Epilog

5.4K 373 18
                                    

~

Bukan hanya Jiyong yang ingin memperbaiki hubungan mereka. Lisa pun menginginkannya. Namun, sama seperti yang Jiyong katakan, Lisa terlalu takut untuk memulainya.

Sayangnya, setelah pembicaraan mereka saat sarapan tadi, suasana canggung kembali hadir. Lisa terlalu gugup untuk menanggapi, dan Jiyong takut kalau ucapannya tidaklah mampu untuk menyentuh Lisa. Setelah pembicaraan selama sarapan itu, keduanya memang tetap berjalan-jalan, mereka pergi ke alun-alun kota, melihat beberapa kastil dan katedral terkenal di sana bahkan menaiki kereta gajah— salah satu objek wisata berupa kereta ramah lingkungan yang akan membawa mereka berkeliling kota. Akan tetapi, Lisa menyibukan dirinya dengan kamera dan objek fotonya sementara Jiyong merasa tertolak.

"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan kalau perjalanan ini tidak membuatmu tersentuh," ucap Jiyong ditengah perjalanan mereka menaiki kereta gajah. Ucapannya itu, membuat Lisa berhenti dengan kameranya, berhenti memperhatikan pemandangan gedung-gedung indah di sekitarnya. "Sekeras apapun aku berusaha, kau selalu ada di kepalaku. Semenjak aku tidak lagi bisa mengantarmu pulang, setiap ada kesempatan aku mengikutimu dari jauh. Memastikan kau tiba dengan selamat dan aku tersenyum karena kau pulang sendirian. Aku tahu kalau selama aku wamil, orangtuamu memaksamu menemui berbagai pria. Awalnya aku khawatir tapi... Kurasa aku tidak perlu mengkhawatirkannya, iya kan? Kau tidak menyukai mereka dan kau sendiri yang bilang kalau kau masih mencintaiku. Aku memang marah, kenapa dulu kita bercerai kalau pada akhirnya kau akan mengatakan itu. Sejujurnya, sepulang wamil dan melihatmu tetap baik-baik saja membuatku ingin berusaha melepaskanmu, membuatku ingin berhenti berharap kemudian benar-benar menghapusmu dari duniaku. Pilihammu membuatku merasa harus melepaskanmu, tapi ucapanmu membuatku terikat. Apa kau ingin aku mati tercekik?"

"Aku tidak- aku hanya tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang," jawab Lisa sembari meremas jemarinya sendiri. Gugup. Seakan itu adalah pertama kalinya G Dragon mengajaknya berkencan.

"Kau tidak perlu melakukan apapun," jawab Jiyong. "Termasuk tidak perlu repot-repot menolakku. Aku tidak mengajakmu rujuk untuk menikah lagi, aku hanya ingin kita berhenti bertengkar. Kita bisa mengulang semuanya lagi dari awal,"

"Berkencan seperti dulu?" tanya Lisa dan Jiyong mengangguk lembut. "Boleh aku memikirkannya?"

"Kau selalu boleh memikirkannya," jawab Jiyong yang tetap bertahan untuk tidak memeluk gadis yang duduk di sebelahnya. "Tapi untuk memudahkanmu berfikir, aku tidak bermaksud untuk memintamu tinggal bersama denganku lagi. Aku tidak akan memintamu menuruti keinginanku, kau bisa tinggal dimana pun, kita bisa bertemu kapan pun tanpa perlu tinggal bersama, kau bisa bekerja di manapun tanpa perlu mengkhawatirkanku. Kita hanya akan bertemu ketika kita memang ingin bertemu. Aku tidak bisa berjanji kalau kita tidak akan lagi bertengkar, tapi aku berjanji kita pasti akan berbaikan lagi setelah bertengkar,"

"Rumah di dekat agensi sudah jadi?" tanya Lisa dan Jiyong hanya menganggukan kepalanya, tidak benar-benar dapat membaca isi kepala Lisa. "Boleh aku tinggal disana sampai pemilik rumah mengembalikan deposit rumahku? Aku akan mencari tempat tinggal lain setelah mendapatkan uangnya, aku tidak ingin- aku belum ingin tinggal bersama denganmu,"

"Akan kusiapkan rumahnya," jawab Jiyong. "Dan kenapa kau mengalihkan topik pembicaraan kita? Kau gugup?"

"Aku tidak gugup," jawab Lisa sembari melihat ke sisi kirinya, melihat sebuah bangunan megah disebalahnya, bersamaan dengan si kereta yang mulai melambat hendak berhenti. "Oppa... Lihat bukankah itu luar biasa? Bangunan apa itu?" tanya Lisa sembari menunjuk sebuah Katedral bergaya gotik dengan dinding batu yang mulai menghitam karena hujan dan panas.

"Bangunan apapun itu, tidak lebih luar biasa daripada sikapmu. Apa kau tidak bisa berpura-pura santai dan menyembunyikan rasa gugupmu dengan benar? Kalau tidak bisa, lebih baik tidak usah berpura-pura santai begitu, bilang saja kalau kau gugup," ledek Jiyong yang kemudian turun dari kereta gajah itu dan menunggu Lisa menghampirinya. Padahal Jiyong pun sama gugupnya.

"Oppa! Tunggu aku!" seru Lisa karena Jiyong yang sudah menunggunya tiba-tiba saja berjalan meninggalkannya. Jiyong sudah menunggu Lisa yang mengambil gambar katedral itu selama beberapa menit, namun kemudian pria itu bosan dan berjalan lebih dulu. "Tunggu aku! Aku belum memberimu jawaban! Bagaimana kalau aku hilang sebelum memjawabmu?! Augh... Tidak sabaran," gerutu Lisa sembari berlari mengejar Jiyong yang hanya berjalan pelan menjauhi Lisa.

"Aku sudah tahu jawabanmu!" jawab Jiyong yang juga berteriak agar Lisa bisa menengarnya. "Aku tahu kau tidak akan bisa menolak," lanjutnya, kali ini tidak perlu sekeras sebelumnya karena Lisa sudah tepat berada dibelakangnya.

Usai berjalan-jalan seharian di pusat kota Praha, Jiyong mengajak Lisa kembali ke Sungai Vltava. Lisa bilang ia ingin menaiki perahu di sungai itu dan kini Jiyong mengabulkan keinginan gadis itu. Mereka berkeliling di sekitaran sungai itu dengan perahu kayuh, kemudian berfoto dengan latar kastil di tepi sungai dan matahari terbenam.

"Oppa, kau benar-benar tidak berkencan dengan Sulli?" tanya Lisa sembari mengayuh perahunya untuk kembai ke tepian. Mereka sudah selesai bermain di sungai itu dan ingin kembali sekarang.

"Kau ingin bertengkar disini sekarang? Kenapa kita tidak saling dorong dan menunggu salah satu dari kita masuk ke air saja?" balas Jiyong yang sudah malas menanggapi pertanyaan itu. Setiap kali mereka kehabisan topik pembicaraan, Lisa selalu menanyakannya.

"Berhentilah mengelak dan jawab aku, aku punya alasan menanyakan itu,"

"Mwo? Apa alasanmu?"

"Dia menjawab panggilanku," ucap Lisa yang pada akhirnya tetap mengatakannya. Ia sudah menahan dirinya sejak pagi tadi untuk tidak membahas itu. Namun rasa lelah karena mengayuh perahu membuatnya gagal menahan diri kali ini. "Aku menelponmu, tepat sebelum melihat orang itu tertembak, tapi Sulli yang menjawab panggilan itu dan- dan dia memintaku untuk tidak mengganggumu,"

Jiyong terdiam. Sedikit terkejut karena ia tidak pernah tahu kalau Sulli menjawab panggilan di handphonenya. Di hari itu, di hari mengerikan itu, Jiyong hanya menemukan satu panggilan dari Lisa dan ia langsung menemui gadis itu begitu menjawab panggilan Lisa dan mendengar suara ketakutan gadis itu. Jiyong sama sekali tidak tahu kalau Lisa menelponnya sebelumnya, ia tidak tahu karena Sulli menghapus catatan panggilan itu tepat sebelum Jiyong sadar kalau Sulli menyentuh handphonenya.

"Dia menjawab panggilan itu tanpa sepengetahuanmu?" tanya Lisa seakan ia dapat membaca isi kepala Jiyong. "Kuharap begitu, ku harap oppa tidak mengetahuinya karena selama ini ku pikir oppa sengaja meminta Sulli menjawab panggilanku. Karena oppa tidak ingin lagi bicara denganku,"

"Kau yang bilang kalau aku selalu menunggumu kembali," jawab Jiyong. "Kau benar. Aku ingin kau kembali. Jadi untuk apa aku menghindarimu? Kalau aku tahu kau menelponku, aku tidak akan mengabaikan panggilanmu apalagi meminta orang lain untuk menjawab panggilanmu. Tapi saat itu aku benar-benar tidak tahu kalau kau menelponku. Maaf. Dan karena sekarang kita kembali berkencan, aku tidak akan membiarkan hal seperti itu terulang lagi,"

~

No Trust Without UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang