Pagi ini dibuka dengan teriakan seorang gadis yang menolak dijodohkan
"Jangan menjodohkan ku.." teriaknya pada sang papah.
Seketika Tamparan tangan papahnya mendarat di pipi mulusnya hingga tertunduk di lantai.
"jangan mengelak. Ini demi perusahaan" bentaknya marah.
"papa sudah jangan sakiti Rahmi pa, mama mohon"
"Terserah!. Yang jelas bulan depan Rahmi harus menikah dengan JoonMyun." Putus sang papah
"Jangan memaksaku paham, aku tak suka padanya!" Elak Rahmi
Namun tamparan kembali menggema di sudut ruangan
"Jangan membantah!" Ujarnya marah kemudian langsung pergi menuju kantornya.
Rahmi langsung pergi mengurung diri di kamar.
"Rahmi, turuti kemauan papamu,nak. Tolong perusahaan kita yang hampir bangkrut" mohon mamahnya
"kalian berdua sama aja. Gak bisa membahagikan anaknya. Kenapa kalian buat aku ada disini? Lebih baik aku mati" bantah Rahmi. Ya Rahmi memang sudah tak tahan dengan sikap sang papah yang begitu kasar dan semaunya sendiri
"Rahmi, mama sayang kamu. Mamah cuma mau yang terbaik buat kamu"
"Terbaik? Apa yang terbaik, mama tuh egois, aku benci mamah!"
Waktu berjalan dan sekarang sudah sore menjelang petang.
"Ma, Rahmi dimana? Malam ini keluarga calon menantu kita akan datang." Ujar sang papah ketika pulang dari kantor.
Mendengar itu, mamah Rahmi shok. Namun dengan segera ia menutupi raut shoknya dari sang suami.
"Cepat sekali pah"
"Mau bagaimana lagi? Mereka ingin segera melangsungkan pernikahan."
"Rahmi dari pagi mengurung diri lah, dia ngga mau keluar sama sekali" ujar mamah sambil terisak.
"Apa?! Cepat suruh dia keluar dan bersiap mah. Jika dia tak mau, maka papah akan gunakan cara kekerasan untuk memaksanya" ancam papah.
~~~
Wajah Rahmi pucat seharian belum makan dan terus menangis. Mamanya yang sedari tadi membujuknya agar keluar tapi di acuhkan olehnya.
Tapi kali ini papanya yang akan menyuruh Rahmi buka pintu kamar dengan cara kekerasan."Rahmi, cepat buka pintunya, atau papa akan dobrak dari luar" teriak papah.
Rahmi hanya dapat menahan Isak tangisnya dari dalam, ia lagi-lagi tak peduli dengan kehadiran sang papah.
"Papa hitung sampai 3.
1.. 2.. 3.. "BRAKKKK...
Pintu kamar Rahmi terbuka lebar. Tampak tubuhnya yang tertunduk lemas di dekat ranjangnya. Dengan wajah pucat dan tatapan yang nanar. Papa langsung menghampiri dan menyeret Rahmi untuk berdiri.
"Mamah, kamu urus anak ini untuk acara nanti malam." Perintah sang papah, yang hanya dijawab anggukan dari istrinya.
"Kenapa papah tidak membunuhku saja?! Aku benci semua ini!" Teriak Rahmi.
"Kau ini tidak tau diuntung. Kau beruntung bisa ada di dunia karena kita. Dasar bodoh!" Jawab papah, amarahnya sudah benar-benar di ubun-ubun saat ini.
"Aku tidak meminta untuk ada disini, pa. Lebih baik mati daripada punya orang tua seperti kalian. Yang tega menjual anaknya demi harta" teriak Rahmi histeris.