Pertemuan (2)

15.8K 719 4
                                    

Dia pria yang tadi datang ke toko.
" kita itu gak ada hubungan apa - apa. Sekarang ini aku udah punya tunangan sel"
"kamu gak mungkin punya tunangan"
"kamu gak percaya"
"mana bisa aku percaya, bukti aja kamu gak ada"
Kemudian pria itu menarik tanganku, hingga aku berdiri.
"dia ini tunangan ku" kata pria itu, membuatku terkejut. Dan wanita itu memandangku dari bawah sampai atas.
"eh,  kamu pasti bukan tunangannya bara kan?" tanya wanita itu, aku pun menoleh ke pria yang disebut bara namanya. Aku melihat dia yang mengedipkan salah satu matanya sebagai isyarat mengiyakan pertanyaannya. Dengan terpaksa aku menjawabnya.
"iya"
Wanita itu terlihat frustasi dengan jawabnku. Kemudian pergi meninggalkan kami berdua. Kemudian pria itu langsung memelukku, aku terkejut. Kemudian aku sadari dia sudah melakukan sesuatu melewati batas. Diakan orang yang aku tidak kenal,  mana mau aku dipeluknya. Pernah ketemu emang,  tapi tau nama enggak.  Aku langsung melepaskan pelukannya dan menampar pipinya. Kemudian aku meninggalkan cafe itu, setelah membayar makananku.

Sore pun telah tiba, saatnya aku kembali ke rumah. Kemudian menjadi anak yang berbhakti. Itu memang benar, aku harus berakting sebagai anak yang baik dengan menggantikan posisi kakakku itu. Aku sebenarnya malas melakukannya,  tapi apa boleh buat itu perintah ayah besar.

Aku pulang dan bersiap - siap.  Dengan menggunakan dress hitam selutut dan make up sederhana. Aku tak punya baju yang lebih bagus lagi. Apalagi make up,  yang aku punya saja bedak dan lipstik saja.
Kami pun menuju tempat pertemuan di sebuah restoran.

Kami menunggu teman ayah. Aku sih gak tau siapa. Aku juga gak ngerti kenapa kak ara juga ikut. Dandanannya paling wah gitu lagi. Kemudian mereka datang.  Ada seorang wanita dan dua orang pria.
"sudah menunggu lama?"tanya pria yang terlihat lebih tua itu.
"tidak, kami juga baru sampai"kata ayah sambil berjabat tangan.
"ini teman ayah gunawan, ini istrinya raras" kata ayah memperkenalkannya. Kemudian kak ara mencium tangannya.
"saya Nara om tante, bisa dipanggil ara" kata kak ara.
"kamu cantik sekali. Kalau ini siapa namanya? " tanya tante raras
"saya Naira tante" kataku kemudian menciun tangannya.
"eh tante lupa, kenalkan ini Bara anak tante" katanya menunjuk pria disebelahnya itu.  Aku merasa tak asing dengannya.
"aku, ara" kata kak ara menjabat tangan bara. Nama itu juga terasa tak asing. Aneh, tapi aku harus tetap berkenalan dengannya untuk menjaga sopan santun.
"aira"
"bara" seketika dia menjabat tanganku dengan erat. Aku tak tau maksudnya,  hingga alisku berkerut. Aku pun diam tak berkata apa - apa lagi.
Makan malam berjalan dengan baik. Semua pembicaraan didominasi oleh kak ara dan tante raras tentang fashion gitu. Aku mah gak terlalu suka.
"untuk rencana pertunangan ini antara bara dengan... " kata om gunawan terputus oleh ayah.
"dengan aira"
"bukannya ara?" tanya tante raras
"mungkin kalian salah dengar waktu itu,  yang saya sebut itu aira"
"berapa memangnya umur kamu aira?"
"21 tante" jawabku.  Itu membuat tante raras terkejut,  dan aku pun merasa bingung.
"memang kenapa tante? "tanyakj polos
" kamu terlihat lebih muda dari umurmu cantik.  Tante kira kamu masih 19 tahun" itu membuatku terkejut, aku tak menyangka pemikiran tante raras tengtangku seperti itu.
"kalau begitu, bagaimana ma?" tanya om gunawan
"itu terserah pada bara saja"
"aku setuju saja" katanya samnil menatapku. Aku merasa risih dan tak mengerti dengan tatapan itu. Seakan - akan ingin menerkamku.
"kalau aira bagaimana? "tanya tante raras. Aku pun melihat ayah yang mengganggukkan kepala tanda mengiyakannya.
"setuju tante"
"baiklah kalau begitu. Kapan peetunangannya akan dilaksanakan?" tanya om gunawan
"bagaimana 1 bulan lagi? " kata ayah
"itu ide yang bagus,  lebih cepat lebih baik" kata tante raras. Kemudian tanpa sengaja air di gelasku jatuh membasahi bajuku. Itu membuatku terkejut dan langaung berdiri.
"kenapa aira ?"tanya om gunawan
"gelasnnya jatuh dan tak sengaja membasahi baju saya om"
"maafkan aku aira,  aku tak sengaja" kata kak ara
"kalau begitu saya ke toilet sebentar" kataku kemudian menuju toilet.
Peejalannan ke toilet aku merasa bahwa gelasku jatuh pasti disebabkan oleh kak ara. Trus siapa lagi kalau bukan dia? Dia yang duduk disebelahku, apalagi aku tak mengambil air karena tanganku hanya diam.  Saat aku memikirkan itu,  tanganku seakan ditarik hingga aku membentur tembok. Aku pun memejamkan mata merasakan sakit. Pelan - pelan aku membuka mata, aku melihat dia yang menarikku. Dia adalah Bara, calon tunanganku.
Dia mengurungku, sehingga aku tak bisa bergerak leluasa.
"kenapa? "tanyaku
"kamu lupa denganku? "tanyanya balik,  aku bingung dengan pertanyaannya.
"aku tak pernah bertemu denganmul
"benarkah? "katanya seakan tak percaya jawabanku
"benar " jawabku polos
"kamu ingat ini? "tanyanya sambil menunjuk pipinya
"memangnya kenapa pipimu? "
"ah kamu ini"katanya dengan wajah frustasi
"kamu yang menamparku tadi sore,  masih tidak ingat? "
"oh kamu ya cowok kurang ajar itu"
"kurang aja? Memang aku melakukan apa padamu? "
"kamu memelukku. Udah nolongin kamu dari cewek sialan itu sebagai tunangan kamu, malah langsung nyosor"
"tapi kan gak masalah toh,  memang bener kamu tunanganku"
"tapi gak perlu nyosor gitu juga kali" kataku marah padanya.

🍀🌺🌿🌾
Terima kasih telah membaca cerita ini. Maaf karena belum ada revisi.

Menjadi PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang