7

2.5K 305 10
                                    

«●»

Jiyong mengantar Lisa sampai ke depan pintu utama di lobby lantai satu gedung itu. Pria itu berusaha untuk terlihat sopan didepan mantan istrinya.

"Ini sudah malam... Aku bisa mengantarmu-"

"Anniyo, aku masih harus bekerja besok dan aku tidak bisa meninggalkan mobilnya disini," potong Lisa sembari menunggu seorang petugas valet mengambilkan mobilnya. Lisa bisa saja berjalan ke tempat parkir untuk mengambil sendiri mobilnya, namun si petugas valet langsung datang menawarkan jasanya begitu melihat Jiyong. Pria itu dibayar untuk melayani seluruh penghuni apartement di lantai atas gedung mewah itu.

"Baiklah kalau begitu," jawab Jiyong yang tidak lama kemudian melihat sebuah mobil putih menghampiri mereka. "Itu mobilnya?"

"Ya, mobil perusahaan," jawab Lisa. "Kalau begitu aku pergi dulu, terimakasih untuk makan malamnya,"

"Hm... berhati-hatilah saat di persimpangan," balas Jiyong yang kemudian menunggu Lisa masuk kedalam mobilnya dan melaju pergi meninggalkan gedung mewah itu. Pria itu kembali masuk kedalam gedung, berjalan menuju apartementnua setelah melihat Lisa pergi dan menghilang di persimpangan.

Tidak lebih dari dua jam mereka bertemu, namun sudah terasa sangat lama— karena rasa canggung yang tidak juga mencair. Jiyong merasa sangat lelah usai makan malamnya bersama Lisa. Dan makan malam itu menjadi satu-satunya hal yang ia ingat sampai akhirnya ia tertidur.

Tidak berbeda dengan Jiyong, Lisa pun merasakan hal yang sama. Secercah keinginan untuk kembali bersama meluap begitu saja ketika ia mengingat makan malam mereka tadi.

Sebelum menikah, Dami sudah memperingatkan Lisa kalau Jiyong adalah pria yang egois, namun saat itu Lisa bisa meyakinkan Dami kalau keegoisan Jiyong bukanlah masalah. Sayangnya, upaya Lisa meyakinkan Dami saat itu hanyalah upaya sia-sia, pada akhirnya Lisa tetap berhenti bertahan.

Keesokan harinya, di hari Rabu, kemudian Kamis sampai Jumat, Lisa pergi ke kantornya namun tidak bertemu dengan Jiyong. Gadis itu tidak berniat mencari Jiyong walaupun setiap pagi ia berharap dapat secara tidak sengaja bertemu dengan Jiyong. Keduanya tidak mengganti nomor telpon, keduanya tidak menghapus atau memblokir nomor telpon satu sama lain, namun rasanya sangat sulit untuk mulai menghubungi lebih dulu.

Di Jumat malam ini, Lisa berjalan sendirian di sekitaran sungai Han yang tidak jauh dari rumahnya. Gadis itu spat pulang untuk mandi dan makan malam sebelum ia keluar untuk berjalan-jalan. Langkah kakinya membawa gadis itu menuju tepi sungai Han, melewati beberapa tenda penjual soju dan mie. Ia melihat sebuah tenda yang tidak begitu ramai dan menatapnya sedikit lebih lama. Disana, di tenda itu empat tahun yang lalu Jiyong melamarnya. Bukan di tempat romantis dengan bunga dan alunan musik mewah, tidak ada wine atau steak mahal, tidak ada kata-kata romantis seperti bayangan orang-orang.

Empat tahun lalu, hanya ada seorang Kwon Jiyong dengan sebuah tutup botol soju.

"Lisa-ya, kalau kau mau menikah denganku, aku akan mengganti tutup botol ini menjadi sebuah cincin dengan batu zamrud yang cantik," suara putus asa seorang Kwon Jiyong empat tahun terdengar di telinga Lisa seperti sebuah lagu yang berputar didalam kepalanya.

"Kalau kita menikah, aku tidak akan membuatmu sedih dengan semua gosip-gosip itu lagi... aku tidak pernah menggoda siapapun seperti yang di gosipkan orang-orang itu. Bahkan walapun mereka menemukan fotoku mengenakan aksesoris atau pakaian yang sama dengan beberapa wanita, kau tahu itu bukan mauku, aku hanya memakai barang-barang pemberian sponsor dan bagaimana aku tahu aktris atau idol mana lagi yang mereka berikan aksesoris itu juga? Terdengar seperti sebuah alasan, kan? Tapi aku tahu kau mempercayainya. Karena itu... ayo menikah dan beritahu semua orang agar aku tidak melukaimu seperti ini," bujukan Jiyong saat itu, tidak pernah dapat Lisa lupakan. Jiyong yang sedih karena terus membuat Lisa terluka dengan gosip-gosip atas namanya, malam itu tidak dapat menahan dirinya. Empat tahun yang lalu, rasa bersalah membawa Jiyong menuju sebuah lamaran yang sama sekali tidak pernah ia rencanakan sebelumnya. Sebuah lamaran tanpa persiapan sama sekali. Dan malam itu, di empat tahun yang lalu, Lisa menerima tutup botol pemberian Jiyong, gadis itu menerima lamaran Jiyong setelah ia menyadari betapa besar kepedulian seorang Kwon Jiyong padanya.

Sementara itu, di sebuah minimarket yang tidak jauh dari sungai Han, Jiyong baru saja membayar rokoknya. Pria itu membayar sekotak rokok yang dibelinya. Pria itu berjalan keluar dengan mata yang hanya fokus pada rokoknya sampai tanpa sengaja tubuhnya menabrak tubuh seorang gadis.

"Oh... maaf," ucap Jiyong sembari menundukan kepalanya, sekedar bersikap sopan.

"Kwon Jiyong?" tanya gadis itu membuat Jiyong menoleh dan menatap si gadis.

"Oh... bukankah kau- astaga... bagaimana kabarmu, Jessica?"

"Eiy... kau bisa memanggilku Jess seperti biasanya, oppa, kabarku baik dan bagaimana denganmu? Kau baru saja kembali dari wamil, iya kan?" balas di gadis yang kemudian memeluk Jiyong. "Lama tidak bertemu,"

"Ya... lama tidak bertemu," jawab Jiyong yang juga membalas pelukan singkat itu. Keduanya sedikit berbasa-basi di depan minimarket itu. Ada dua gedung yang memakai nama Galleria foret sebagai alamat mereka. Keduanya berada di lingkungan yang sama— Galleria foret A type dan B type. Jiyong tinggal di A type, gedung yang paling dekat dengan sungai Han dan hutan kota Seoul, dan ternyata Jessica— seorang gadis yang pernah berkencan dengan Jiyong— tinggal di Galleria foret B type.

"Ku dengar kau bercerai," ucap Jessica sembari berjalan disebelah Jiyong dan menyusuri hutan kota Seoul, hutan itu menghubungkan apartement mereka dengan tepian sungai Han. "Apa kehidupan setelah menikah sulit?"

"Kenapa bertanya? Orangtuamu menyuruhmu untuk menikah?" tanya Jiyong, tentu saja tidak ada sentuhan diantara mereka namun berjalan bersama mantan kekasihnya, membuat Jiyong memikirkan banyak hal. Salah satunya membayangkan hidupnya kalau dulu ia tidak berpisah dengan Jessica. Mungkinkah akan ada sesuatu yang berubah, kalau dulu ia menikahi Jessica, dan tidak bertemu dengan Lisa.

"Aku sudah menikah," jawab Jessica menghentikan langkah Jiyong. "Sungguhan, aku sudah mendaftarkan pernikahanku tapi masih merahasiakannya dan tidak membuat pesta apapun. Sudah beberapa bulan ini kami tinggal bersama, sebagai suami istri," jelas Jessica setelah menyadari perubahan pada raut wajah Jiyong.

"Ah... dia pria baik kan?"

"Ya, dia pria baik... tapi oppa, sebenarnya aku sedikit terkejut mendengar berita pernikahanmu. Dulu kau pernah bilang tidak akan menikah, dulu kau sangat senang karena bisa tinggal sendiri dan tidak ada yang mengaturmu,"

"Hm... ya, aku ingat pernah mengatakannya dan kurasa itu salah satu alasan aku akhirnya bercerai," jawab Jiyong sembari tersenyum kecut dan melanjutkan langkah kakinya.

"Tapi apa kau masih menghubungi mantan istrimu?"

"Ya, kami masih sesekali bertemu, bercerai bukan berarti kami tidak bisa berteman lagi," jawab Jiyong yang menyadari arah tatapan Jessica. Wanita disebelahnya menatap seorang gadis yang sedang tertawa pada seseorang yang di telponnya— Lisa.

Di sebuah persimpangan kecil, di jalan setapak, di tengah hutan kota itu, mereka berpapasan.

"Annyeong," sapa Lisa setelah ia berpamitan pada seseorang yang di telponnya. Ia sempat bingung melihat Jiyong dan Jessica berjalan bersama, namun itu bukan lagi urusannya. Lisa memang harus menekan rasa cemburunya, namun kesadaran membuatnya tidak begitu terluka. Mereka sudah bercerai dan dengan siapapun Jiyong berjalan, itu tidak boleh menjadi masalah baginya. "Kalian sedang berjalan-jalan? Aku baru saja akan pulang setelah sedikit berolahraga,"

"Kami bertemu di minimarket dan akan pergi makan mie di tenda dekat sungai," jawab Jessica. "Kalau kau belum makan, bagaimana kalau kau bergabung bersama kami?"

"Kenapa kau berolahraga malam-malam begini?" tanya Jiyong yang tanpa sadar merasa kesal melihat Lisa disana. Pasalnya, dengan sangat jelas Jiyong dapat mendengar Lisa menyebut nama Dony di akhir panggilannya.

"Ng... kalau menunya daging aku tidak bisa menolak," jawab Lisa sembari tersenyum, sedikit canggung memang namun dua tahun lalu ia sudah berjanji untuk tidak bertengkar didepan teman Jiyong maupun temannya. Mari menjaga nama baik masing-masing, pinta Jiyong saat mereka baru saja menyelesaikan sidang perceraian mereka dua tahun lalu. "Aku harus bekerja mulai pagi sampai sore, tidak ada waktu untuk berolahraga, dan akhir pekan untuk bermain," jawab Lisa yang kemudian mau tidak mau ikut makan malam bersama Jessica dan Jiyong disalah satu tenda dekat sungai Han.

"Oh! Disini!" seru Jessica pada seorang pria yang kemudian berlari kecil menghampiri mereka bertiga didepan salah satu tenda. "Itu suamiku," lanjut Jessica membuat Lisa dan Jiyong saling lirik. Pria yang Jessica sebut suaminya itu adalah pria berisik yang Jiyong dan Lisa lihat di cafe tempo hari.

«●»

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang