11

2.4K 294 6
                                    

«●»

Hari Sabtu kini berubah menjadi hari Minggu, waktu terus bergerak dan Lisa sudah merasa lebih baik. Karenanya, di hari ini gadis itu menemani Jisoo berbelanja.

"Maaf kemarin aku sibuk dan tidak bisa mengantarkan obat untukmu," ucap Jisoo begitu Lisa masuk kedalam mobilnya. Sore ini Jisoo datang menjemput Lisa dan akan membawa gadis itu ke pusat perbelajaan di tengah kota. "Kemarin Jennie jadi datang kesini dan mengantarkan obat untukmu kan?"

"Anniyo, aku tidak menghubungi Jennie eonni kemarin," jawab Lisa. "Jennie eonni memang menghubungiku, eonni memberitahunya kalau kemarin aku demam? Kemarin Jennie eonni menelponku, tapi aku memintanya untuk tidak datang, seseorang sudah datang lebih dulu dan kemarin Jennie eonni harus menemani mertuanya berbelanja, dia bisa kena marah kalau harus mampir kesini dulu,"

"Siapa?"

"Yang kena marah? Tentu saja Jennie eonni,"

"Bukan... yang mengantarkan obat untukmu,"

"Ah... yang mengantarkan obat untukku? Kwon Jiyong,"

"Kemarin kau menghubungi Jiyong oppa?! Kalian kembali bersama??"

"Anniyo..." ucap Lisa sembari menunjuk sebuah lampu lalu lintas yang berubah menjadi hijau dan menyuruh Jisoo agar cepat melajukan mobilnya sebelum mobil-mobil dibelakang mereka marah. "Kemarin aku punya janji dengan Jiyong oppa dan aku menyuruhnya datang sekalian membawakanku obat. Ada beberapa hal yang harus kami bicarakan kemarin,"

"Seperti apa? Rencana rujuk?"

"Haha jangan gila... rujuk apanya... kami hanya bertengkar setiap kali bertemu dan kemarin dia datang untuk meminta maaf karena sudah membuatku kesal,"

"Tapi kau masih mencintainya kan? Kau sangat khawatir saat mendengar berita kakinya sakit dan saat wamilnya sedikit bermasalah,"

"Masih mencintainya atau tidak bukan alasan untuk rujuk," jawab Lisa. "Bukan hanya cinta yang kami butuhkan. Menikah, rujuk dan hidup bersama bukan hanya soal cinta eonni,"

"Ya. Kenapa kau mengajariku? Aku lebih tua darimu, Lalisa,"

"Untuk masalah ini aku yang lebih berpengalaman darimu eonni," balas Lisa dengan senyum jahilnya. Senyuman yang membuat Jisoo tidak dapat menolak pesona Lisa apalagi sampai marah dan membenci gadis itu. "Saat aku pergi ke Hawaii tahun lalu, aku bertemu sepasang suami istri yang tetap mesra bahkan di tahun kelima pernikahan mereka. Kau tahu kenapa mereka bisa begitu? Padahal dua tahun tinggal bersamanya saja sudah membuatku muak,"

"Kenapa?"

"Karena mereka tinggal terpisah dan bertemu hanya di akhir pekan. Jadi setiap kali bertemu, setiap kali liburan, mereka memanfaatkan setiap momen dengan baik, tetap mesra dan sama sekali tanpa pertengkaran,"

"Menurutmu itu akan berhasil?"

"Kurasa? Nyatanya pernikahan mereka bisa bertahan sampai lima tahun," jawab Lisa sembari mengangkat bahunya. "Tapi eonni, apa kau tahu kenapa akhir dari hampir seluruh drama berkencan atau menikah? Seakan si tokoh utama akan bahagia selamanya, setelah berkencan atau menikah dengan orang yang mereka cintai,"

"Untuk menaikan rating tentu saja, akhir bahagia seperti itu yang dinantikan semua orang,"

"Ne, hampir semua orang berfikir bahwa berkencan dan menikah adalah akhir bahagia. Karena mereka punya cinta dan menganggap cinta dapat mengalahkan segalanya. Semua orang menyukai cinta tapi tidak semua dari mereka siap dengan luka yang akan mengikutinya. Tentu saja tidak semua pernikahan berakhir menyakitkan seperti pernikahanku. Orangtuaku menikah dan baik-baik saja sampai sekarang. Tapi itu bukan karena cinta, hanya cinta tidak akan cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan. Aku bisa bersumpah kalau aku masih mencintainya sampai sekarang. Ku pikir dulu aku akan bahagia bahkan dengan segala macam cobaan apapun karena aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi nyatanya tidak,"

"Lalu apa yang lebih penting selain cinta? Uang? Kebebasan?"

"Toleransi," jawab Lisa sembari menatap keluar dan menurunkan kaca jendela disebelahnya. Merasakan angin yang menerpa wajahnya.

"Menikah dan hidup bersama lebih butuh toleransi dibanding cinta. Aku bisa hidup bertahun-tahun bersama kalian, walaupun aku takut pada kebiasaan tidur Jennie eonni, walaupun aku tidak suka setiap kali Rose mandi ditengah malam dan bernyanyi saat mandi, walaupun aku selalu kesal karena kalian bertiga tidak mau membuang sampah dan selalu menyuruhku melakukannya. Itu karena aku bisa bertoleransi pada kalian. Aku harus bersabar, aku harus bertoleransi dengan semua hal yang sebenarnya membuatku kesal agar bisa tetap tinggal bersama kalian, agar kita berempat bisa tetap nyaman tinggal bersama. Kita bukan siapa-siapa, kita berempat seperti orang asing yang hanya perlu menghormati satu sama lain agar bisa hidup bersama. Tapi bersamanya, karena aku mencintainya dan aku tahu dia juga mencintaiku. Aku tidak bisa bertoleransi. Ada embel-embel cinta yang membuatku berekspetasi terlalu tinggi dan begitu juga dengannya. Katanya kau mencintaiku, kenapa kau tidak bisa melakukannya untukku? Selalu itu yang kurasakan setiap kali dia tidak bisa menuruti keinginanku. Kurasa dia pun merasakan hal yang sama. Aku sudah tahu semua kebiasaan buruknya, dan aku tahu kebiasaan itu tidak dapat berubah dengan mudah. Tapi aku yang selalu berharap dia mau merubah kebiasaannya lama kelamaan kehilangan toleransiku dan selalu marah setiap kali dia mengulangi kebiasaan buruknya. Saat menikah, hampir setiap pagi aku memarahinya karena dia merokok di ranjang, aku tidak bisa memberinya toleransi apapun setelah kami menikah,"

"Kau suamiku, kau harus mendengarkanku. Kau istriku, kau harus menurutiku. Perasaan seperti itu yang membuat kalian kehilangan toleransi?" tanya Jisoo yang sekarang sudah mengarahkan mobilnya memasuki pusat perbelanjaan.

"Hm... lalu lama kelamaan aku berubah menjadi monster yang melarangnya melakukan apapun dan dia berubah menjadi binatang buas yang memaksaku melakukan segala hal," jawab Lisa. "Dan akhirnya kami bercerai,"

"Apa yang paling sulit saat bercerai?"

"Keluarga? Teman-teman? Aku tidak bisa memberitahu keluargaku kalau kami bercerai, dan dia pun begitu. Kami tidak memberitahu siapapun sampai beritanya bocor karena seseorang melihat kami di pengadilan tepat setelah keputusan cerai dijatuhkan,"

"Kau tidak sedih? Merasa kehilangan atau sejenisnya? Saat bercerai kau baru saja kehilangan suamimu,"

"Anniyo, setelah bercerai aku memang kehilangan statusku sebagai istrinya, tapi setelah bercerai aku juga kembali mendapatkan diriku sendiri," ucap Lisa yang langsung turun begitu mobil Jisoo terparkir sempurna di tempatnya. "Kurasa rasanya akan berbeda, tergantung apa alasan seseorang bercerai. Tapi apapun alasannya, bercerai bukanlah akhirnya. Sama seperti menikah, bercerai juga bisa menjadi awal dari kehidupan baru,"

"Darimana kau mendapatkan kata-kata seperti itu?"

"Eommaku, dia selalu mengatakan itu setiap kali aku menjadikan perceraianku sebagai alasan agar tidak perlu pergi kencan buta," ucap Lisa yang kemudian menahan Jisoo agar tidak melanjukan langkahnya. Lagi-lagi Lisa bertemu dengan Taehyung dan lagi-lagi Taehyung berada di pusat perbelanjaan itu bersama seorang gadis yang bukan Jessica dan bukan juga si mahasiswi di cafe. "Sebenarnya berapa banyak selingkuhannya?" gerutu Lisa sembari mengajak Jisoo untuk menghampiri Taehyung dan teman kencannya.

«●»

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang