Shattered Home: Part One

1.5K 101 0
                                    

Inilah hariku pasca Anthony. Rasa marahku padanya masih membuatku merasa gusar. Aku jadi sedikit sulit berkonsentrasi dengan pekerjaanku. Anikka memasuki ruanganku membawa sebuah surat.

"Apa itu?" Tanyaku. Hingga saat ini belum seorang pun yang tahu aku putus dengan Anthony kecuali Edwina, Rosie, dan mungkin juga Greta.

Wajah Anikka berbinar. "Ini tentang Entrepreneurship Awards dari menteri perindustrian." Kata Anikka. Dia menyerahkan surat itu padaku.

Aku membukanya dan menemukan dua bendel surat. Aku membaca surat pertama. "Anikka, aku dinominasikan sebagai The Best Young CEO tahun ini!" Sungguh, kabar ini sangat membuatku senang setelah berhari-hari merasa gusar.

"Benarkah?" Tanya Anikka antusias. "Siapa saja sainganmu?"

Aku membuka halaman ke dua surat itu. Aku menemukan empat nama lain di nominasi itu, salah satunya adalah Anthony. Kenapa hidupku masih berkaitan dengannya? Lalu dia menjadi best CEO? Hell, dia bahkan tak bisa memanage emosinya saat gagal dalam persaingan. Aku menyerahkan lembaran surat pertama pada Anikka agar dia membacanya sendiri.

"Apa isi surat ke dua?" Tanya Anikka sambil menerima lembaran surat pertama dariku.

Aku membacanya. Itu bukan kategori penghargaan utama, tapi aku tetap senang. "Amanda Zedeck dinominasikan sebagai The Best Cosmetics Good Manufacturing Practice."

Anikka tersenyum lebar. "Wow aku berharap kita bisa memenangkan semuanya."

"Aku juga!" Kataku. "Aku sangat antusias dengan penghargaan ini."

"Tapi kau harus berebut dengan pacarmu untuk Young CEO."

Aku menghela nafas. "Kami sudah tak lagi bersama, Nicky."

"Apa?!" Anikka berseru tak percaya. "Tapi kenapa? Setelah semua kehebohan kemarin itu dan tiba-tiba..."

Aku mengedikkan bahu. "Sepertinya aku tak ingin menceritakannya." Menceritakan permasalahan itu dengan orang lain akan membuatku semakin marah.

Wajah Anikka melunak. "Baiklah. Tapi aku menyayangkan itu. Kuharap kalian akan kembali bersama."

Dalam hati kecilkupun aku berharap seperti itu. Mungkin dia egois, tapi jika tentang aku, aku tahu dia selalu rela berkorban. Apalagi dia adalah ayah dari anakku, apalagi yang lebih ideal selain kami harus bersama?

Aku tersenyum pada Anikka. "Saat ini egoku masih terluka, Anikka. Jadi jangan bahas tentang kami balikan."

Anikka tersenyum. "Jadi, kau akan hadir pada malam penganugerahan itu?"

"Tentu saja! Apa yang kau pikirkan?" Aku tertawa pada Anikka. Ini event besar untukku, tak mungkin kulewatkan. "Kau akan menemaniku bersama Benjamin."

Anikka tampak puas. "Baiklah. Akan kuberitahu Benjamin. Pada dasarnya kategori untuk Amanda Zedeck adalah award untuknya."

"Kau benar. Pria itu layak mendapatkannya."

Lalu Anikka meninggalkan ruanganku. Pikiranku kembali pada Anthony. Aku berharap penghargaan itu bisa kudapatkan agar aku bisa membanggakannya di hadapan matanya.

***

Kehidupanku kembali berjalan seperti saat Anthony belum kembali dari Amerika. Namun sekarang aku tinggal di Vortex, aku tidak kembali ke Callingtone Hills. Aku sedang bersiap untuk bekerja, tapi aku meraih ponselku untuk menghubungi Karen.

"Hai." Sapa Karen. Suaranya terdengar mengantuk.

"Bangun, bangun! Karena aku memberitahumu bahwa aku sekarang tinggal di Vortex." Kataku.

Luscious Home (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang