13

2.2K 280 6
                                    

«●»

Jiyong duduk di kursinya, sedikit mendengus karena kesal, sementara Lisa harus pindah dan duduk disebelah Jiyong. Kenapa? Karena Jessica dan suaminya tiba-tiba saja muncul entah darimana dan duduk bersama mereka. Padahal mereka tinggal di gedung sebelah, Jiyong sedikit tidak habis pikir kalau Taehyung akan menghubungi Lisa dan bergabung bersama mereka di meja restoran itu.

"Kami sedang lari pagi dan ingat kalau Lisa bekerja digedung ini," ucap Taehyung sembari menikmati buburnya. "Aku tidak menyangka kalau kalian akan sarapan bersama,"

"Aku juga tidak menyangka kau akan menelponnya," gerutu Jiyong dengan nada sinisnya, membuat Lisa yang duduk di sebelahnya kemudian menginjak kaki pria itu. Dengan ujung heelsnya membuat Jiyong benar-benar kesakitan dan hampir berteriak karenanya.

"Kemarin kami bertemu," ucap Taehyung membuat ketiga orang dihadapannya menunjukan wajah terkejut mereka. Tentu, Jiyong dan Jessica terkejut mengetahuinya, sedangkan Lisa terkejut karena Taehyung yang lebih dulu mengatakan itu. "Di mall, saat aku bilang aku pergi berbelanja," lanjutnya sembari menatap Jessica yang kemudian tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Kalian berbelanja bersama?" tanya Jiyong yang sama sekali tidak terlihat senang.

"Apa menyenangkan?" susul Jessica, yang mencoba membuat suasana lebih nyaman.

"Anniyo, kami tidak berbelanja bersama, sudah ku bilang aku pergi dengan Jisoo kemarin," jawab Lisa yang kemudian memakan kembali sisa serealnya. "Makan saja, aku harus bekerja sebentar lagi,"

"Hm... kami hanya bertemu dan menyapa sebentar lalu Lisa pergi dengan temannya. Tapi... apa kalian akan kembali rujuk? Kalian terlihat sangat dekat sekarang," ucap Taehyung yang sama sekali tidak terlihat tertarik pada sarapannya, pria itu hanya tersenyum menatap Jiyong dan gadis disebelahnya secara bergantian. Tidak ada seorangpun yang dapat memahami arti tatapan Taehyung itu, senyumnya, tatapannya, dan isi kepalanya terlalu samar untuk dapat di artikan.

"Tapi kenapa dulu kalian bercerai? Kalau pada akhirnya kembali lagi?" susul Jessica, si gadis pintar yang sepertinya mulai tertular Taehyung dan Jiyong tidak menyukainya.

"Kenapa kau makan kalau akhirnya dibuang juga? Kenapa kau mandi kalau akhirnya kotor juga? Sesuatu seperti itu," jawab sinis Jiyong yang hanya Taehyung balas dengan sebuah senyuman. Sementara Jessica menaikan sebelah alisnya, tidak benar-benar mengerti apa yang Jiyong bicarakan.

"Maksudnya, kita sudah terbiasa makan, terbiasa mandi dan tetap mengulangnya. Kami pun begitu, kami sudah terbiasa bertemu jadi akhir-akhir ini kami tetap bertemu. Tapi minggu depan aku akan ke Taebaek lagi, jadi minggu depan aku akan sibuk," jelas Lisa yang akhirnya membuat Jessica menganggukan kepalanya.

"Kenapa kau masih saja rumit oppa?" cibir Jessica sembari menusuk-nusuk saladnya dengan garpu sebelum ia memasukan salad itu kedalam mulutnya.

"Kebiasaan tidak bisa berubah, sejak dulu, bahkan sejak lahir dia memang rumit," tambah Lisa. "Tapi dia sama sekali tidak tahu apapun, yang dia bisa hanya menulis lagu,"

"Ya! Dulu kau menyukainya," protes Jiyong yang sekarang selesai dengan sarapannya.

"Menulis lagu memang pesonanya, Lisa... pesonanya yang paling kuat,"

"Aku tahu... tapi lama-lama pesonanya itu membuatku muak, dia menghabiskan berjam-jam di studionya untuk membuat lagu, dia tidak tidur berhari-hari untuk sebuah lagu, dia marah setiap kali aku mengajaknya makan bersama saat dia membuat lagu, tapi dia juga marah kalau aku makan tanpanya,"

"Dan dia akan memintamu menyanyikan lagunya lalu memarahimu karena kau tidak bisa mengikuti instruksinya," tambah Jessica yang langsung mendapat sebuah acungan jempol dari Lisa.

"Benar! Itu benar-benar terjadi, darimana kau tahu? Jangan-jangan itu memang kebiasaannya sejak dulu," ucap Lisa yang kemudian tertawa bersama Jessica. Jiyong menatap sebal pada dua gadis disana, sedangkan Taehyung hanya tersenyum simpul ketika melihat tawa renyah dua gadis disana.

