"kita putus!"
Dua kata yang sungguh menyakitkan. Dua kata yang tak diinginkan oleh siapapun.
Dan itu yang kini tengah di rasakan oleh seorang Kim Jongdae. Ia hancur, ia sakit. Bagaimana bisa kalimat itu keluar dari mulut indah seorang Kim Yuna, kekasihnya yang begitu ia cintai dan mencintai dirinya.
"Apa katamu?! Putus?! Aku tidak mau!" Sarkas Jongdae. Lelaki itu benar-benar bingung, dimana otak kekasihnya.
"Iya putus. Aku tak bisa menjalani hubungan tanpa restu ini Jongdae! Aku tak sanggup!" Ujar Yuna. Ia menghela nafas "aku tak sanggup mendengar semua cacian dari keluargamu. Aku memang bukan dari keluarga terpandang! Tapi aku juga punya harga diri! Aku tak bisa terus dipermalukan oleh keluargamu terutama mamahmu" lirihnya.
"Ya aku tau Yuna! Tapi kau harus bersabar! Aku yakin kamu pasti akan menerima dirimu nantinya! Kau hanya perlu terus berjuang bersamaku, berada disampingku. Jangan menyerah seperti ini Yuna, percaya padaku ya?" Ujar Jongdae meyakinkan gadisnya.
"Sampai kapan?! Sampai kapan aku harus menunggu?! Aku sudah lelah menunggu Jongdae! Hatiku sudah lelah menerima semua cacian keluargamu" Isak Yuna.
Mendengar isakan dari gadisnya, Jongdae langsung mendekapnya erat.
"Sssttt. Jangan menangis! Aku tau ini berat bagimu. Bukan hanya kau yang sedih, aku juga sedih jika memikirkan hubungan kita yang tanpa restu ini. Tapi, mari kita berjuang untuk mencapai tujuan kita okay?" Ujar Jongdae menenangkan kekasihnya.
"Aku takut semua ini sia-sia Jongdae. Aku dengar kau akan dijodohkan oleh keluargamu. Aku harus bagaimana?!" Tanya Yuna.
"Kau tenang saja. Aku akan menolak perjodohan itu" jawab Jongdae.
"Terimakasih Jongdae. Kau sudah mau bersamaku, maaf jika sifatku kekanakan" lirih gadis yang berstatus sebagai kekasih Jongdae.
"No. Tidak sayang, yang seharusnya berterima kasih adalah aku." Ia tersenyum "terimakasih sudah mau berjuang bersama diriku selama ini. Aku tau ini berat bagimu. Stay with me forever, okay?" ujarnya.
Yuna yang mendengar ucapan Jongdae langsung terharu, ia beruntung memiliki kekasih sebaik dan sepengertian Jongdae. Ia benar-benar bersyukur.
"Sudah ya jangan menangis" ujar Jongdae yang di angguki oleh gadisnya. "Bagaimanapun kalau kita pergi jalan-jalan. Agar kau bahagia" lanjutnya.
"Kau mau mengajakku kemana?" Tanya Yuna.
"Kemanapun asal kau tak sedih" jawab Jongdae dengan senyuman.
"Kalau begitu aku ingin disini saja bersamamu, aku senang bersamamu" cicit Yuna menatap wajah kekasihnya.
Jongdae terkekeh "hei kau belajar menggombal darimana? Mengapa kekasih tercintaku ini jadi suka gombal?" Goda Jongdae.
"Siapa juga yang gombal? Tidak kok!" Elak Yuna. Pipinya memerah seperti kepiting rebus saat ini.
Lagi-lagi Jongdae tertawa "Tidak usah mengelak! Akui saja. Kau tau? Pipimu merona" ujarnya diselingi tawa.
"Ihhh terserah kau saja" ucap Yuna.
"Hei jangan marah! Aku hanya bercanda" ujarnya sambil mengelus rambut Yuna. Ia melanjutkan kalimatnya "kita pulang saja yuk! Ini sudah hampir malam. Aku antar kau ok?"ajaknya pada sang kekasih.
"Baiklah"
Jongdae mengantar Yuna sampai ke rumah dan setelah itu ia langsung pulang menuju rumahnya.
Di rumah.
Setelah sampai, ia langsung disambut beberapa maid di rumahnya.