisi atau semacamnya. Kau bisa mengirim kesaksianmu melalui pesan suara atau apapun sejenis itu. Toh kesaksian kalian tidak akan banyak berpengaruh pada kasusnya. Dan bukankah ada hal penting lain yang perlu kau lakukan?" tanya Doojoon membuat Jiyong mengerutkan dahinya. Ia tidak pernah menjadi saksi sebuah kasus besar seperti ini sebelumnya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain membuat kesaksian.

"Lakukan sesuatu yang dapat memperbaiki hubungan kalian. Karena kau memintaku datang dan menjelaskan situasinya disaat seperti ini, kurasa kau masih sangat peduli padanya. Orang lain biasanya hanya akan memaksa seseorang seperti Lisa untuk menjelaskan situasinya,"

"Memaksanya bercerita tidak akan menghasilkan apapun. Gadis itu bahkan tidak tahu kenapa dia bisa terlibat dalam kejadian seperti ini,"

"Ya, kau benar, kau sangat mengenalnya sampai kau tahu kalau gadis itu tidak akan mengetahui apapun. Kalian sangat mengenal satu sama lain, lalu kenapa kau membuat gadis penakut sepertinya bertahan dalam mimpi buruk? Dia takut hubungan kalian kembali gagal, karenanya dia tidak ingin mengulainya bersama mu. Dia takut akan melukaimu lagi, karenanya dia tidak ingin kembali lagi padamu. Dia takut hidup tanpamu, karenanya dia kembali kesini dan tinggal didekatmu. Dia takut tidak bisa melihatmu lagi, karenanya dia berdiri di sekitarmu, agar bisa tetap melihatmu tanpa membebanimu,"

"Kembali bersama juga akan menjadi mimpi buruk untuknya," balas Jiyong yang kemudian hendak berpamitan karena handphonenya terus saja bergetar.

"Kalau lahir dan menikah adalah sebuah awal yang baru, bukankah bercerai juga bisa menjadi awal yang baru? Pamit bukan berarti tidak ingin bertemu lagi. Pergi bukan berarti tidak ingin kembali. Terkadang lampu sengaja mematikan diri untuk mengetahui segelap apa tempat yang pernah ia terangi. Terkadang kalian perlu berpisah untuk mengetahui sesulit apa hidup sendiri-sendiri, bukan begitu?"

~

Yoon Doojoon pergi dari agensi, usai ia berpamitan dengan Jiyong yang juga harus kembali ke studio rekamannya. Jiyong harus pergi ke lantai empat untuk mengurusi beberapa berkas perencanaan album baru juniornya, serta menemui teman-temannya di studio siang itu. Beberapa orang di lantai empat sudah sejak tadi menunggunya, mereka butuh saran dan persetujuan Jiyong sebelum menekan kontrak perencanaan album baru.

Sembari melangkah kembali ke studio rekamannya, Jiyong menghubungi seseorang. Ia mengabaikan berbagai panggilan dari juniornya yang sudah menunggu di studio rekaman dan menghubungi Jung Joonyoung.

"Ya! Lama sekali menjawabnya!" seru Jiyong begitu si pria yang ia telpon menjawab panggilannya.

"Aku harus kekantor karena mantan istrimu cuti, berhenti mengeluh. Aku sibuk, ada apa?!"

"Aku ingin pergi ke Eropa, tempat mana yang paling romantis?"

"Dengan siapa kau akan pergi? Kekasih barumu? Sulli?"

"Sulli? Ada apa dengan Sulli? Kenapa semua orang menanyakan Sulli padaku?"

"Sulli bilang kalian akan berkencan dalam waktu dekat, katanya kau menyukai Sulli. Bukankah kau beberapa kali menyuruh seseorang mengantarnya pulang? Kau juga memberi selimut untuk menutupi pahanya, lalu dia juga bilang kalau kau beberapa kali memesankan makanan untuknya. Kau ingin mengajak Sulli ke Eropa?"

"Woah... Kalau menyuruh supir agensi mengantar seorang calon artis yang akan menekan kontrak dengan YG di sebut menyukainya, berarti selama ini aku sudah menyukai puluhan orang. Lalu apa kau tidak pernah memesankan makanan untuk seorang yang ingin kau rekrut?"

"Kau ingin merekrut Choi Sulli? Ke YG?"

"Hyunsuk hyung yang menginginkannya dan aku hanya membantunya. Tunggu. Katamu kau sibuk, jadi jawab saja pertanyaanku, aku juga sibuk sekarang,"

"Tempat romantis di Eropa? Bulan lalu aku syuting acara di Praha dan tempat itu cukup romantis, kau tidak suka naik gunung atau pergi ke pantai, wisata kota adalah yang terbaik untukmu. Kau bisa melihat tempat-tempat bersejarah, berkencan di pasar loak, naik perahu kayuh di danau, atau sekedar minum kopi di cafe, semuanya terasa romantis di Praha,"

"Praha? Bagaimana dengan penginapannya? Kirimkan beberapa rekomendasi penginapan untukku, rekomendasi tempat-tempat menarik dan restoran enak juga,"

"Kau akan ke Praha? Dengan siapa?"

"Ya, ku tutup," ucap Jiyong yang kemudian mematikan panggilannya. Pria itu memutus panggilannya secara sepihak kemudian bergegas masuk ke dalam studio rekamannya. Ia masuk dan membantu Mino mengurusi album barunya sampai jam menunjuk pada jam makan siang.

Joonyoung sudah mengirimkan beberapa nama penginapan, restoran dan lokasi-lokasi wisata yang Jiyong minta dan Jiyong hanya berterimakasih pada pria itu melalui sebuah pesan singkat. Tidak butuh waktu lama, pria itu kemudian berpamitan para orang-orang yang mengajaknya makan siang bersama dan pergi ke lantai tiga untuk mengurus cutinya. Jiyong benar-benar ingin cuti dan mengajak Lisa pergi ke Praha.

Selepas berhasil mengurus cutinya, dengan alasan ingin mencari inspirasi, Jiyong pulang kerumahnya. Pria itu memacu mobilnya untuk segera menemui Lisa dan saat pria itu tiba dirumahnya, di Galleria foret, ia menemukan Lisa tengah menyedot debu di ruang tengahnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Jiyong pulang dan melihat seorang wanita sedang membersihkan rumahnya layaknya seorang istri sungguhan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jiyong sembari melepaskan mantelnya dan melemparnya ke sofa.

"Menyedot debu, aku tidak berani turun dan berjalan-jalan dibawah, aku takut bertemu dengan rekan-rekan kerjaku, aku bilang pada mereka kalau aku sakit," jawab Lisa yang tetap sibuk dengan debu-debunya, sama sekali tidak menghampiri Jiyong yang baru datang. "Tidak biasanya kau pulang saat jam makan siang begini,"

"Aku harus pergi keluar negri, kau mau ikut atau tetap berada disini?"

"Mwo?! Kau akan pergi?! Lalu bagaimana denganku? Kau bilang tidak akan meninggalkanku sampai kasusnya-"

"Karena itu, aku memberimu pilihan, kau bisa tetap disini sampai aku kembali atau kau juga bisa ikut denganku, ke Praha,"

"Praha? Dimana itu?"

"Eropa, ibu kota Republik Ceko, lokasi syuting atasanmu bulan lalu,"

"Boleh aku berfikir dulu?"

"Aku harus membeli tiket setidaknya malam ini, agar bisa berangkat besok pagi. Beri aku jawaban sebelum malam ini," ucap Jiyong yang Lisa jawab dengan sebuah anggukan kecil.

"Aku akan memikirkannya,"

~

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang