«●»
"Karena kehidupan setelahnya tidak menyenangkan," ucap Lisa yang sama sekali tidak membuat Doojoon terlihat terkejut. Pria asing itu tidak bertanya, dia hanya mendengarkan Lisa sembari memanfaatkan keadaan dan melakukan pekerjaannya.
Awalnya Doojoon hanya tertarik karena melihat seorang gadis yang sebelumnya duduk dan bicara sendiri didepan pintu rumah orang lain saat itu justru tengah berusaha mabuk dengan cola kalengan. Kemudian ia harus melarikan diri dari tatapan penasaran dan bisikan-bisikan pengunjung lainnya di restoran itu. Setelah itu target yang di inginkannya terlihat, Doojoon berniat mengikuti si target namun Lisa terus bicara dan luar biasanya, tanpa berbasa-basi, Lisa mengajak Doojoon duduk ditaman. Duduk di tempat paling strategis untuk mendapatkan beritanya. Sebelum memutuskan untuk ikut duduk disana, Doojoon melihat targetnya masuk ke rumah di sebrang taman.
"Kalau di lanjutkan, kehidupan setelah menikah tokoh-tokoh utama yang mengikuti kata hatinya tidaklah menyenangkan," ulang Lisa disusul gerakan Doojoon yang kemudian duduk kembali disebelah gadis itu.
"Mungkin karena itu Tuhan memberi manusia otak, agar manusia tidak menjadi hewan yang hanya tahu caranya kawin,"
Lisa terkekeh mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya dimalam itu, ucapan seorang pria asing terasa sangat menghiburnya.
"Ya, kurasa kalau manusia tidak diberi otak, manusia hanya akan sibuk mengurusi selangkangan," tambah Lisa yang perlahan-laham mulai merasa lebih baik.
"Kau terdengar berbeda, sudah merasa lebih baik?" tanya Doojoon- yang sudah selesai dengan urusannya. Ia sudah punya cukup bukti dan dapat mengirim seseorang untuk menyelidiki lebih jauh lagi mengenai kasus yang perlu di liputnya. "Sudah menemukan solusi untuk masalahmu?"
"Belum, aku belum mendapatkan solusi apapun tapi aku tahu siapa yang bisa kuandalkan untuk masalahku,"
"Siapa?"
"Otakku, bukan berarti selama ini aku tidak memakai otakku. Tapi dibanding hanya fokus pada hatiku yang terasa sangat sesak, sedikit berfikir kurasa dapat membantu,"
"Baiklah, kalau begitu kurasa aku bisa pergi sekarang," pamit Doojoon yang kemudian pergi meninggalkan Lisa disana. Meninggalkan Lisa yang tidak berapa lama kemudian kembali pulang ke rumahnya.
Sayangnya, bertemu dengan Doojoon ternyata bukanlah hal yang baik. Setelah malam itu, Lisa merasa seseorang mengikutinya. Seseorang menguntitnya selama beberapa hari terakhir sampai di hari ke tujuh- setelah ia bertemu dengan Doojoon. Awalnya Lisa pikir seseorang yang mengikutinya hanyalah fans lamanya atau mungkin fans Jiyong. Namun di hari ini, di hari ketujuh, seorang pria menghampirinya.
Jam menunjuk pukul sembilan malam ketika Lisa berjalan sendirian di tepian sungai Han. Seorang petinggi meminjam mobil perusahaannya, membuat Lisa meninggalkan mobil itu di kantor dan harus berjalan pulang— sekaligus mencari udara segar.
Awalnya tidak ada yang aneh, ia merasa di ikuti namun tidak punya banyak pikiran negatif, hanya seorang fans yang penasaran, pikirnya. Namun di sebuah minimarket antara tepi sungai dan rumahnya, seorang pria menghentikan langkahnya di depan rak sabun cuci. Doojoon.
"Maafkan aku, tapi jangan menanyakan apapun. Bisakah kau pergi dari lingkungan ini? Beberapa hari ini saja?"
"Siapa— oh! Bukankah kau reporter kemarin? Hai, kita bertemu-"
"Ini bukan saatnya kau senang karena melihatku, dimana pun rumahmu, pergilah dari sana, secepat kau bisa,"
"Ada apa?" tanya Lisa yang merasa semakin aneh karena ekspresi wajah Doojoon.
"Mengetahui apa yang terjadi tidak akan membantumu. Bisakah kau menghubungi seseorang untuk menjemputmu sekarang? Seseorang mengikutimu,"
"Bukan kali pertama seorang idol di ikuti, sebenarnya ada apa?" tanya Lisa, namun insting melindungi dirinya membawanya untuk kemudian menghubungi seseorang.
"Dia tidak menjawabnya? Kita tidak punya waktu sekarang, aku akan mengalihkan perhatian pria di arah jam 9, dibelakang mobil hitam, dan kau pergilah secepat kau bisa," ucap Doojoon, memancing Lisa untuk menoleh dan melihat ke arah jam 9. Seorang pria berpakaian serba hitam berdiri dibelakang mobil hitam, samar-samar sebuah bekas luka sayatan melintang di wajahnya, namun yang membuat Lisa terkejut adalah kilauan samar dari sebuah mata pisau di balik jacket pria itu. Cahaya dari lampu minimarket terpantul oleh sedikit mata pisau yang mengintip dari balik jacketnya.
"Kemana aku harus pergi?" tanya Lisa yang sekarang mulai gugup. "Apa ini- apa karena aku bertemu denganmu terakhir kali, seseorang mengincarku untuk mendapatkan sesuatu darimu? Sebenarnya kasus apa yang sedang kau kerjakan tuan reporter?"
"Terorisme," jawab Doojoon yang kemudian menunjukan sebuah tanda pengenal pada Lisa. Yoon Doojoon ternyata adalah seorang mata-mata yang lima tahun terakhir menyamar sebagai seorang pembawa acara berita. "Aku akan memastikan kau baik-baik saja, aku akan memastikan dia berhenti mengikutimu. Jadi pergilah kerumahmu, secepat kau bisa, kunci rumahmu dan jangan membukakan pintumu untuk orang asing. Malam ini semuanya akan selesai,"
"Tapi-"
"Kita tidak punya waktu dan aku tidak bisa mengirim seseorang untuk melindungimu. Jadi jangan membuka pintu untuk siapapun yang bilang akan melindungimu. Pulanglah, hubungi seseorang yang dapat kau percaya dan minta dia menemanimu. Selama kau tidak keluar dari rumahmu, tidak akan ada yang terjadi padamu,"
"Kau harus memberikan sebuah penjelasan yang dapat ku menge-"
"Kau akan mengerti begitu melihat berita besok. Kau bisa keluar dari rumah kalau besok melihat beritanya," potong Doojoon yang kemudian menepuk bahu Lisa dan hendak melangkah menjauhinya. "Waktumu untuk sampai dirumah dan mengunci pintu hanya 30 menit. Pergilah sekarang juga," lanjut Doojoon yang kemudian benar-benar meninggalkan Lisa.
Lisa masih bingung, Lisa masih tidak tahu apa yang harus di lakukannya namun wajah dan tatapan mata Doojoon seakan menghipnotisnya. Membuatnya kemudian bergegas pulang kerumah secepat yang ia bisa. Sepintas, sebelum ia benar-benar meninggalkan minimarket itu, ia melihat seorang reporter— Doojoon— berkelahi dengan pria berpisau. Lisa tidak tahu apa mereka terluka atau tidak, namun rasa takut yang menjalari tubuhnya kemudian membuatnya bergegas menjauhi tempat itu dan berlari pulang. Seperti yang sudah Doojoon katakan sebelumnya, Lisa berlari pulang kemudian mengunci semua pintunya dan menghubungi seseorang yang dapat ia percaya.
"Oppa... Kurasa aku tidak sengaja terlibat dalam sebuah masalah besar," ucap Lisa begitu Jiyong menjawab panggilannya. Persetan dengan janjinya yang tidak akan menghubungi Jiyong lagi. Ia tidak punya orang lain yang dapat menyelesaikan masalahnya. "Tolong aku... Tolong datang kerumahku sekarang... Aku takut," susulnya sebelum Jiyong dapat menjawab ucapannya.
"Ada apa? Kau bisa menelpon polisi kalau memang ada bahaya di rumahmu, kenapa menelpon Jiyong oppa? Jiyong oppa sedang sibuk sekarang," jawab seorang gadis yang menjawab panggilan Jiyong malam itu. Seorang gadis dengan suara yang cukup familiar ditelinga Lisa. Seorang gadis yang Lisa pikir tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menjawab panggilan seorang G Dragon. Choi Sulli.
«~»
Maaf ya baru sempat up. Sedang sibuk banget sampe hari kamis nanti...
KAMU SEDANG MEMBACA
No Trust Without Us
FanficBerawal dari lagu Leessang, The Girl Who Can't Say Goodbye, The Boy Who Can't Leave, kini akhirnya mereka berpisah.