Aku menyerah.

2.1K 136 4
                                    

☀☀☀
Seoul,  musim panas.

Jam olahraga berlangsung beberapa menit, suara riuh dari lapangan sudah terdengar sejak tadi. Tak ada pelajaran hari ini,  semua guru dan siswa berkumpul di lapangan untuk memperingati hari olahraga nasional, 
pertandingan antar angkatan berlangsung sengit,  pertandingan antar kelas juga tidak kalah heboh. Semua kelas ingin menjadi pemenang agar bisa makan gratis di cafetaria  selama sebulan,  setidaknya begitulah janji kepala sekolah..

"Jisoo...!!" teriak Lisa ditengah-tengah suporter yang tidak kalah ribut meneriakkan kubuh mereka.

Perempuan bernama Jisoo itu justru pura-pura tidak mendengar,  dia terus berjalan menjauhi lapangan tanpa memperdulikan Lisa.

"jangan panggil aku please.. Please" bisiknya dan menambah langkah dengan cepat agar tak ada yang menyadarinya pergi dengan diam-diam, Jisoo hanya tak ingin terjebak lama di tengah lapangan yang panas dan bising.

Tapi suara Lisa terus saja memanggilnya "Kim Jisoo...! Jisoo-ya"

Jisoo berbalik ke arah Lisa yang mulai tertinggal di belakang, sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir "hussssss" menyuruh Lisa agar berhenti memanggilnya, kemudian Jisoo kembali melanjutkan langkahnya semakin menjauh.

Jisoo berlari kecil di sepanjang koridor menuju ruang UKS,  disana dia bisa beristirahat sepanjang hari ini sambil menunggu jam pulang sekolah,  setidaknya dia bisa berpura-pura sakit jika kedapatan guru BK. Dengan pelan Jisoo membuka pintu,  tapi naas, siswa-siswi yang punya pemikiran sama dengannya lebih dulu nangkring di dalam ruang UKS,  tak ada tempat bagi Jisoo untuk bersembunyi, ruang UKS penuh sesak.

Jisoo mendesah malas,  dia memanyunkan bibirnya karena tak ada pilihan lain kecuali kembali ke lapangan,  ruang kelas ataupun perpustakaan bukanlah pilihan,  guru BK pasti akan menemukannya disana.
Dengan langkah tak bersemangat,  Jisoo menjauh dari ruang UKS,  sedetik kemudian, matanya justru berpaling ke arah tangga menuju lantai dua,  "yahh ruang osis,  itu adalah pilihan terakhir" batinnya,  setidaknya dia tidak kembali ke lapangan ditengah panas seperti ini.

Dengan tergesa-gesa Jisoo berlari menuju lantai dua dimana ruang osis berada, setidaknya dia tahu pengurus osis yang lain tidak akan meninggalkan lapangan sebelum acara selesai, Jisoo membuka pintu ruang osis dengan pelan, asal tahu saja,  Jisoo adalah sekretaris president, jadi dia bebas keluar masuk ruang osis semaunya.

Napas lega keluar dari mulut Jisoo,  tak ada orang selain dia yang ada disana,  jadi dia bebas tiduran tanpa takut terganggu, apalagi hari ini tak ada rapat pengurus, kecuali jika ada orang kurang kerjaan masuk ke ruangan ini seperti yang sekarang Jisoo lakukan.

Jisoo mulai merebahkan tubuhnya diatas sofa yang tak jauh dari meja rapat,  belum juga sempat menutup mata untuk beristirahat, tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan menimbulkan bunyi yang berisik,  sontak Jisoo berdiri dari sofa, takut jika yang membukanya adalah guru BK.

Seorang namja memasuki ruangan,  keringat membasahi dahinya,  dari napasnya kita sudah tahu bahwa dia berlari menaiki tangga, baju olahraganya juga terlihat basah. Namja itu mengelap wajahnya dengan handuk yang menggantung di lehernya sambil meneguk air dari botol yang dia bawa.

Pemandangan yang indah.

Jisoo hanya bisa mematung memandangi namja itu tanpa bisa mengatakan apapun. Laki-laki yang sekarang berdiri di depannya adalah Park Jinyoung,  president siswa.

Jinyoung melirik kearah Jisoo, membuat Jisoo jadi salah tingkah dan melempar pandang kearah lain. Dengan sangat dingin,  Jinyoung mengambil tasnya yang tergeletak diatas meja, sepertinya dia sengaja menyimpan tasnya di ruang osis,  kemudian berbalik untuk segerah pergi dari ruangan tanpa basa-basi, tapi Jackson menghadang pintu lebih dulu,  membuat Jinyoung sedikit terkejut.

because of you✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang