10

2.4K 300 9
                                    

«●»

Tidak lama berselang, obrolan-obrolan sederhana mereka mencairkan suasana dan kecanggungan di rumah itu. Bukan karena Lisa yang tersentuh atas ucapan Jiyong, bukan juga karena Jiyong yang luluh atas omongan Lisa. Bagaimanapun, keduanya pernah hidup bersama. Bahkan walaupun ada banyak hal yang rasanya tidak cocok, tetap saja mereka pernah saling menyukai sampai memutuskan untuk menikah. Bukan karena alasan-alasan romantis seperti masih cinta atau masih ada sisa perasaan di hati mereka. Melainkan karena kebiasaan yang sukar dirubah.

"Haruskah aku memesan bubur? Tenggorokanku sangat sakit, seperti baru saja menelan tulang ikan," keluh Lisa yang baru selesai menggoreng nugget dan memasak nasi untuk makan siang mereka. Pagi tadi Jiyong membawakan Lisa seporsi bubur dan antibiotik, Jiyong tidak pernah menduga kalau ia akan berada dirumah itu sangat lama sampai jam makan siang seperti sekarang.

Mereka bahkan sempat tidur siang, Lisa tidur dikamarnya setelah meminum obat yang Jiyong berikan dan Jiyong tertidur di sofa saat menunggu Lisa bangun untuk berpamitan.

"Sepertinya kau sakit radang tenggorokan, bukan demam," komentar Jiyong yang kemudian melangkah ke kulkas dan melihat isi kulkas Lisa. "Ada cream soup instan disini, mau ku buatkan?"

"Hm... mau," ucap Lisa yang kemudian duduk di meja makannya. Menatap nasi dan beberapa lauk yang baru saja ia siapkan untuk Jiyong. Tadi Lisa bangun dan merasa bertanggung jawab untuk memberi tamunya makan siang, jadi ia memasak beberapa nugget dan sosis ketika Jiyong masih tidur. "Kenapa aku membuat makan siang untukmu dan kau memasak untukku?"

"Aku tidak memintamu melakukannya," balas Jiyong sembari memasak cream soupnya. "Jangan membeli makan dari restoran dan menyimpannya, kau tidak akan tahu kapan tanggal kadaluarsanya. Beli saja makanan beku di supermarket," komentar Jiyong sembari membuang beberapa bungkus acar lobak dan beberapa tumis sayuran yang sudah berjamur di kulkas Lisa. "Toh seleramu hanya nugget dan sosis, kenapa membeli semua ini dan membiarkannya membusuk?"

"Aku ingin membudidayakan jamurnya," jawab Lisa dengan nada ketusnya, ia tidak di posisi ingin mendengar omelan Jiyong saat itu. Tenggorokannya sakit dan kepalanya sedikit pusing saat itu. "Berhentilah mengomel, kepalaku sakit,"

"Makanlah, lalu minum lagi antibiotiknya," ucap Jiyong sembari menyajikan semangkuk cream soup untuk Lisa. Pria itu kemudian duduk di hadapan gadis itu dan melihat makanan yang Lisa buatkan untuknya. Memang bukan menu standar, bahkan jauh dari kata mewah, hanya nugget, sosis dan saus. Namun bagi Jiyong makanan di hadapannya sudah lebih baik dibanding makanan instan yang di siapkan kantin camp militernya. Sudah sangat lama ia tidak melihat menu darurat buatan Lisa. "Kalau nanti malam masih sakit, aku akan mengantarmu kerumah sakit,"

"Jangan cerewet dan makan saja, kau bukan eommaku," balas Lisa sembari menikmati cream soupnya. Tidak lama, gadis itu kemudian berdiri dan mengambil mangkuk lain. Seporsi cream soup tidak cukup untuk perutnya, sehingga ia mengambil semangkuk nasi untuk dirinya sendiri. "Kemarin aku bertemu Taehyung lagi," ucap Lisa setelah ia kembali duduk di kursinya. "Taehyung bersama dengan gadis waktu itu di cafe lantai tiga, bukan Jessica. Gadis itu baru saja pindah dan tinggal dilantai 23 dan dia salah satu murid Taehyung,"

"Darimana kau mengetahuinya? Taehyung memberitahumu?"

"Gadis itu yang memberitahuku, kami bertemu di toilet dan Taehyung tidak tahu kalau aku ada disana," ucap Lisa yang sama seperti Jiyong, gadis itu hanya menatap makanan dihadapannya dan sibuk mengisi mulut serta perutnya. "Kau akan memberitahu Jessica kalau suaminya berselingkuh?"

"Entahlah,"

"Sebaiknya tidak, kalau memberitahunya, kau hanya akan membuat hubunganmu dengan Jessica semakin jauh," saran Lisa sebelum Jiyong mulai usil mengurusi hubungan rumah tangga orang lain. "Dan apapun yang terjadi pada hubungan mereka, itu bukan urusanmu,"

"Kau tahu aku tidak pernah mencampuri urusan orang lain,"

"Ya, aku tahu kau tidak pernah peduli pada hubungan dan urusan orang lain," ucap Lisa. "Tapi itu Jessica dan kau sudah terbiasa mengkhawatirkannya. Kebiasaan tidak mudah berubah,"

Seperti sebuah kebiasaan, selesai makan siang, Jiyong menyuruh Lisa meminum obatnya kemudian mencuci piring-piring kotor yang baru saja mereka pakai.

"Aku akan membantumu-"

"Tidak perlu, aku akan mencucinya sendiri nanti," potong Lisa yang kemudian meraih obatnya dan menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri.

"Kau tidak akan mencucinya sampai minggu depan kalau tidak melakukannya sekarang,"

"Aku sedang sakit, aku akan mencucinya nanti jadi tidak perlu repot-repot mengurusi piring kotorku,"

"Tsk... kau benar-benar pintar beralasan," gerutu Jiyong yang kemudian bergerak untuk mencuci piring.

"Aku tidak menyuruhmu mencuci piringnya, biarkan saja, aku akan mencucinya nanti," balas Lisa. "Jangan mencucinya kalau kau terpaksa melakukannya,"

"Kau sedang sakit, jadi diam dan bersikaplah seperti seorang pasien sungguhan," ucap Jiyong sembari tetap melakukan aktivitasnya. Lisa masih menggerutu, karena ia tidak dapat berterimakasih pada seorang yang mengeluh saat sedang mencucikan piringnya. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa, kemudian memeluk bantal sofanya. Menghirup aroma seorang Kwon Jiyong yang tertinggal disana.

"Perlu ke rumah sakit sekarang?" tanya Jiyong setelah ia selesai mencuci piring dan menghampiri Lisa yang berbaring di sofa.

"Tidak, pergilah, kau punya janji bertemu dengan Yang Sajjangnim. Aku ingin tidur lagi sekarang," balas Lisa tanpa membuka matanya, ia dapat merasakan tangan dingin Jiyong menyentuh dahinya namun tidak dapat menolak perlakuan itu. Lisa dapat melakukan banyak hal sendirian, dengan caranya sendiri walaupun terkadang caranya sedikit berbeda dengan orang lain, namun disaat sakit, gadis itu tidak dapat menolak perhatian orang lain. Terutama perhatian dari Jiyong.

"Aku akan tetap disini sampai kau benar-benar tidur," jawab Jiyong. "Dimana handphonemu?"

"Kamar," jawab Lisa membuat Jiyong kemudian melangkah masuk kedalam kamar Lisa dan meraih handphone gadis itu yang ada di atas ranjangnya. Untuk pertama kalinya setelah dua tahun Jiyong kembali melangkah masuk kedalam kamar Lisa, tapi anehnya, Jiyong melangkah masuk kesana seakan ia melangkah masuk kedalam kamarnya sendiri.

"Aku meletakan handphonemu di meja, hubungi aku kalau kau merasa semakin sakit," ucap Jiyong yang kemudian menutupi tubuh Lisa dengan sebuah selimut tipis yang ia temukan diatas sofa single dikamar gadis itu.

"Hm... pergilah, aku tidak bisa tidur kalau kau terus bicara," gumam Lisa tanpa menoleh ataupun merubah posisinya sedikit pun.

"Arraseo, tidurlah," jawab Jiyong namun pria itu tidak juga pergi dari sana. Jiyong melangkah kembali ke dapur, mengambil sebuah botol di dalam rak kemudian mengisinya dengan air hangat. Pria itu membuatkan Lisa teh hangat, meletakannya di botol tahan panas kemudian menaruhnya di atas meja ruang tengah, tidak jauh dari handphone Lisa.

Jiyong mengurus gadis itu dengan baik sebelum meninggalkannya sendirian dirumah.

"Aku pergi, hubungi aku kalau terjadi sesuatu," ucap lembut Jiyong sekali lagi sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah itu.

«●»

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang