Xiumin

57 5 0
                                    

Hanya ingin mengingatkan, kalau chapter ini alurnya maju mundur. Jadi jangan bingung. Dan menggunakan sudut pandang satu, yaitu saya atau aku

Someone POV

Ini adalah pagi yang suram. Sekeliling Minseok terasa gelap meski matahari telah beranjak dari tidurnya yg lelap semalam. Baju hitam yg dipakai semakin membuatnya tampak suram. Aku beranjak dari tempatku mengintai, dalam diam berlari pelan. Kulihat ia menoleh. Mungkin sekilas melihat daun yang bergemerisik. 

Minseok bergerak. Menyeret langkahnya, sedikit terhuyung. Menuju kerumunan orang yang mengelilingi satu nisan. Ya, satu nisan. Dan disanalah aku terbaring kaku. Seseorang di sana menepuk bahunya. Lalu tersedu di sampingnya. Ia terdiam. Tak bergeming. Huh, bahkan dia tak menagis. Mungkin memang dia tak pernah mencintaiku... 

💘💘💘


"Minseok!, kamu tau alasan kenapa aku selalu benci Hana?" Aku mendengar Sheila bertanya pelan.

Minseok tak mengangkat pandangan dari buku yg ia baca . "Karna dia menyebalkan, maybe?" 

"Bukan, bukan itu Min!" 

"Ya aku tak tau, itu bukan urusanku sebenarnya," 

"Karna Hana .." Sheila berhenti bicara, dan Minseok menatapnya. 

"Karna dia pernah bikin kamu sakit hati" lanjut Sheila pelan. 

"Oh,thanks, tapi kurasa itu bukan alasan yang tepat untuk membenci seseorang" 

Sheila menelan ludah . "Karena aku tak ingin kau sakit hati, karna aku.. Aku .. .. Suka kamu .." Tutur Sheila. 

"Oh makasih ! Manis banget !" Sahut Minseok enteng 

"Terus?" 

"Terus?" Minseok mengerutkan kening 

"Kamu mau 'kan jadi pacar aku?" 

Minseok menghela nafas pelan "Mungkin iya" lalu ia mengangguk pelan smabil memaksa kan tersenyum. 

Aku mendengar dengan jelas. Dan sejak saat itu aku yakin bahwa ia tak pernah mencintai diriku. 


💘💘💘


Area pemakaman telah sepi. Hanya tersisa beberapa orang berkeliling menatap kosong nisanku. Kulihat ia di sana. Tapi aku yakin, itu bukan karna ia tak ingin meninggalkan nisan ku. Itu pasti karna hanya Sheila, sahabat ku -yg merupakan pacarnya pula- tak mau beranjak dari tempatnya bersimpuh. 

Akhirnya Sheila menyerah. Di sambutnya tangan Minseok yg terulur kedepan wajahnya . 
Kudengar sayup-sayup Sheila terisak. Lalu kudengar suara teduh Minseok menenangkannya. 

Hah, suara itu ... Suara yg entah sejak kapan selau terbayang di kepala ku. Suara yang sejak kapan selalu bisa membuatku gembira saat mendengarnya. Dan suara yang ntah sejak kapan terasa bagai pisau yang merobek hatiku. 

Flashback on.....

"Hana? Kamu sudah beli novel yg kemari diceritakan oleh Lee Seosangnim?" Suara Minseok yg berat mengagetkanku. 

Aku memasang tampang cuek "oh udah" 

"Hah? Beneran? Aduhhh,, aku pengen banget beli. Sial! Kamu udah selesai bacanya?" Tanyanya lagi menatapku. 

aku menggelengkan kepala " belum, sudah hampir selesai sih" 

"Yah.. Aku kapan belinya yah? Udah pengen banget . Kamu sih nggak bilang mau beli! Aku kan bisa titip sama kamu" Minseok mendorongku bercanda. 

ONE SHOOT AND TWO SHOOT EXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang