Mataku terbelalak tidak percaya. Bisa-bisanya kepercayaanku ini dihancurkan dengan sekejap mata. Hanya dengan satu gerakan ringan, ya, gerakan ringan antara dirimu dan lelaki itu. kalian saling berpelukan dan berkata tentang cinta. Hatiku hampa, seketika itu pula bunga mawar yang baru saja akan ku berikan padamu terjatuh dari tanganku.Aku langsung menghampiri mereka yang sedang bermesraan. Padahal, sebenarnya aku ingin memberi kekasihku kejutan. Tapi, kini malah aku yang mendapat kejutan mendadak.
"Eny! Apa yang kau lakukan bersama pria ini?!" Bentakku sambil menarik kekasihku.
"Kai?! Kai aku bisa jelaskan ini. Tolong dengarkan aku dulu!" Ujar Eny. Aku bahkan sudah muak mendengarkanmu.
"Apa yang perlu dijelaskan?! Sedangkan semuanya sudah jelas! Sudahlah, aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini. Sebelumnya, aku ingin mengatakan." Aku menghela nafasku, "selamat ulang tahun sayang. Aku kecewa padamu" setelah itu aku pergi meninggalkanmu begitu saja.
Aku terus berjalan tanpa menghiraukanmu, bahkan saat kau terus meneriakkan namaku, aku tak melihatmu sedikitpun. Aku sangat kecewa saat ini.
Tanpa memperdulikanmu aku terus berjalan, aku sudah tak tahan menahan air mataku. Tapi, bagaimanapun juga aku tak boleh menangis di tempat umum.
Akhirnya aku segera mengendarai mobilku dan pergi ke rumah seseorang yang juga sangat berarti bagiku, yaitu Rahmi sahabatku sejak kecil. Kurasa,saat ini aku memang harus menemui dirinya.
Begitu sampai di depan rumah Rahmi, aku langsung mengetuk pintunya dan tak lama kemudian aku mendengar teriakan Rahmi yang menyuruh adiknya membukakan pintu.
"Eh kak Kai! Ayo masuk kak, pasti cari kak Rahmi ya. Bentar ya,aku panggil dulu" ucap Widya,adik Rahmi.
Tak lama kemudian, orang yang ku tunggu akhirnya muncul juga dengan membawa minuman.
"Kai, lama menunggu?" Tanyanya padaku.
"Tidak juga, aku tak mengganggu kan?"
"Tentu tidak, aku senang kau bisa kesini. Akhirnya ingat sahabat juga kau" sepertinya ia sedang menyindirku kali ini.
"Maaf, selama aku berpacaran dengan Eny, aku tak pernah mengunjungi ataupun menyapamu" ya, aku akui memang aku yang salah disini. Aku terlalu sibuk bersama Eny, sampai melupakan sahabatku sendiri.
"Sudah jangan sedih begitu. Ada apa kau kemari? Pasti ingin curhat ya?"
"Ahhh Rahmi, kau memang sahabat terbaikku" jawabku sambil memeluknya.
"Hei lepaskan aku, aku sesak nafas, bodoh!" Bentaknya, yg langsung aku turuti. "Kau ingin cerita apa?" Tanyanya. Dan aku pun langsung menceritakan semua yang terjadi hari ini sampai aku putus dengan Eny.
"Yasudah, kau jangan bersedih. Mungkin dia memang tak pantas untukmu, percayalah bahwa Tuhan menyiapkan seseorang yang lebih darinya untukmu" ujarnya setelah mendengar ceritaku.
Benarkan, jika aku kemari pasti hatiku jadi lebih tenang karena kata-kata Rahmi, dia memang sahabat terbaikku.
"Rahmi! Aku menginap semalam ya disini, boleh kan?" Tanyaku tiba-tiba.
"Yasudah, tapi kau tak boleh berisik ya. Adikku itu akan melaksanakan ujian kelulusan besok, jadi jangan ganggu dia"
"Iya, kau tenang saja. Terimakasih kesayangannya Kai" ujarku.
"Aku sudah kebal dengan gombalanmu Kai, jangan macam-macam kau padaku" jawabnya dengan yakin.
"Iyalah kau kebal, kan gombalanku tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Xiumin, suamimu itu. Ngomong-ngomong kemana Xiumin? Dia belum pulang"