"Dia selalu melakukannya pada orang lain, sebelum melakukannya pada Big Bang,"

"Bisakah kalian berdua berhenti?" ucap Jiyong membuat Lisa dan Jessica kemudian melihatnya.

"Kenapa? Itu memang benar-benar terjadi," ucap Lisa yang tidak ingin mendengar rengekan Jiyong. "Kau memang selalu begitu, tidak ingat?"

"Hentikan, bukankah kau harus bekerja? Sana turun," suruh Jiyong di susul dengusan sebal dari Lisa.

Lisa pergi ke kantornya, sementara Jiyong yang tidak ingin berada disana lebih lama lagi, beralasan harus pergi ke agensi dan meninggalkan Jessica serta Taehyung disana. Lisa tetap datang lebih awal dibanding rekan kerjanya yang lain. Gadis itu menaruh tasnya di mejanya kemudian berjalan ke pantri, berniat membuat kopi untuk dirinya sendiri.

"Annyeonghaseyo," sapa Lisa pada pria yang ternyata sudah berada di pantri lebih dulu, pria yang ternyata datang sama awalnya dengannya— Lee Minhyuk.

"Hm... annyeong,"

"Hari ini ada 3 orang calon karyawan baru yang akan datang untuk interview,"

"Ya... aku tahu, jam berapa?"

"Aku meminta mereka datang jam 9 pagi, tapi boleh aku tahu apa yang akan kita lakukan pada mereka nanti?"

"Kau hanya perlu mengantar mereka menemuiku satu persatu," jawab Minhyuk dengan nada bicaranya yang terdengar sangat dingin. "Kau merokok?"

"Ne? Ah tidak," ucap Lisa sembari buru-buru menenggelamkan pematiknya kedalam saku. Lisa tidak ingat kapan ia mulai merokok, mungkin sudah jauh sebelum ia bertemu dengan Jiyong. Gadis itu sempat berhenti merokok setelah menikah namun bercerai membuatnya kembali meraih lintingan tembakau itu lagi.

"Mau merokok bersamaku?" tanya Minhyuk, Lisa sedikit terkejut namun melihat jam yang masih menunjuk angka 7 membuat Lisa kemudian setuju untuk pergi ke lantai satu dan merokok disana. Di luar gedung, di sebuah area merokok di dekat tempat parkir.

Lisa berdiri bersebelahan dengan Minhyuk, sebuah tempat membuang abu rokok berdiri diantara mereka. Lisa masih belum berani menyulut rokoknya, namun Minhyuk sudah lebih dulu menyulut rokoknya kemudian memberikannya pada Lisa. Memberi Lisa sebatang rokok yang sudah di sulut ujungnya.

"Aku tahu kau merokok di rumahmu," ucap Minhyuk membuat Lisa kemudian mengangguk dan meraih rokok itu. Menghisapnya perlahan ditemani Minhyuk disebelahnya— yang juga melakukan hal yang sama.

"Anda tahu dimana rumahku?"

"Ya, aku tinggal di lingkungan itu juga, 5 rumah dari rumahmu,"

"Ah... kalau begitu kita bisa berangkat dan pulang kerja bersama? Tapi kenapa anda tidak pernah ikut makan malam bersama dan selalu pulang tepat waktu? Istri dan anak anda menunggu? Manisnya,"

"Anjingku menunggu," jawab Minhyuk sama sekali tanpa melirik pada Lisa, pria itu hanya menatap lurus pada ujung sepatunya. "Dan aku belum menikah,"

"Ne? Tapi orang-orang bilang anda sudah menikah dan harus pulang awal karena-"

"Aku pernah tinggal dengan kekasihku, kami menikah tapi tidak mendaftarkan pernikahan itu dan sekarang berpisah, apa itu cukup untuk menjawab pertanyaanmu?"

"Ng... ya... maaf aku tidak menduga akan seperti itu akhirnya," jawab Lisa yang kemudian berhenti melihat Minhyuk dan merasa sedikit canggung. "Kenapa harus memberitahuku," gumam pelan Lisa berharap tidak seorang pun akan mendengarnya. Selama ia bekerja disana, satu-satunya orang yang tidak bergaul dengannya adalah kepala produksi Lee Minhyuk. Tentu saja, kalau pria itu tiba-tiba bercerita seperti ini pada Lisa, Lisa bisa merasa sangat canggung.

"Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman atau tertekan karenaku. Kita rekan kerja dan sering bertemu, hanya saja, tidak mudah untuk melihatmu. Aku tidak membencimu dan sebenarnya kau sudah bekerja dengan baik, hanya saja..." ucap Minhyuk yang kemudian mematikan rokoknya yang baru hilang setengah. "Kau terlihat sama sepertinya,"

«●»

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang