Kabar Gembira (18)

3.9K 178 3
                                    

Setelah beberapa bulan yang lalu aku pulang, masih sangat terasa kejadian waktu itu. Saat kak Ara mendorongku dan hampir memukulku. Sekelibat bayangan kejadian tentangnya berputar di otakku.
Dorrr!!
Brukkk
Aku terjatuh di lantai, jantungku berdebar. Memalingkan wajahku dan kutemukan wajah tersenyum bara, syukur bukan hantu.
"Kamu kenapa sih? Kamu kurang mainan ya?" Tanyaku asal, biasa bara memang suka iseng. Apalagi beberapa waktu terakhir ini, mungkin karena kurang kerjaan kayak sekarang tiba-tiba ada di tokoku.
"Habis kamu ngelamun aja, kamu mikirin apa hayo? Apa jangan-jangan mikirin cowok selain aku?" Tanyanya beruntun sambil menampilkan wajah cemberut. Aku tahu dia sedang ingin perhatian sekarang.
"Mikirin kamu aja udah sakit kepalaku apalagi yang lain," sahutku dengan tersenyum.
"Beneran?" Tanyanya dengan penuh selidik.
"Iya lah masak aku bohong."
"Kalau gitu sini peluk dong," katanya sambil merentangkan tangan. Kini pelukan bara adalah tempat paling hangat.
"Aku mau ajak kamu jalan-jalan hari ini."
"Ayok!" Sahutku dengan semangat ingin menjauhkan segala pikiran jahat dari kepalaku saat ini.
Kami pun berjalan sambil bergandengan tangan menuju mobil. Senyumnya sangat cerah dan aku sangat suka. Dalam perjalanan kami mengobrol dengan riang, saat sampai di tempat tujuan Bara memintaku menutup mata dan berjalan diarahkan olehnya. Namun dering ponselku berbunyi seketika, aku melepaskan ikatannya ku dan segera mencari ponselku.
"Halo?"
"Ini Ayah, Ra. Cepet pulang kakakmu ingin bertemu"
Seketika aku mematung, apakah kakakku sudah sembuh? Dalam hatiku.
"Ra, kok kamu buka penutup matanya?" Katanya dengan wajah sedih dan kecewa.
"Ada telepon dari ayah, bar. Kak Ara mau ketemu aku."
"Beneran?"
"Iya"
"Jadi kejutanku sia-sia dong," katanya dengan lesu, seketika aku memalingkan wajah dan menemukan meja yang dihias dengan cantik di sana. Seketika aku tertawa.
"Kenapa kamu ketawa? Aku susah-susah siapin buat ngelamar kamu loh."
"Iya iya maaf, habis kamu bikin acara di waktu yang tidak tepat sih."
"Kan acara ayahmu yang tiba-tiba, aku mah udah siap dari sebulan lalu."
"Lebih baik kita pergi ke rumah ayah," ajakku padanya.
"Baiklah," jawabnya pasrah. Aku menggandeng tangannya dan kami pun menuju ke rumah ayah.

*********
Hai semua ini, maaf telah lama hilang.
Terima kasih telah membaca dan ceritaku, salam cinta dan sayang 💜💜💜

Menjadi PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang