12

2.1K 301 14
                                    

«●»

Awalnya Lisa memang berniat menemani Jisoo berbelanja. Namun setelah melihat Taehyung dan menceritakan siapa Taehyung sebenarnya pada Jisoo, tujuan mereka berdua kini berubah menjadi membuntuti Taehyung. Lisa dan Jisoo mengikuti Taehyung sampai ke food court di pusat perbelanjaan itu. Taehyung duduk bersama seorang gadis berambut sebahu di salah satu kursi paling pojok dan Lisa serta Jisoo duduk tidak jauh dari sana.

Taehyung tidak memperhatikan, ia tidak menyadari keberadaan Lisa dan Jisoo namun rasanya si gadis berambut sebahu itu menyadari kalau ada yang seseorang yang mengikuti mereka. Tidak berapa lama usai memesan makanan, si gadis berambut sebahu pergi dari mejanya, melangkah menuju toilet dan Lisa kemudian bangkit untuk menghampiri Taehyung.

"Oh Lisa! Aku tidak percaya kita akan bertemu disini," ucap Taehyung begitu melihat Lisa duduk dihadapannya, ditempat si gadis yang baru saja pergi.

"Aku juga tidak menyangka akan melihatmu bersama gadis yang berbeda lagi,"

"Ne? Gadis yang berbeda? Siapa?" tanya Taehyung yang tidak terlihat seperti seorang pria normal bagi Lisa. "Ah... Hyeri? Dia kuliahku, ada apa?"

"Ah... jadi namanya Hyeri? Lalu siapa gadis di cafe waktu itu?"

"Saeron,"

"Heol... bagaiamana kau dapat mengatakannya dengan sangat tenang begitu?" tanya Lisa sementara pria aneh didepannya hanya tersenyum dengan wajah yang sama sekali tidak terlihat menyesal. "Apa Jessica mengetahuinya? Apa Saeron dan Hyeri tahu kalau kau sudah menikah?"

"Bukankah akan lebih baik kalau mereka tidak tahu?" tanya Taehyung seakan ia benar-benar tidak tahu dimana letak kesalahannya. Seakan ia percaya kalau Lisa berada disana hanya untuk menyapanya.

"Apa kau sakit Taehyung-ssii? Kurasa ada sedikit masalah di kepalamu?"

"Maafkan aku karena kepalaku keras," jawab Taehyung sukses membuat Lisa semakin tidak dapat mempercayai situasi disana. Rasanya ia tidak seharusnya berada disana. Rasanya Taehyung bukanlah manusia yang dapat ia ajak bicara normal. Rasanya ia akan gila kalau berbicara dengan Taehyung lebih lama lagi. Karenanya, Lisa kemudian bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Taehyung.

"Aku tidak bisa bicara denganmu lagi, aku pergi saja dan ku harap tidak ada gadis keempat lagi. Atau setidaknya jangan muncul dihadapanku dengan gadis lain lagi," ucap Lisa yang kemudian melangkah menjauhi Taehyung.

"Lisa-ya... bisa kita pergi double date lagi? Dengan Jessica dan Jiyong hyung seperti terakhir kali? Aku ingin melakukannya bersama kalian," ucap Taehyung membuat Lisa menjadi semakin dan semakin terkejut lagi. Namun akhirnya, Lisa menyadari satu hal. Taehyung bukan seseorang yang dapat ia ajak bicara. Taehyung hanyalah seorang pria yang hidup dan bicara dalam dunianya sendiri.

Lisa mengabaikan Taehyung dan mengajak Jisoo pergi tepat sebelum seseorang yang datang bersama Taehyung kembali.

"Kau sudah bicara dengannya?" tanya Jisoo sembari mengikuti Lisa melangkah pergi.

"Ya, dan aku baru saja mengetahui kalau dia ternyata sakit jiwa," ucap Lisa sembari menggelengkan kepalanya. "Pria itu tidak bisa diajak bicara, dia tidak bisa berfikir. Seperti seorang pria yang kecanduan, kira-kira begitu,"

"Kecanduan seorang wanita?"

"Bisa jadi," jawab Lisa yang kemudian meraih handphonenya yang bergetar. Sebuah panggilan dari Jiyong masuk ke layar handphonenya dan gadis itu memberikan tatapan bingung pada Jisoo.

"Ada apa?"

"Dia menelponku," jawab Lisa sembari menunjukan layar handphonenya. "Kira-kira apa yang akan ditanyakannya?"

"Dimana kau sekarang? Sudah makan? Ayo makan malam bersama? Jawab saja," suruh Jisoo sembari menggeser tombol hijau di layar handphone Lisa. Membuat Lisa sedikit mengeluh namun tetap bicara pada si penelpon.

"Dimana kau sekarang?" tanya Jiyong usai ia mendengar suara Lisa yang menjawab panggilannya.

"Berbelanja dengan Jisoo eonni, ada apa?"

"Kau sudah sembuh?"

"Ya, kau sudah bertanya tadi pagi,"

"Jangan pulang terlalu larut," ucap Jiyong yang kemudian Lisa jawab dengan kata 'iya' berkali-kali. Tidak lama setelahnya panggilan itu mati begitu saja.

"Ada apa? Dia ingin menemuimu?" tanya Jisoo setelah Lisa menyimpan kembali handphonenya.

"Anniyo, dia hanya bertanya apa aku masih sakit atau tidak," jawab Lisa yang kemudian menghabiskan waktunya untuk berbelanja dan berjalan-jalan dengan Jisoo.

Matahari terbenam, kemudian hari itu berakhir begitu saja. Lisa hanya mengirim pesan pada Jiyong kalau ia sudah pulang dan Jiyong hanya membacanya. Hanya itu dan keduanya menghabiskan malam mereka masing-masing hingga matahari akhirnya kembali terbit.

Di hari Senin ini, beberapa pencari pekerjaan akan datang untuk interview, karenanya Lisa datang lebih awal untuk mempelajari apa-apa saja yang mungkin akan ia perlukan. Namun sedikit berbeda, pagi ini, ketika ia datang terlalu pagi, Lisa bertemu dengan Jiyong. Mereka bertemu di tempat parkir, Lisa baru saja datang dan Jiyong baru saja keluar untuk lari pagi.

"Kenapa kau datang pagi pagi sekali? Menjilat atasanmu? Agar terlihat rajin?" tanya Jiyong yang diam-diam berniat membatalkan rencana lari paginya.

"Kenapa kau lari pagi? Tidak biasanya," jawab Lisa setelah mereka sempat berbasa-basi dengan ucapan selamat pagi dan sejenisnya. "Dan aku tidak pernah berada di posisi perlu menjilat atasanku. Aku memang sudah pensiun tapi aku tetap Lalisa, tidak ada yang bisa menolakku,"

"Woah... dasar tidak tahu malu," komentar Jiyong sembari menggelengkan kepalanya. "Tapi apa kau sudah sarapan? Kurasa restoran dilantai 10 sudah buka, ingin makan bersamaku?"

"Bukankah kau akan lari pagi?"

"Aku butuh makan agar punya energi untuk lari pagi," jawab Jiyong yang kemudian memasukan tangannya kedalam saku— berjaga-jaga agar ia tidak menggandeng Lisa— dan melangkah mendahului Lisa untuk masuk kedalam gedung mewah yang berisi apartement dan beberapa kantor itu.

Lisa tidak punya alasan untuk menolak, karenanya sekarang ia duduk berhadapan dengan Jiyong dengan sepiring makanan dan semangkuk sereal. Gadis itu menatap telur, daging, sosis, beberapa potong sayuran dan roti yang ada di atas piring Jiyong. Sementara Jiyong menatap semangkuk sereal milik Lisa.

"Kau kembali merubah menu sarapanmu," komentar Jiyong yang sudah sangat lama tidak melihat Lisa dengan serealnya. "Apa kau masih menghindari sereal warna warni? Karena itu terlalu cantik untuk dimakan,"

"Aku tidak pernah merubah seleraku," jawab Lisa yang kemudian meraih sendoknya. "Aku berhenti makan sereal bukan karena seleraku berubah. Seleraku bukan sereal atau sandwich, seleraku adalah dirimu. Aku menyukai sereal tapi pada saat itu aku bisa memakan apapun, karena kau bersamaku, bahkan vitamin B yang sangat pahit itu pernah terasa sangat manis, saat itu,"

«●»

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang