Kami baru saja menyelesaikan shooting Professionally Talented untuk episode yang ke tiga. Daniel menghampiriku dengan membawakanku buket bunga dan segelas wine.
"Untuk kesuksesanmu hari ini." Kata Daniel. Dia tersenyum manis sekali.
"Apa kau gila? Apakah hal seperti ini bahkan dibutuhkan?" Kataku. Aku bertanya-tanya apakah memang harus seperti ini setiap kali TV mengadakan shooting? Daniel duduk di hadapanku, lali mengangkat kakiku di pangkuannya dan memijitnya.
"Hentikan!" Seruku sambil menarik kakiku kembali. "Kenapa kau tidak melakulan itu pada Isabella atau Lucas?!"
Daniel tertawa. "Kenapa harus mereka? Kau adalah superstar acara ini!" Jawabnya. Lalu dia berpindah ke sampingku dan tangannya merangkulku.
"Apakah Lord Sugar dan Donald Trump juga diperlakukan seperti ini pada acara mereka?" Kataku. Aku meneguk sedikit wineku.
Sekali lagi Daniel tertawa. "Aku tak peduli pada mereka, aku hanya ingin memperlakukan bintangku dengan baik."
"Tapi tidak sebegitu berlebihan, menurutku."
"Ini tidak berlebihan!" Kata Daniel. Dia menggenggam tanganku. "Karena kau memang spesial, aku ingin kau tahu itu."
Aku tertawa dan menarik tanganku. "Kurasa kau tak perlu memberitahuku."
Tiba-tiba Anthony muncul di ruangan itu. Aku menghampiri dan menciumnya.
"Bagaimana shootingnya?" Tanyanya. Wajahnya dingin tanpa senyuman, tapi dia tidak tampak marah. Para kru dan peserta wanita tak henti-hentinya memandangi dirinya.
"Semua berjalan lancar." Kataku.
Daniel pun menghampiri kami. "Ini luar biasa, teman!" Dia menyalami Anthony.
"Itu bagus."
"Hey, teams!" Seru Daniel pada krunya. Sesaat mereka semua berhenti dan menoleh pada Daniel. "Kuperkenalkan pada kalian, dia adalah boss dia atas boss kalian, di atasnya lagi, di atasnya lagi, dan di atasnya lagi! Sambutlah, Mr. Anthony Zedeck!" Seru Daniel.
Sebelah tangan Anthony merangkulku, dan sebelahnya lagi melambai kepada kru. Para kru wanita tampak tersenyum dan berbisik-bisik.
"Agenda hari ini sudah selesai, bukan? Kita bisa pulang." Kata Anthony.
"Tentu saja. Biarkan aku mengambil tasku." Kataku. Aku meninggalkan mereka berdua.
"Barangmu ada di sini, Miss." Kata Clara ketika aku menghampirinya.
"Aku akan pulang bersama Anthony, kau pulanglah bersama Grant."
"Baik, Miss."
Kulihat Anthony tampak berbicara serius pada Daniel, dan Daniel hanya tersenyum. Aku menghampiri mereka, tak ingin tahu apa yang mereka bicarakan. "Aku siap, kita pulang sekarang." Kataku pada Anthony.
"Terima kasih untuk hari ini, Alice." Kata Daniel.
Anthony menggandengku keluar dari ruangan itu. Lalu kami melaju di dalam mobilnya.
"Bisa kau berhenti dari acara Daniel?" Tanya Anthony tiba-tiba.
"Apa?" Balasku tak percaya. "Kenapa begitu mendadak?"
"Daniel berusaha masuk celana dalammu."
"Apa?!" Seruku masih tak percaya. "Kau paranoid atau apa?"
"Kau seharusnya menyadarinya"
Aku mengedikkan bahuku. "Aku rasa Daniel hanya orang baik. Kau tahu itu, bukan? Dia adalah sahabatmu."
"Yang kau tahu Daniel adalah orang baik. Itu benar, bertahun-tahun yang lalu. Tapi dia berubah. Aku pun berubah. Daniel yang sekarang adalah orang yang berusaha mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Salah satunya dia menginginkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luscious Home (COMPLETED)
Roman d'amour*Previously published as Going Home* LOVE HAS ITS UPS AND DOWNS JUST LIKE THE STOCK VOLATILITY Seperti halnya volatilitas saham, cinta juga mengalami pasang surut. Alice dan Anthony harus berpisah karena suatu tragedi di masa highschool. Keduanya ti...